Salah satu gambar yang saya ambil lewat kamera Zenfone 3 dengan mode auto |
BAGI saya, ponsel bukan sekadar gawai (gadget) untuk bertelepon dan kirim pesan saja. Melainkan, sudah jadi pendukung kegiatan sehari-hari, baik dalam pekerjaan atau hobi seperti ngeblog. Kebetulan, saya memiliki ponsel sejak awal milenium ketika masih era monokrom hingga kini bisa membuka layar cukup dengan sentuhan jari.
Saya sudah lupa berapa kali memiliki ponsel. Namun, bisa dipastikan saya selalu identik dengan satu merek. Bahkan, jika tidak dibilang fanatik. Tepatnya, produsen dari negara asal legenda hidup Ajax Amsterdam, Jari Litmanen.
Terutama sejak 2009 dengan seri XpressMusic yang selalu menemani saya dalam berbagai kegiatan. Mulai dari kerjaan, pengajian, hingga ngeblog. Maklum, ponsel tersebut bisa dibilang lengkap, baik pada masanya atau pun sekarang.
Maklum, seri 5730 itu ada pada kameranya dengan optik Carl Zeiss. Hingga, meski resolusinya hanya 3,2 megapixel, tetap mampu menangkap obyek secara sempurna. Apalagi, jika saya ingin mengetik panjang lebar, bisa menggunakan keyboard qwerty yang tinggal digeser dari body.
Musik? Jangan ditanya. Suaranya sangat merdu, baik menggunakan headset atau secara langsung. Kelemahannya, sejak beberapa tahun terakhir, saya sulit untuk melakukan perbaikan dan ganti sparepart seiring akuisisi lini perusahaan mereka.
Tak heran jika dalam beberapa tahun terakhir, saya kerap harus berganti ponsel untuk mendampingi 5730. Secara kualitas, saya terbantu dengan kehadiran beberapa smartphone itu yang baik miliki pribadi atau ventaris dari kantor. Hanya, kalau bicara jujur, keberadaan mereka tidak bisa mendampingi XpressMusic hingga akhirnya saya mulai menemukan tambatan baru saat berkunjung ke Nusa Dua.
* * *
KEMARIN, tepatnya Jumat (7/10), tepat saya sebulan menggunakan Asus Zenfone 3 (ZE520KL). Seri teranyar dari Asus ini saya dapat ketika menghadiri Zenvolution 2016 di Bali pada 7-9 September lalu. Sebenarnya, sejak lima hari menggunakan smartphone dengan nomor model ASUS_Z017DB ini, saya ingin mengulasnya di blog ini.Namun, saya tunda karena saya tahu, jika waktunya singkat bisa tidak maksimal. Akhirnya, saya putuskan untuk me-review hingga sebulan agar bisa lebih dalam untuk mengoprek luar dan dalam. Bisa dipahami mengingat Zenfone 3 ini merupakan ponsel Asus pertama yang saya miliki.
Sebelumnya, saya lebih familiar dengan perusahaan yang memiliki slogan "In Share of Incredible" ini pada lini produk laptop. Tepatnya, dengan notebook seri A43E yang merupakan andalan sehari-hari sejak 2013. Pun begitu dengan peralatan tempur di kantor yang memang sangat menunjang untuk kegiatan multimedia kami. Khususnya, mengolah data dan gambar dengan berbagai format pra-cetak.
Dalam rentang sebulan ini, Zenfone 3 sudah jadi bagian keseharian saya yang berdampingan dengan 5730. Mulai dari berpanas-panasan ria di stadion pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX hingga menggigil ketika harus memotret di rink di kawasan Bintaro pada TAFISA Games 2016. Bisa dibilang jika Zenfone 3 ini bukan sekadar smartphone yang lengkap. Melainkan juga sudah mampu beradaptasi dengan keseharian saya.
Sebab, dengan kamera utama 16 megapixel yang dipadukan sensor Sony Exmor RS IMX298 membuat slogan Built for Photography benar-benar nyata. Buktinya, untuk mengabadikan gambar bergerak di lapangan dan arena olahraga, saya tidak perlu membawa kamera DLSR lagi. Alias, cukup menenteng Zenfone 3 yang hasilnya sangat bagus hingga saya percaya menuliskan caption, foto ini diabadikan melalui Zenfone 3.
