TyyiccClcSK3IvRCDh0sKBc4_Sg roelly87.com: Yuk

Serial Catatan Harian Ojol

Serial Catatan Harian Ojol
Serial Catatan Harian Ojol
Tampilkan postingan dengan label Yuk. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Yuk. Tampilkan semua postingan

Jumat, 04 September 2015

Yuk, Baca Komik Gratis di VIVA.co.id


Tampilan komik.viva.co.id (screenshot Choirul Huda/www.roelly87.com)


KOMIK Indonesia (lokal) pernah mencapai masa kejayaannya pada dekade 1970-an hingga awal 1990-an. Dalam periode itu, tak terhitung banyaknya komikus kita yang sangat terkenal, bahkan hingga kini. Berhubung kapasitas memori saya terbatas, saya hanya mampu mengingat beberapa di antaranya seperti Raden Ahmad (R.A.) Kosasih, Ganes TH, Jan Mintaraga, hingga Tatang S, yang identik dengan "si Petruk".

Memasuki pertengahan 1990-an sampai sekarang, komik Indonesia seperti mengalami stagnan, alias jalan di tempat. Meski, saat ini muncul beberapa komikus lokal dengan kualitas hebat, namun harus diakui masih kalah pamor dengan gempuran komik luar dari Eropa, Amerika Serikat (AS), dan tentunya Jepang.

Ya, bagaimanapun, kita harus mengakui jika konsistensi masih jadi musuh utama bangsa ini. Alias, pandai membuat sesuatu, tapi tak berdaya mempertahankannya. Termasuk untuk kalangan komikus.

*        *        *

SAAT ini, di era gombalisasi globalisasi dengan mewabahnya internet, untuk mencari situs atau portal penyedia komik gratis sangat lah mudah. Baik itu dari Eropa, AS, Jepang, hingga lokal, bertebaran di mana-mana. Namun, tidak semuanya resmi, banyak di antaranya -bukan berarti semua- ilegal. Hanya, ini semua kembali kepada penggemar komik itu sendiri.

Salah satu penyedia komik lokal secara gratis dan legal yang saya tahu terdapat di portal VIVA.co.id. Sejatinya, mereka sudah lama memanjakan penggemar komik di Indonesia melalui mini site komik.viva.co.id. Namun, saya sendiri baru mengetahuinya pekan lalu saat menghadiri gathering Daihatsu Terios 7 Wonders di GIIAS (28/7).

Ketika itu, saya tengah memotret suasana gathering dengan 50 blogger yang tengah diaudisi untuk mencari tiga pemenang ke Kalimantan. Tanpa sengaja, mata saya tertuju pada banner di pojok ruangan dengan tokoh Si Buta dari Gua Hantu.

Kebetulan, saat itu Rizal Maulana dan Dian Lestary yang merupakan perwakilan VIVA.co.id dan VIVAlog. Langsung saja, saya tanya mengenai maksud banner tersebut. Menurut mereka, komik.viva.co.id atau biasa disingkat Komik VIVA, merupakan satu dari tiga kanal terbaru di VIVA.co.id. Yaitu, memuat komik online yang bisa diakses secara gratis dan sudah pasti legal.

Untuk dua kanal lainnya, saya sudah tidak asing lagi, karena telah lama mengetahuinya. Seperti, Cerita Anda yang beberapa waktu lalu pernah saya kirim artikel dari blog ini dan Jepret VIVA yang kerap mengadakan lomba, termasuk Semarak Kemerdekaan RI ke-70.

*        *        *
UNTUK sementara, kita -sebagai pembaca- baru bisa menikmati tiga cerita di Komik VIVA: Si Buta dari Gua Hantu, Mandala, dan Godam. Sayangnya, saya lupa menanyakan kepada Rizal dan Dian, selain tiga komik itu apakah akan ditambah atau tidak.

Yang pasti, setiap hari saya bisa menyaksikan lanjutan cerita dari ketiga tokoh tersebut. Lantaran, Komik VIVA selalu memperbarui halamannya setiap hari pukul 12.00 WIB. Wow, ini jadi angin segar bagi penggemar komik seperti saya.

Terutama perkembangan komik Indonesia agar lebih maju dengan promosi yang dilakukan VIVA.co.id. Maklum, saya pun sudah bosan sekadar jadi "penonton di rumah sendiri". Alias, hanya bisa menyaksikan komik luar dari Eropa, AS, dan Jepang, berjaya, sementara komik lokal seperti kurang bergairah.

Di sisi lain, saya berharap ada versi untuk mobile. Sebab, dalam beberapa hari ini saya hanya bisa menikmatinya via dekstop. Padahal, dengan membaca tiga komik tersebut melalui telepon seluler (ponsel), tentu jauh lebih asyik karena bisa sambil tiduran. Apalagi, saat ini mayoritas pengguna internet di Indonesia berasal dari ponsel yang mudah diakses ketimbang dekstop.

Mengenai tampilannya, memang saat ini masih kaku. Jujur saja, dalam beberapa hari ini, saya belum nyaman untuk membacanya. Itu karena saya harus melakukan zoom in dan zoom out agar bisa menikmatinya secara utuh yang masih tertinggal dibanding situs penyedia komik lainnya. Ini jadi catatan bagi Komik VIVA agar ke depannya bisa lebih mudah dibaca dan jadi barometer penggemar komik lokal.

*        *        *
Banner "Baca Komik di VIVA.co.id" yang terdapat di booth Daihatsu di GIIAS 2015

*        *        *
Pembaca tinggal pilih di antara tiga komik yang tersedia

*        *        *
Ini versi layar normal

*        *        *
Dikecilin 33%

*        *        *
Tampilan utuh seperti komik cetak tapi tulisannya sulit dibaca

*        *        *
Versi normal yang harus geser kursos dan agak ribet

*        *        *
Berkat fitur baru VIVA ini saya jadi rutin buka kompie tiap jam 12an...

