TyyiccClcSK3IvRCDh0sKBc4_Sg roelly87.com: Asian Para Games 2018

Serial Catatan Harian Ojol

Serial Catatan Harian Ojol
Serial Catatan Harian Ojol
Tampilkan postingan dengan label Asian Para Games 2018. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Asian Para Games 2018. Tampilkan semua postingan

Jumat, 25 Juni 2021

Nostalgia Asian Games 2018

Nostalgia Asian Games 2018

Album CD Asian Games 2018
(foto: dokumentasi pribadi/www.roelly87.com)



abis ngalong belom bisa tidur. nonton Loki, baru rilis eps 3. liat channel Video Legend belom update.


sambil beresin lemari nemu CD Asian Games 2018. mau dibuka sayang, masih segel. kenang-kenangan otentik yang belom tentu Indonesia jadi tuan rumah event besar lagi dalam 10 tahun ke depan.


sebenernya di youtube atau platform musik digital lainnya sudah ada track Asian Games 2018. tapi terasa beda dibanding dengerin via CD atau kaset. 


sama seperti baca buku, koran, majalah, dan lain2. lebih asyik secara fisik ketimbang digital via online atau pdf. ada sensasi tersendiri saat membolak-balikkan  halaman demi halaman. apalagi, saat mencium aroma kertas yang khas. feel itu ga bisa tergantikan dengan scroll di layar laptop atau hp...




#AsianGames2018

#AsianGames

- Jakarta, 25 Juni 2021

Minggu, 14 Oktober 2018

Lewat Bahasa Isyarat, Volunteer Buktikan Keramahan Indonesia




Tigor Simanjuntak dan rekannya sesama volunteer Asian Para Games 2018
yang bertugas di Stadion Akuatik Gelora Bung Karno
(Foto: TopSkor.id/Choirul Huda)


DALAM hajatan akbar berskala internasional, termasuk olahraga, peran volunteer sangat membantu. Itu karena sukarelawan yang jadi garda terdepat bagi atlet, ofisial, media, dan penonton, dalam memandu setiap pertandingan.

Tanpa peran mereka, kinerja panitia bakal kerepotan. Tak heran jika keberadaan volunteer ini mendapat apresiasi banyak pihak.


Itu terlihat pada Asian Para Games 2018. Terdapat sekitar 8.000 volunteer yang bertugas mengawal pesta olahraga untuk penyandang disabilitas se-Asia.

Salah satunya, Tigor Simanjuntak. Pria 38 tahun ini merupakan pahlawan bagi Panitia Nasional Penyelenggara Asian Para Games III/2018 (INAPGOC) yang melayani kebutuhan atlet, ofisial, media, dan penonton.

Khususnya, peliput dalam menjalankan tugas jurnalistiknya. Tigor tanpa lelah memandu kami sejak hari pertama hingga final para swimming, Jumat (12/10) di Stadion Atletik Gelora Bung Karno.

“Ini pertama kali saya berpartisipasi dalam hajatan besar. Asian Para Games 2018 jadi momentum berharga bagi hidup saya,” kata Tigor kepada TopSkor.id.

Sosok yang sehari-hari berprofesi sebagai peraga bahasa isyarat ini sangat ramah dalam memberi informasi. Kendati, harus melakukannya secara berulang, khususnya kepada calon penonton yang ingin masuk ke stadion.


“Sebagai bagian dari masyarakat Indonesia, saya bangga bisa berpartisipasi di Asian Para Games 2018. Apalagi, ini kali pertama kita jadi tuan rumah. Saya bersyukur bisa terpilih jadi salah satu volunteer. Saya ingin memberikan kesan kepada penonton, termasuk dari negara sahabat di Asia, bahwa Indonesia sangat ramah. Negeri ini selalu menyambut tamu dengan tangan terbuka,” Tigor, mengungkapkan.

Lewat bahasa isyarat, apa yang dilakukan Tigor sangat membantu kami. Terlebih, dengan sikapnya yang sangat simpatik.