Tapi, Zenfone 3 tidak hanya tentang kamera saja yang memang sudah dibenamkan software PixelMaster 3.0. Melainkan juga banyak kelebihannya berdasarkan pengalaman saya sebagai blogger lifestyle yang menggunakannya sejak 7 September lalu.
Termasuk, tampilan luar yang sangat elegan. Ya, kesan mewah terpancar dari Zenfone 3 yang bagian depannya full kaca yang sekujurnya dilapisi metal. Jujur saja, ada kebanggaan tersendiri memegang smartphone ini dibanding beberapa ponsel sebelumnya yang saya punya mayoritas berbahan plastik.
Pun dengan finger print yang sangat responsif karena sensor sidik jarinya hanya butuh seperkian detik untuk mengunci dan buka layar. Apalagi, letaknya strategis, tepat di bawah kamera utama yang berbentuk lonjong tidak seperti merek lain yang rata-rata bulat.
* * *
"TIADA gading yang tak retak", demikian pepatah pada masa lampau yang berlaku hingga kini. Alias, di dunia ini tidak ada yang sempurna. Termasuk yang saya alami saat menggunakan Zenfone 3 dalam sebulan terakhir.Sebagai blogger yang memegang asas jurnalistik berdasarkan sembilan elemen Bill Kovach, tentu saya wajib kritis untuk menuliskan sesuatu. Baik itu kelebihan atau kekurangan yang tidak hanya berguna sebagai pengingat untuk saya pribadi, melainkan demi pembaca blog ini dan produsen yang bersangkutan.
Menurut saya, kelemahan Zenfone 3 ada pada slot hybrid pada dual SIM Card dan Micro SD. Jadi, jika saya ingin menggunakan dua provider, saya harus merelakan tanpa memori eksternal. Sebaliknya, jika menggunakan memori eksternal, terpaksa saya hanya bisa memakai satu kartu.
Meski, hingga kini slot hybrid tidak terlalu masalah bagi saya mengingat memori internal Zenfone 3 sangat besar bagi ukuran saya yang mencapai 32 GB. Pasalnya, hingga kini, baru 13-an GB yang terpakai untuk aplikasi dan media (foto, video, musik, dan sebagainya).
Ya, terlepas kekurangan tersebut yang sebetulnya bisa diatasi, Zenfone 3 ini benar-benar sangat membantu saya. Itu mengapa, bagi saya, smartphone yang kameranya dilindungi lensa berlapis sapphire ini bukan sekadar ponsel saja. Melainkan, sebagai kawan di mana pun dan kapan pun.
* * *
Artikel Asus Lainnya:
Prolog:
- Asus Zenvolution 2016
Tetralogi Zenvolution 2016
- Asus The Incredible Race: Pengalaman Tak Terlupakan
- Asus Incredible Race Pecahkan Rekor MURI
- Ini Parade Produk Anyar Asus pada Zenvolution 2016
- Zenvolution 2016: Asus Rilis 3 Produk Anyar di Bali 7 September
Spin-off Zenvolution
- Sensasi Menelusuri Sungai Citarik 9 Km
- Menikmati Senja di Taman Jomblo: Antara Mitos dan Fakta
Prekuel Zenvolution
- Pengalaman Perdana Menghadiri ZenFestival 2015
- Asus Zenfone 2 Laser ZE500KL: Kualitas Bintang 5 dengan Harga Kaki 5
Epilog
- Review Zenfone 3 (ZE520KL) Bukan sekadar Ponsel
Stop Press!
- Asus Luncurkan ZenPad 8.0, Tablet Multimedia Premium
* * *
- Jakarta, 8 Oktober 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Maaf ya, saat ini komentarnya dimoderasi. Agar tidak ada spam, iklan obat kuat, virus, dan sebagainya. Silakan komentar yang baik dan pasti saya kunjungi balik.
Satu hal lagi, mohon jangan menaruh link hidup...
Terima kasih :)