YAYASAN Dharma Bhakti Astra (YDBA) kembali memberangkatkan UMKM mitranya ke Jepang untuk mengikuti training The Program of Corporate Management for Indonesia (IDCM) di Kansai Kenshu Center, Osaka. Ini edisi keenam mitra UMKM diberangkatkan YDBA ke Negeri Matahari Terbit.
Tren itu diawali pada 2013 dengan 24 UMKM. Angkatan II dan III pada 2014 dengan 48 UMKM, diikuti batch IV pada 2015 (22 UMKM), dan V pada 2016 (21 UMKM). Tahun ini, yayasan yang dibentuk pendiri PT Astra International, William Soeryadjaya, pada 2 Mei 1980 itu memberangkatkan 22 UMKM.
Fakta itu saya ketahui setelah menghadiri Pelepasan Peserta Training IDCM ke Jepang di Kantor YDBA, Jakarta Utara, Senin (11/9). Sejatinya, saya awam dengan acara ini. Namun, tertarik mengetahui latar YDBA memilih mitra UMKM untuk diberangkatkan ke Jepang.
Yupz, adagium lawas mengatakan, kota Roma tidak dibangun dalam semalam. Alias, mitra UMKM yang terpilih tentunya sudah melalui saringan yang ketat. Keberadaan mereka di negaranya Hidetohi Nakata ini tentu bukan sekadar liburan. Melainkan untuk menerapkan sisi positif dari etos kerja di Jepang.
Ke-22 mitra UMKM YDBA itu berada di Jepang pada 13-26 September. Ini jadi program beasiswa dari pemerintah Jepang melalui Association for Overseas Technical Cooperation and Sustainable Partnership (AOTS) Jakarta.
ATOS ini merupakan organisasi internasional di bawah Ministry of Economy, Trade, anda Industry (METI) Jepang yang bergerak di bidang pengembangan sumber daya manusia di negara-negara berkembang. Tujuannya, untuk mempromosikan kerja sama teknis melalui pelatihan, pengiriman pakar, dan program lain.
Jika Anda tertarik dengan kontribusi Astra terhadap masyarakat Indonesia melalui YDBA bisa mempelajarinya di situs HebatnyaUKM.org. Kebetulan, saat turut meliput peluncurannya pada 7 Juli lalu di Gedung Astra yang bersebelahan dengan YDBA (artikel sebelumnya: Rayakan HUT ke-37, YDBA Luncurkan HebatnyaUKM.org).
Terlebih, saya tidak asing dengan YDBA atau Grup Astra. Sebab, sejak 2016 saya sering meliput berbagai acara mereka. Termasuk, ketika yayasan tertua kedua Astra ini menyelenggarakan Konvensi Quality Control Circle (QCC) pada 12 Agustus lalu di ICE BSD, Tangerang (Artikel sebelumnya: #YukNgimprov untuk Mandiri dan Lebih Kompetitif).
* * *
DARI 22 UMKM yang diberangkatkan YDBA itu bergerak di bidang manufaktur dan kerajinan. Dalam dua pekan ke depan, mereka akan mendapatkan pelatihan manajemen perusahaan dan kesempatan benchmarking ke beberapa UKM Jepang.
Diberangkatkannya UMKM ke Jepang ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan mendapatkan kesempatan demi meningkatkan daya saing. Ini sejalan dengan development framework YDBA, yaitu mendorong UMKM menjadi Mandiri.
Program ini juga ditujukan agar peserta memahami karakteristik UMKM "excellence" ke Jepang melalui pembelajaran filosofi manajemen dan proses pengembangan strategi manajemen.
Selain itu, YDBA berharap UMKM mitranya ini mampu menganalisis berbagai masalah yang terjadi di perusahaan-perushaan masing-masing. Serta, dapat memformulasikan rencana penyelesaian. Dalam training ini juga dilaksanakan temu bisnis yang mempertemukan UMKM Jepang dengan UMKM mitra YDBA.
Nah, bagaimana mitra UMKM YDBA untuk bisa mengikuti training ke Jepang? Tentu, mereka harus mengikuti seleksi administrasi dengan melengkapi Pre Training Report yang terdiri dari struktur organisasi dan company profile.
Bidang usaha dari UMKM juga menjadi salah satu pertimbangan dalam penilaian yang dilakukan AOTS. Itu diungkapkan Sekretaris Pengurus YDBA Mohammad Iqbal dalam sambutannya.
"Kami berharap angkatan enam ini jadi peserta terdepan yang sepulang nanti tidak hanya mendapatkan ilmu baru mengenai manajemen bisnis saja," tutur Iqbal yang didampingi Wakil Ketua Himpunan Alumni AOTS Indonesia (HAAI) Saharto Sahardjo, dan perwakilan AOTS Jakarta Dea Intan.
"Melainkan juga membawa perubahan yang dapat dikembangkan dan diimplementasikan di perusahaan masing-masing. Sehingga waktu tenaga dan materi yang didapat selama dua pekan di Jepang akan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat," Iqbal, menambahkan.
* * *
PERNYATAAN itu beralasan mengingat YDBA memiliki filosofi "Berikan Kail, bukan Ikan". Yayasan ini menjalankan program tanggung jawab sosial Astra yang fokus pada pembinaan UMKM di Tanah Air. Itu meliputi manufaktur, baik terkait value chain bisnis Astra maupun tidak, bengkel umum roda empat dan roda dua, pengrajin, dan petani.
Keberadaan YDBA sebagai komitmen Astra untuk berperan serta secara aktif dalam membangun bangsa. Terutama demi menerapkan amanat butir pertama filosofi Astra, Catur Dharma. Yaitu, menjadi milik yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Apalagi, 20 Februari lalu, Astra genap 60 tahun yang melewati perjalanan penuh inspirasi. Bisa dipahami mengingat dalam periode itu, Astra melalui sembilan yayasannya berperan penting untuk memberi manfaat kepada masyarakat luas.
Tak heran jika YDBA sudah mendirikan 16 cabang Lembaga Pengembangan Bisnis (LPB) dan 10 LKM/koperasi di Tanah Air. Hingga Juni ini, yayasan yang dipimpin Henry C Widjadja selaku ketua pengurus itu sudah melakukan pembinaan terhadap10.112 UMKM.
Mereka juga telah melatih 701 pemuda putus sekolah untuk menjadi mekanik. Bahkan, YDBA secara tidak langsung menciptakan 65.158 lapangan pekerjaan melalui UMKM yang difasilitasinya.***
* * *
Sahardjo dan Iqbal berbincang dengan ketiga perwakilan UMKM yang akan mengikuti Program on Corporate Management for Indonesia |
* * *
Tahun ini YDBA memberangkatkan 22 mitra UMKM ke Jepang yang merupakan edisi keenam sejak 2013 |
* * *
Foto bersama pengurus YDBA, HAAI, dan peserta UMKM ke Jepang |
* * *
Artikel Grup Astra Sebelumnya:
* * *
wah menarik mas, memeberi kesempatan umkm untuk berkembang salam umkm
BalasHapusTerima kasih atas apresiasinya mbak :)
Hapus