“Saya bangga bisa bergabung dengan rekan-rekan volunteer. Sejak hari pertama, kami sudah tugas di Stadion Akuatik. Kami merupakan keluarga Satu kesatuan dalam Indonesia,” lanjut Tigor yang sejak kecil kesulitan untuk mendengar dan bicara.

Meski begitu, lewat kedua tangannya,  pria kelahiran Lampung ini sukses memberi petunjuk. Fakta itu diungkapkan Natasha Avianna yang bertugas di Stadion Akuatik bersama Tigor dan tiga volunteer lainnya.


“Kami sih biasa saja dengan mas Tigor. Kami bicara dan berkomunikasi seperti biasa. Bahkan, mas Tigor yang kerap membantu kami jika ada atlet atau penonton disabilitas yang datang,” ujar Natasha.


INAPGOC turut membuka lowongan bagi penyandang disabilitas yang ingin berpartisipasi di Asian Para Games 2018 sebagai sukarelawan. Di Stadion Akuatik, terdapat tiga volunteer.


Selain Tigor, dua lagi bertugas di pintu berbeda. Dengan keterbatasan fisik, mereka berusaha mempersembahkan yang terbaik bagi Indonesia sebagai tuan rumah.

“Ada juga rekan kami yang mengalami cerebral palsy. Namun, beliau seperti kami,  mas Tigor, dan lainnya. Paling depan dalam melayani atlet dan penonton. Meski, harus menggunakan kursi roda, rekan kami ini sangat sigap,Annisa Leila Syahri yang kerap mendampingi Tigor, menambahkan.

“Bagi kami semua, volunteer,  Asian Para Games2018 ini merupakan event yang luar biasa. Kami bangga, Indonesia bisa mewujudkan sukses prestasi, penyelenggaraan,  dan legacy sebagai tuan rumah. Harapan kami, perhatian pemerintah terhadap penyandang disabilitas bisa berlanjut meski Asian Para Games 2018 selesai,” tutur Annisa, optimistis.

Asian Para Games 2018 merupakan edisi ketiga sejak kali pertama diselenggaran di Guangzhou, Cina, pada 2010. Empat tahun lalu, Incheon, Korea Selatan, jadi tuan rumah.

Presiden Komite Paralimpiade Asia (APC) Majid Rashed memuji penyelenggaraan Asian Para Games 2018 di Indonesia yang menurutnya sebagai yang terbaik dalam sejarah. Pria asal Uni Emirat Arab ini menyebut, kesuksesan itu tidak lepas dari partisipasi volunteer yang telah bekerja keras dan cerdas sepanjang waktu.***


- Jakarta, 14 Oktober 2018

Sabtu, 13 Oktober 2018

Ada Raja Sapta Oktohari di Balik Kesuksesan Asian Para Games 2018


Raja Sapta Oktohari berbaur dengan rekan-rekan media di Tanah Air usai
memimpin rapat persiapan Closing Ceremony Asian Para Games 2018
di GBK Arena (Foto: TopSkor.id/Choirul Huda)


MALAM itu, langit ibu kota tampak cerah. Namun, tidak di kawasan ibu kota. Tepatnya di Gelora Bung Karno (GBK) Arena yang di dalamnya terdapat Main Press Center (MPC).

Di gedung yang berseberangan dengan Stadion Madya ini juga jadi markas bagi Panitia Nasional Penyelenggara Asian Para Games III/2018 (INAPGOC). Lewat GBK Arena ini, berbagai informasi terkait pesta olahraga antarpenyandang disabilitas sampai ke masyarakat.

Dari lantai dua, tampak keriuhan penggawa INAPGOC yang dipimpin Raja Sapta Oktohari. Pria yang akrab disapa Bang Okto ini sedang melakukan persiapan antardivisi untuk closing ceremony Asian Para Games 2018.

Namun, ketika menyaksikan belasan media yang hadir, Okto berhenti sejenak. Putra dari Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Oesman Sapta Odang ini menyambut kami dengan hangat.

