Prabowo Gemoy, tapi Tangannya Berlumuran Darah
Foto: @roelly87
PEMILIHAN Presiden (Pilpres) 2024-2029 akan didominasi suara generasi milenial. Menurut data, mencapai 55-60 persen.
Saya jelas bukan masuk kalangan tersebut. Sebab, lahir akhir 1980-an.
Namun, tetap saya merasa masih muda. Ya, minimal relevan dengan situasi terkini.
Termasuk, saat mencermati Pilpres. Meski, ini bias.
Pasalnya, saya merupakan penggemar Prabowo Subianto yang jadi capres nomor urut 2 berpasangan dengan Gibran Rakabuming. Seperti beberapa artikel yang sudah saya tulis sebelumnya, kemungkinan besar saya akan memilih eks Danjen Kopassus tersebut pada 14 Februari mendatang.
Tentu, saya ga 100% pasti mencoblosnya. Melainkan, hanya 99%.
Ya, saya selalu menyisakan ruang dalam pilihan. Ada GBHN untuk Pilpres 2024.
Alias, Garis Batas Haluan Nyoblos. Hingga valentine mendatang, apa pun bisa terjadi.
Termasuk, jika Prabowo melakukan blunder fatal. Atau, inkonstitusional.
Bahkan, makar hingga kudeta. Kemungkinan seperti itu memang kecil.
Namun, dalam hidup, apa pun bisa terjadi. Khususnya, untuk kontestasi pilpres yang menyisakan jarak dua bulan lagi.
Maklum, sepanjang lebih dari sepertiga abad berada di muka bumi ini, saya memang jarang percaya penuh kepada seseorang. Apalagi, kali terakhir saya percaya, saya nyaris kehilangan segalanya.
Itu mengapa, saya mentok di angka 99% untuk mencoblos Prabowo. Sisanya, terbagi antara Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo.
Untuk Anies, saya sudah kenal lama. Maklum, KTP saya DKI Jakarta.
Bahkan, 2017 lalu saya mencoblosnya. Itu berkat adanya Prabowo di belakang Anies.
Meski, secara hati, saya cenderung memilih Basuki Tjahaja Purnama. Bisa dipahami mengingat saya juga penggemar Ahok.
Bahkan, saya menilai, meski singkat, kepemimpinan Basuki di ibu kota sangat bagus. Tegas dan betul-betul kerja.
Bukan berarti periode Anies jelek. Sebab, banyak juga inovasi dari sepupu Novel Baswedan ini yang sangat saya apresiasi.
Mulai dari integrasi angkutan umum, seperti Jaklingko, hingga dihapusnya larangan sepeda motor melintasi Jalan Sudirman-Thamrin.
Sementara, untuk Ganjar, terus terang saya kurang begitu mengenalnya. Kendati untuk partainya, PDI Perjuangan, saya turut mengapresiasi.
Khususnya, tiga kader. Yaitu, Effendi Simbolon, Adian Napitupulu, dan Bambang "Pacul" Wuryanto.
* * *
KESAN tegas, wibawa, hingga kaku terhadap Prabowo yang selama ini melekat seolah luntur. Berganti jadi gemoy.
Alias plesetan dari gemas atau menggemaskan.
Saya pribadi sempat mengernyitkan dahi ketika tahu Prabowo berubah 180 derajat. Kini, gimmick-nya jadi gemoy dan suka joget.
Dua jempol untuk tim sukses dan deretan konsultannya yang berhasil mengubah sosok gahar Prabowo pada 2014 dan 2019. Sekarang, kalo dilihat di media, baik arus utama maupun sosial, berganti jadi gemoy dan lucu.
Ini mengingatkan saya terhadap Presiden Filipina Bongbong Marcos. Saat kampanye pilpres 2022 lalu, ia menggandeng Sara Duterte, putri presiden sebelumnya, Rodrigo Duterte.
Bongbong memanfaatkan betul perkembangan teknologi dalam menggaet pemilih muda di pilpres Filipina. Termasuk, media sosial yang memang jadi santapan sehari-hari generasi milenial, khususnya Tiktok.
Dalam kampanyenya, Bongbong meromantisasi keberhasilan ayahnya, Ferdinand Marcos (Presiden Filipina 1965-1986). Yaitu, keberhasilan Filipina saat dipimpin Ferdinand kepada generasi milenial yang memang belum lahir.
Alhasil, Bongbong pun dapat suara mayoritas anak muda. Tidak tanggung-tanggung, kemenangannya sangat telak.
Bingbong meraih 58,7% suara. Jauh mengungguli rival terdekatnya, Leni Robredo (27,9%) yang sebelumnya diunggulkan terkait ketidakpuasan rakyat Filipina atas kepemimpinan Duterte.
Sementara, legenda hidup tinju Filipina, Manny Pacquiao, berada di urutan ketiga dengan 6,8%.
Alhasil, saya pikir, timses dan konsultan politik Prabowo pun mencoba untuk ATM. Amati, tiru, dan modifikasi cara Bongbong di Filipina untuk diterapkan di Tanah Air.
Sejauh ini, usaha mereka berhasil. Dalam beberapa survei, Prabowo selalu memimpin dibanding Ganjar dan Anies.
Teranyar, berdasarkan Lembaga survei Indikator Politik Indonesia, Sabtu (9/12). Prabowo unggul dengan 45,8% diikuti Ganjar (25,6%), dan Anies (22,8%).
Ini menarik, mengingat Prabowo dan Gibran belum full attack dalam kampanye. Maklum, keduanya masih menjabat dalam pemerintahan.