*        *        *

*        *        *
*        *        *

- Cikini, 4 September 2015

Senin, 13 Juli 2015

Ant-Man Rilis 16 Juli, Bagaimana "Nasib" Perfilman Indonesia?


Yuk, dukung perfilman nasional dengan menontonnya pada pekan pertama (@roelly87)


AKHIRNYA, yang ditunggu-tunggu tiba: Marvel Studio resmi merilis Ant-Man. Menurut info dari laman resminya, film bertema superhero itu akan tayang perdana serentak di seluruh nusantara pada Kamis, 16 Juli 2015. Sebagai penggemar film, tentu saya senang karena Indonesia kembali mendapat "kehormatan" rilis sehari lebih dulu dibanding negara asalnya, Amerika Serikat (AS).

Apalagi, Ant-Man merupakan pamungkas dari fase kedua Marvel Cinematic Universe (MCU). Fase ketiga dibuka tahun depan dengan Captain America: Civil War yang di AS tayang 6 Mei 2016. Sekadar informasi, tokoh utama Ant-Man, Hank Pym (diperankan Michael Douglas) dalam versi komiknya merupakan salah satu pendiri The Avengers. Yaitu, kumpulan superhero terbaik di kolong langit.

Wajar, jika banyak yang menantikan kehadiran dari film berdurasi 117 menit ini. Khususnya saya yang tak sabar untuk melengkapi daftar film MCU yang pernah saya tonton di layar perak sejak Iron Man pada 2008 hingga The Avengers: Age of Ultron, 22 April lalu.

*       *       *

Di sisi lain, rilis Ant-Man yang bertepatan sehari sebelum Hari Raya Idul Fitri -yang kemungkinan jatuh pada 17 Juli setelah dilaksanakan sidang istbat- membuat saya khawatir. Kenapa? Sebab, dengan begitu, bisa dikatakan pangsa perfilman nasional akan tergerus oleh film luar.

Saya tidak menafikan diri bahwa saya memang menyukai produk luar (asing). Mulai dari film, gadget, kendaraan, dan sebagainya. Namun, tayangnya Ant-Man pada 16 Juli ini bakal menyedot perhatian penonton. Maklum, setiap libur Lebaran, biasanya kita dibanjiri perfilman lokal. Entah itu bertema religi, drama, petualangan, komedi, dan sebagainya (kecuali esek-esek). Untuk tahun ini ada Mencari Hilal, Surga yang Tak Dirindukan, Lamaran, dan Comic 8: Casino King.

Berdasarkan pengalaman saya mengamati perkembangan perfilman nasional dalam lima tahun terakhir, saya berani jamin, tayangnya Ant-Man akan memengaruhi pendapatan empat film lokal tersebut. Jelas, ini sangat merugikan industri perfilman nasional yang berupaya bangkit dari keterpurukan. Mengingat, saat ini bioskop yang ada di Tanah Air lebih didominasi film Hollywood. Sekalinya ada film lokal, malah film horror dengan bumbu esek-esek yang tidak jelas.

Bahkan, menurut data yang saya kutip dari situs filmindonesia.or.id, rata-rata film lokal yang tayang di bioskop hanya mampu bertahan selama sepekan! Tentu, itu sangat menyedihkan mengingat pekan pertama sangat berpengaruh terhadap bertahannya film Indonesia di bioskop.

Mirisnya, dua tahun lalu, saya mengamati ada film lokal yang tayang kurang dari sepekan (baca Ironi Film Indonesia: Terasing di Negeri Sendiri). Yang tak kalah menyedihkan, tahun lalu, saat menyaksikan Guardians, gedung bioskop hanya terisi enam orang!

*       *       * 

Untuk itu, saya berharap pemerintah menerapkan regulasi terkait jadwal rilis film luar demi mengakomodasi sineas lokal. Biar bagaimanapun, Lebaran merupakan ajang pelaku industri perfilman nasional untuk meraup untung karena masyarakat sedang menikmati liburan. Jangan sampai, mereka malah menjadi "buntung" karena pendapatannya digerus film luar.

Salah satu contoh menarik, terjadi pada Lebaran tahun lalu ketika salah satu film Marvel Studio, Guardians of the Galaxy. Seharusnya film tersebut rilis di Indonesia pada Lebaran (bertepatan dengan tayang di AS 21 Juli 2014) namun akhirnya diundur hingga beberapa pekan untuk memberikan kesempatan kepada perfilman lokal.

Lalu, apakah kita, tepatnya saya tidak boleh menyaksikan Ant-Man? Tentu saja boleh. Namun, waktunya setelah libur Lebaran. Ini menjadi solusi demi mengakomodasi industri perfilman nasional yang pendapatannya sangat bergantung pada pekan pertama. Toh, kita tentu tidak ingin hanya menjadi "penonton" di negeri sendiri.

Setelah libur Lebaran berakhir yang ditandai dengan masuk kerja dan sekolah, baru kita menyaksikan film luar seperti Ant-Man dan sebagainya. Yuk, dukung perfilman nasional dengan menontonnya pada pekan pertama!
*       *       *

Sebelumnya:
- Mencari Hilal: Tontonan Sekaligus Tuntunan Film Berkelas
- Setelah Ultron Giliran Ant-Man Beraksi
- Ironi Film Indonesia: Terasing di Negeri Sendiri
- Antara Guardian dan Sepinya Penonton Akibat Spiderman
- Gempuran Film Horror Berbau Esek-esek di Tengah Lesunya Penonton

*       *       *

- Cikini, 13 Juli 2015