“Silakan masuk teman-teman wartawan. Teman-teman, ini ada teman-teman wartawan yang hadir,” Okto mempersilakan kami, Kamis (11/10).

Sikapnya sangat simpatik. Tanpa dibuat-buat.

Okto menemui kami untuk menyalami satu-persatu. Tak lupa, sosok yang jadi promotor tinju dunia termuda ini meminta Wakil Ketua INAPGOC Sylviana Murni untuk melanjutkan acara.

“Maaf teman-teman. Agak malam ya. Namun, kami setiap hari begini. Selesai pertandingan, ada rapat dan evaluasi untuk hari berikutnya. Biasanya kami melakukan koordinasi hingga dini hari. Tak jarang, ada beberapa (anggota INAPGOC) yang menginap di GBK Arena,” Okto, menjelaskan.

Sebagai Ketua INAPGOC, tugas yang diemban Okto tidak mudah. Pria yang 19 Oktober mendatang genap 43 tahun ini mengakui banyak tantangan dalam menyelenggarakan Asian Para Games 2018.

Bisa dipahami mengingat tuntutan masyarakat sangat besar. Itu terkait euforia kesuksesan Asian Games 2018 yang berakhir 2 September lalu.

Namun,  Okto berhasil menjawab keraguan tersebut dengan tuntas. Itu ditegaskan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi yang menyebut Asian Para Games 2018 ini berhasil mewujudkan tiga kesuksesan.

Yaitu, prestasi, penyelenggaraan,  dan legacy.

Untuk prestasi, Indonesia sudah meraih 33 emas. Alias, jauh melampaui target dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menetapkan 16 emas.

Pun demikian dengan penyelenggaraan yang tergolong lancar sejak awal. Bahkan, antusiasme masyarakat untuk menyaksikan Asian Para Games 2018 sangat besar.

Itu bisa terlihat dari melubernya beberapa venue. Masyarakat bangga dengan perjuangan atlet di Asian Para Games 2018 yang mampu menembus keterbatasan.

“Untuk legacy, hasilnya bisa terlihat mulai saat ini hingga beberapa generasi mendatang. Kami ingin memberikan warisan yang nyata. Misalnya, dari sikap, bagaimana dengan Asian Para Games 2018 ini, masyarakat lebih perduli dengan saudara-saudara kita yang menyandang disabilitas,” kata Okto,  dengan nada bergetar.

“Begitu juga dari segi fisik. Seperti, fasilitas yang saat ini sudah bagus harus ditingkatkan lebih lanjut. Misalnya, akses ke dan menuju venue bagi penonton penyandang disabilitas. Kami harap,  setelah Asian Para Games 2018, fasilitas umum untuk penyandang disabilitas jadi lebih ramah.”

Hingga hari ketujuh, Asian Para Games 2018 tergolong sukses. Kredit khusus patut diberikan kepada Okto sebagai ujung tombak.

Namun, bukan berarti, pesta olahraga antar penyandang disabilitas edisi ketiga ini sempurna. Berdasarkan catatan TopSkor.id, ada beberapa hal minor dari Asian Para Games 2018. Ya, tiada gading yang tak retak.

Mulai dari akreditasi untuk peliput, transportasi, hingga tiket. Fakta itu diakui Okto.

Menurutnya, sebagai Ketua INAPGOG, sudah tentu Okto bertanggung jawab penuh. Pria yang memimpin Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) 2011-2015 ini menilai ada kekurangan dalam penyelenggaraan Asian Para Games 2018.

“Itu mengapa, setiap selesai pertandingan pada malam hari hingga dini hari, kami lakukan evaluasi. Kami rapat antardivisi agar pada hari berikutnya bisa lebih baik lagi. Ini yang kami lakukan terus, terus, dan terus,” ujar Okto yang dari kantung matanya terlihat tampak lelah akibat kurang tidur demi membuat Asian Para Games 2018 berlangsung lancar.