Alias, hanya mengambil cuti kerja pada Sabtu, Minggu, dan hari libur saja untuk kampanye. Bandingkan, dengan Ganjar dan Anies yang rutin keliling Indonesia.
Epilognya, perubahan sikap Prabowo yang kini jadi gemoy memang sangat berdampak terhadap masyarakat, khususnya generasi milenial. Nah, apakah apakah mandat langit akan hinggap di Kertanegara, itu cerita lain.
* * *
MALAM itu, rinai masih membasahi ibu kota. Usai mengantar orderan dari salah satu aplikasi online di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan, saya pun melajukan sepeda motor dengan konstan.
Sambil, melihat suasana jalanan yang cukup ramai. Pada saat yang sama, di atas tampak langit masih kelabu.
Maklum, hujan belum benar-benar reda. Alias, tetesan air pun masih menggelayuti helm yang saya pakai.
Saya pun istirahat sejenak sambil menyulut asap kehidupan ditemani segelas kopi hitam. Dari sisi jalan tampak berjejer spanduk, baliho, dan billboard peserta pilpres 2024.
Termasuk, Prabowo-Gibran yang sangat mendominasi. Kalau saya tidak salah, ada tujuh billboard pasangan capres-cawapres nomor urut dua itu sepanjang Jalan Warung Jati Barat-Buncit Raya-Mampang Prapatan Raya.
Itu belum termasuk spanduk, baliho, atau poster yang ditempel di pohon dan tiang listrik. Tentu, saya ga hitung.
Yang pasti, alat peraga kampanye Prabowo-Gibran paling banyak dibanding Ganjar-Mahfud MD dan Anies-Muhaimin Iskandar. (Baca: 9 Naga dan 3 Capres)
Nah, dibanding dua capres tersebut, APK Prabowo-Gibran ini paling bervariasi. Mulai dari pose hingga penggunaan teknologi AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan.
Dalam beberapa gambar yang saya amati, tampak Prabowo-Gibran mengenakan kemeja biru. Berpadu dengan dasi kupu-kupu berwarna merah yang ikonik.
Sungguh, keren banget. Gemoynya dapat.
^_^
Wajar jika banyak anak muda yang mengidolakan Prabowo. Apalagi, keberadaan Gibran sebagai cawapres yang masih 36 tahun seolah jadi representasi generasi muda.
Terbukti, di media sosial, seperti facebook, instagram, twitter, youtube, hingga tiktok, pasangan nomor urut dua itu kerap trending. Gemoy plus muda bersatu.
:)
Hanya, memilih presiden dan wakil presiden, tidak cukup dengan gimmick. Rekam jejak wajib dikuliti.
Sebagai penggemar Prabowo, tentu saya sudah tahu masa lalunya. Berlumuran darah terkait penculikan aktivis jelang reformasi.
Pun demikian dengan Gibran yang terkesan nepotisme. Kendati, ada sanggahan yang memilih nanti rakyat.
Nanti...
Namun, kita harus kritis. Jadi penggemar bukan berarti sebagai kerbau yang dicocok hidungnya.
Bagaimana dengan rekam jejak dua pasangan lain? Ya, 11/12.
Alias, serupa tapi tak sama.
Ganjar identik sebagai petugas partai. Belum lagi dengan insiden Wadas dan batalnya Piala Dunia U-20
Mahfud kerap inkonsistensi. Sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) adakalanya melempar isu di luar kewenangan.
Anies? Gubernur pilihan saya. He he he.
Jakarta di bawah kepemimpinan Anies cukup baik. Namun, masih jauh di bawah ekspekatasi saya, khususnya dalam penanganan banjir dan macet.
Muhaimin? Cocok jadi pemimpin dalam beberapa tahun ke depan.
Gayanya luwes. Paling asyik diantara lima peserta capres-cawepres 2024.
Hanya, Cak Imin terkendala isu terkait pelengseran Gusdur di Partai Kebangsaan Bangsa (PKB). Noktah ini yang sangat mengganjal.
Khususnya, pencinta Gusdur. Cak Imin ini menurut saya, oportunis. Jika diibaratkan pesepak bola ya, Filippo Inzaghi.
Konsklusinya terkait capres-cawapres 2024 ya tergantung selera. Jika saya yang sudah ikut nyoblos sejak 2014, tentu punya pilihan sendiri.
Nah, bagi generasi milenial yang baru kali pertama kali ikut pilpres, wajib menyimak berbagai rekam jejak dari sang calon. Jangan percaya dengan gimmick di medsos.
Pasalnya, itu sudah dipoles sedemikian rupa. Harus kritis dalam menentukan pilihan.
Sebab, itu akan menentukan nasib Indonesia dalam lima tahun ke depan.
Selanjutnya, siapa pun nanti yang terpilih, baik calon nomor urut 1, 2, dan 3, itu adalah Presiden Indonesia.***
* * *
- Jakarta, 11 Desember 2023
* * *
Artikel Sebelumnya:
Artikel Selanjutnya:
- Prabowo Presiden 2024, Ganjar Mendagri, Anies Menlu, dan AHY Menhan (Bumi 666)
- (What If) Prabowo Kalah Lagi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Maaf ya, saat ini komentarnya dimoderasi. Agar tidak ada spam, iklan obat kuat, virus, dan sebagainya. Silakan komentar yang baik dan pasti saya kunjungi balik.
Satu hal lagi, mohon jangan menaruh link hidup...
Terima kasih :)