Faktanya, Okto setiap hari ada di berbagai venue. Pengusaha berdarah Minang-Bugis ini tidak hanya menyaksikan pertandingan saja.

Melainkan turut memberi dukungan langsung kepada atlet yang bertanding. Okto juga memboyong keluarganya untuk menonton ke stadion.

“Bahkan, ibu saya setiap hari selalu ada di venue. Misalnya, bulu tangkis atau renang ketika Jendi Panggabean meraih medali emas,” Okto, menambahkan.

“Kalau saya, jujur saja. Awalnya tidak tega untuk menyaksikan mereka. Namun,  seiring waktu berjalan,  saya jadi terbiasa. Apalagi, mereka (atlet) itu enggan dikasihani. Sebab, teman-teman atlet disabilitas ini ingin membuktikan di tengah keterbatasannya itu, mampu untuk berjuang.”

Raja Sapta Oktohari setiap hari berkeliling venue ke venue untuk
mendukung 
atlet Indonesia di Asian Para Games 2018.
(Foto: TopSkor.id/Choirul Huda)


Ya, adagium lawas mengatakan, air yang deras bisa menenggelamkan tapi juga membuat perahu berlayar hingga mengelilingi samudera. Begitu juga dengan manusia.

Di tengah keterbatasan fisik atau mental, atlet Indonesia di Asian Para Games 2018 sukses mengharumkan Merah-Putih. Okto menyebut mereka sebagai pahlawan luar biasa.

“Saya bangga dengan perjuangan mereka,” tutur Okto sambil sambil menjawab pesan masuk dari salah satu pengurus cabang olahraga (cabor) di smartphone-nya yang meminta untuk menghadiri victory ceremony.

“Kalau mau jujur, saya melihatnya saja tidak sanggup. Namun, mereka mampu menjalaninya seperti biasa. Itu membuktikan semangat dan mentalitas teman-teman atlet harus kita tiru. Wajar jika pak presiden memberi apresiasi dengan bonus sama untuk peraih Asian Para Games 2018 seperti Asian Games 2018,” ucap Okto, bergelora.

Presiden Jokowi menegaskan, bonus peraih medali Asian Para Games 2018 akan diterima sebelum keringat atlet kering. Pahlawan Indonesia di sektor olahraga itu akan mendapatkannya Sabtu (13/10) pagi ini di Istana Presiden.

Namun, bagi yang belum meraih medali pun tidak perlu berkecil hati. Presiden melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) tetap memastikan jerih payah mereka tetap mendapat apresiasi dari pemerintah.

“Pak Menpora Imam Nahrawi menyampaikan pesan dari pak Jokowi. Untuk teman-teman atlet yang belum meraih medali Asian Para Games 2018 tetap dapat bonus,” lanjut Okto.

Dalam catatan TopSkor.id, pemerintah melalui Kemenpora memberikan apresiasi kepada setiap atlet yang tampil di Asian Games 2018 tapi tidak meraih medali sebesar Rp 20 juta. Itu berarti, jumlah tersebut bakal sama dengan atlet Asian Para Games 2018.

“Kita berdoa untuk atlet Indonesia bisa meraih hasil yang terbaik. Apalagi, setelah ini sudah ditunggu Asean Para Games 2019 di Filipina dan puncaknya Paralimpiade 2020 Tokyo. Hasil positif yang diraih atlet Indonesia di Asian Para Games 2018 jadi bekal untuk menghadapi dua event tersebut,” kata Okto, optimistis.***

- Jakarta, 13 Oktober 2018

Minggu, 07 Oktober 2018

Asian Para Games 2018 Bukan sekadar Menang atau Kalah, tapi...


Armi Rudeti dan sekeluarga usai menyaksikan upacara pembukaan
Asian Para Games 2018 di Stadion Utama Gelora Bung Karno.
(Foto: TopSkor.id/Choirul Huda)


PEMBUKAAN Asian Para Games 2018 yang berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), kemarin, sangat meriah. Opening ceremony pesta olahraga untuk atlet penyandang disabilitas ini sukses memukau banyak orang.

Termasuk, di media sosial dengan frasa #OpeningCeremonyAsianParaGames2018, #OpeningCeremonyAsianParaGames, #OpeningAsianParaGames2018, #AsianParaGames2018, #ParaInspirasi, dan sebagainya berhasil memuncaki trending topic

Di SUGBK, setiap penonton yang menyaksikan prosesi pembukaan mengaku sangat puas. Mereka bangga dengan kerja keras dan cerdas dari Panitia Nasional Penyelenggara Asian Para Games III/2018 (INAPGOC) sepanjang tiga jam ini.

“Keren banget. Bangga dengan Indonesia yang memiliki atlet luar biasa,” kata Armi Rudeti saat ditemui TopSkor.id usai pembukaan.

Armi menyaksikan opening ceremony bersama empat anak dan keponakannya di tribune VIP. Mereka tak hentinya berdecak kagum atas persembahan yang dilakukan INAPGOC yang melibatkan atlet penyandang disabilitas.

“Asian Para Games ini kan bukan soal menang, kalah, atau juara. Tetapi, tentang kemanusiaan. Semangat dari saudara kita penyandang disabilitas ini sangat luar biasa. Mereka membuktikan bagaimana keterbatasan bukan jadi alasan dalam berjuang.”

Pernyataan senada diungkapkan Sean Adam. Putra sulung Armi ini menilai, dari upacara pembukaan Asian Para Games 2018 ini memperlihatkan Indonesia sebagai negara yang ramah terhadap penyandang disabilitas.

“Opening ceremony (Asian Para Games 2018) ini tidak kalah dengan Asian Games 2018. Saya benar-benar takjub dengan apa yang mereka lakukan. Apalagi, dengan tema keberagaman dan persatuan Indonesia. Terharu menyaksikan semangat juang atlet,” Adam, mengungkapkan.

Pembukaan Asian Para Games 2018 melibatkan ribuan orang. Untuk formasi logo saja, terdapat 338 cast.

Pun demikian dengan belasan musisi yang hadir. Termasuk, Elfonda “Once” Mekel yang turut berpartisipasi pada Asian Games 2018.

“Sumpah, puas banget. Sejak lagu Bungong Jeumpa, kami sudah merinding dibawanya. Apalagi pada momen Bulan yang mencari pak Presiden (Joko Widodo) Jokowi. Kok bisa ya begitu... Kalau mereka yang kekurangan saja memiliki semangat luar biasa, kami yang normal harus malu jika sedikit-sedikit mengeluh,” ujar Elvira,  mahasiswi asal Bekasi dengan nada bergetar.

Pembukaan Asian Para Games 2018 terbagi dalam beberapa sesi. Salah satunya yang sangat memesona ketika siswi penyandang disabilitas bernama Bulan (diperankan Karunia Rudianti) memberikan kotak berisi kata Ability kepada presiden.

Bulan dan Jokowi memanah huruf DIS pada Disability yang ada di panggung. Sontak, perubahan dari Disability yang secara harfiah ketidakmampuan diganti dengan Ability (kemampuan) sangat membekas di hati ratusan juta rakyat Indonesia.

“Kalau (upacara pembukaan) Asian Games 2018 itu yang fenomenal ada video pak presiden naik motor, tari Ratoh Jaroe,  dan obor yang disulut Susy Susanti. Untuk opening ceremony Asian Para Games 2018 ini salah satunya pada momen Bulan dan pak Jokowi. Idenya luar biasa,” tutur Niken, salah satu penjaga booth sponsor di kawasan SUGBK.***

Jumat, 06 April 2018

Sisi Lain World Press Briefing Asian Games 2018


Yeeeee, relaksasi sejenak disela-sela World Press Briefing yang diselenggarakan
INASGOC di Hotel Borobudur pada 2-3 April lalu.



PANITIA Nasional Penyelenggara Asian Games XVIII/2018 (INASGOC) bekerja keras dan cerdas menyambut pesta olahraga antarnegara Asia ini. Bisa dipahami mengingat hajatan terbesar kedua di kolong langit setelah Olimpiade itu berlangsung empat bulan lagi. Tepatnya, pada 18 Agustus hingga 2 September mendatang di Jakarta dan Palembang.

Teranyar, INASGOC menyelenggarakan World Press Briefing di Hotel Borobudur pada 2-3 April lalu. Tujuannya, untuk lebih mendalam dalam memberikan informasi terkait teknis peliputan kepada lebih dari 200 media nasional dan internasional.

Bagi saya, ini kali kedua mengikuti rangkaian acara INASGOC lebih dari sehari. Sebelumnya, pada Asian Games Media Forum 2017 di Jakarta dan Palembang pada 27-28 November lalu. Untuk acara yang seharian alias tidak menginap sih sudah banyak.

Apalagi, INASGOC kerap menyelenggarakan diskusi mingguan dengan media di markasnya, di Wisma Serba Guna (WSG), Jalan New Delhi, Senayan, Jakarta Pusat. Atau, ketika jumpa pers terkait Asian Games 2018.

Kebetulan, saya sudah dua tahun aktif mengikuti perkembangan Asian Games 2018. Tepatnya, sejak dipercaya Redaksi Pelaksana TopSkor.id Suryansyah untuk meliput terkait INASGOC dan juga Panitia Nasional Penyelenggara Asian Para Games 2018 (INAPGOC).

Itu berkat rekomendasi dari Redaktur TopSkor.id Ari Dwi Prasetyo kepada Pemimpin Redaksi Harian TopSkor Yusuf Kurniawan yang mengajak saya bergabung pada versi online sejak Mei 2016.

Yupz, sebelumnya, saya memang berkecimpung pada versi cetak sejak kali pertama sebagai wartawan Harian TopSkor pada Mei 2012 (http://www.roelly87.com/2018/01/13-tahun-topskor-dalam-menyampaikan.html).

Meski kini terjun di versi online, beberapa kali saya juga ikut menulis untuk Harian TopSkor. Tidak hanya terkait Asian Games 2018 saja (https://www.instagram.com/p/BgttDdkheM7/), melainkan berita lainnya  (s.id/MarcoSimic) atau pelajar (s.id/PopNas2017), dan kompetisi usia dengan Liga NIVEA MEN TopSkor U-16 2018 (https://www.instagram.com/p/Bfs3keihtih/).

*        *        *
WORLD Press Briefing memberi saya banyak informasi terkait peliputan Asian Games 2018. Sebab, pada acara itu, saya bisa mengetahui lebih dalam apa dan bagaimana peran media (Selengkapnya di https://www.topskor.id/detail/71580/Galeri-Foto-World-Press-Briefing-2018).

Namun, acara yang diikuti ratusan peserta dari 25 negara ini tidak melulu tentang kegiatan serius. Sebaliknya, acara dikemas dengan santai bagi kami peliput, baik dari Tanah Air maupun luar negeri dengan tujuan lebih merasakan atmosfer Asian Games 2018. Misalnya, saat Gala Dinner dengan berbagai atraksi dan games berhadiah.

Kebetulan, saya berhasil membawa pulang oleh-oleh usai mengikuti games tersebut. Itu setelah saya dua kali menembak bola basket dengan sempurna dari tiga kesempatan. Padahal, mah kali terakhir megang bola basket itu pada 2004 silam. Alias, ketika masih berseragam abu-abu!

Beda, dengan sepak bola atau futsal yang lebih rutin. Baik bersama rekan kantor maupun teman-teman lainnya. Namun, sebagai pencinta olahraga, adrenalin saya langsung terpacu ketika mendapat tantangan dari MC untuk memasukkan bola ke dalam keranjang!

Usai santap malam yang dilanjutkan bermain angklung, saya dan beberapa rekan media seperti biasa nongkrong santai di depan lobi penginapan mewah berbintang lima ini. Nah, ketika asyik menikmati semilir dari hotel yang dibuka sejak 1974 ini, ada salah satu peliput yang menyeletuk.

Yaitu, memanfaatkan voucher hotel untuk menikmati sauna dan spa secara gratis! Yupzzz, ide itu tentu sangat menarik perhatian kami, terutama saya. Maklum, seumur-umur menginap di hotel berbintang lima di Tanah Air, saya belum pernah spa atau sauna.

Paling banter, berenang saja yang memang sudah jadi standardisasi setiap bepergian. Baik itu di Hotel Courtyard Mariott, Bali, yang juga bintang lima (s.id/CourtyardMariott) atau di Kapal Pesiar saat mengunjungi Wales, Inggris (http://s.id/MagellanCruise).

Alhasil, kami yang berjumlah belasan pun langsung menuju ke Klub & Spa Borobudur. Ya, relaksasi sejenak di tengah padatnya acara World Press Briefing sejak pagi. Terutama, untuk memulihkan kebugaran mengingat esok harinya, Selasa (3/4) kami akan melanjutkan petualangan dengan meninjau lima venue Asian Games 2018 di ibu kota.

Dimulai dari kunjungan ke Wisma Atlet di Kemayoran, Jakarta Utara, yang dilanjutkan ke Jakarta Timur untuk meninjau International Equestrian Park (Pulomas), dan Jakarta International Velodrome (Rawamangun).

Usai makan siang di Kantor Pusat PT Bank Negara Indonesia (BNI) Sudirman, Jakarta Pusat, kami pun menuju selatan ibu kota. Tepatnya, ke Komplek Gelora Bung Karno (GBK). Mulai dari Aquatic Center, Istana Olahraga (Istora) Senayan, dan Stadion Utama GBK.

Yuppppi. Ga sabar untuk segera merasakan atmosfer Asian Games 2018!***

*        *        *
Bawa pulang Bhin-bhin, Kaka, dan Atung!

*        *        *
Yeeee, berangklung ria

*        *        *
3... 2... 1...

*        *        *
Narsis sejenak ke arah kamera

*        *        *
Hufff...!

*        *        *
Dapat suvenir resmi Asian Games 2018 atas keberhasilan memasukkan bola

*        *        *
Yeeeee, kali pertama dalam sejarah merasakan spa dan sauna

*        *        *
Melihat foto ini jadi ingat film bertema Triad seperti Young and Dangerous!

*        *        *
Gaya euy!

*        *        *
Entah ini apa namanya, pengering rambut mungkin

*        *        *
Kamar yang super-duper luas

*        *        *
Saatnya, kerja, kerja, dan kerja!

*        *        *
Untuk artikel liputan bisa disimak di www.topskor.id

*        *        *
Bergaya di kantor pusat PT Bank Negara Indonesia

*        *        *
Tiada pesta yang tak berakhir, usai meninjau berbagai venue di GBK,
kami pun kembali ke rumah masing-masing

*        *        *
Artikel Terkait:

https://www.topskor.id/detail/71580/Galeri-Foto-World-Press-Briefing-2018
https://www.topskor.id/detail/71442/Sponsori-Asian-Games-2018-BNI-Sediakan-Solusi-Transaksi-Digital 
https://www.topskor.id/detail/71435/Sudah-98-Equestrian-Siap-Sambut-Asian-Games-2018 
https://www.topskor.id/detail/71404/Masih-4-Bulan-Lagi-Atmosfer-Asian-Games-2018-Sudah-Terasa 
https://www.topskor.id/detail/71378/World-Press-Briefing-Jadi-Sarana-Publikasi-INASGOC
https://www.topskor.id/detail/71376/INASGOC-dan-Puluhan-Media-Tinjau-Venue-Asian-Games-2018 

*        *        *
Artikel Sebelumnya:

*        *        *
Keterangan: Seluruh foto merupakan dokumentasi pribadi yang dilakukan sendiri (swafoto) dan dijepret rekan media lainnya.
- Jakarta, 6 April 2018