Prabowo Presiden 2024, Ganjar Mendagri, Anies Menlu, dan AHY Menhan
PEMILIHAN Presiden (Pilpres) 2024 kurang dari dua bulan lagi. Namun, tensinya kian intens antar calon presiden (capres).
Terutama, sejak Debat Capres pertama pada 12 Desember lalu. Seperti yang saya ulas di tulisan sebelumnya, "Prabowo Kembali ke Setelan Pabrik".
Maklum, ketika itu, Prabowo Subianto jadi bulan-bulanan Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo. Khususnya, terkait sikap defensif menghadapi serangan dua rivalnya tersebut.
Sebagai penggemarnya, tentu saya agak bingung dengan taktik Prabowo. Kok bisa, Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) ini menjalankan strategi pasif.
Apalagi, saat diserang Anies. Tepatnya, ketika Prabowo disinggung tak tahan sebagai oposisi.
Ini menarik. Hanya, saya enggan membahasnya lagi karena sudah basi.
Sebab, banyak anggota tim sukses (timses), konsultan politik, relawan, dan sebagainya yang telah menjelaskan.
Namun, ada satu yang saya anggap penting. Tepatnya, saat Prabowo mengatakan, jika terpilih sebagai presiden bakal merangkul semua pihak, baik yang mendukung maupun membencinya.
Itu diungkapkannya saat pidato dalam acara Konsolidasi Pemenangan Prabowo-Gibran di Bogor, Jawa Barat, Minggu (10/12).
Bagi saya ini menarik. Sangat luar biasa menarik.
Seketika, otak saya jadi travelling. Imajinasi pun membuncah.
Gimana jika Prabowo terpilih sebagai presiden, lalu dua rivalnya diangkat jadi menteri?
Ih... Keren!
Oke, saya akan buat dalam segi fiksi. Ide ini sudah ada sejak September lalu ketika menulis "Prabowo: Sang Penculik yang Berharap Mandat Langit".
Dalam catatan di bawahnya, saya sematkan, "Artikel selanjutnya: Prabowo Presiden 2024, Ganjar Mendagri, Anies Menlu, dan AHY Menhan (Bumi 666)".
Hanya, saat itu baru ada 20% dalam draft. Sebab, masih menunggu siapa calon wakil presiden yang dipilih Prabowo yang saya pikir salah satu dari Yusril Ihza Mahendra, Khofifah Indar Parawansa, atau Susi Pudjiastuti.
Namun, pada 22 Oktober, Gibran Rakabuming Raka yang terpilih. Alhasil, draft yang saya buat pun buyar.
Pasalnya, ada beberapa nama terkait yang harus saya coret dan tambahkan. Oke, artikel di bawah ini hanya fiksi atau imajinasi liar.
Mungkin, bisa jadi nyata di semesta lainnya. Jika, memang ada dunia paralel.
* * *
KABINET Persatuan Indonesia sudah diumumkan malam ini, Minggu (20/10). Berisi 38 menteri, 10 pejabat setingkat menteri, dan
wakil menteri.
Itu diungkapkan Prabowo yang pagi tadi dilantik secara resmi sebagai Presiden Indonesia 2024 bersama Gibran (Wakil Presiden). Pria 72 tahun ini memang gercep dengan langsung mengumumkan kabinet beserta isinya yang gw saksikan secara streaming.
Padahal, jadwalnya padat. Setelah pulang dari Gedung MPR/DPR, Prabowo langsung menuju Stasiun Gambir. Tepatnya, untuk mengantar tiga presiden sebelumnya yang akan menggunakan Kereta Api.
Ya, Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri berangkat ke Blitar untuk ziarah ke makam ayahnya, Presiden RI Pertama Soekarno. Lalu, Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menuju Pacitan. Pun demikian dengan Presiden RI ke-7 Joko Widodo (Jokowi) yang kembali ke Solo.
Ketiganya kompak, dalam konferensi pers, menyatakan bakal cuci baskom. Alias, dalam dunia persilatan disebut pensiun.
Mega menyerahkan kepemimpinan PDI Perjuangan kepada Puan Maharani. SBY menegaskan, mulai saat ini tidak lagi ikut campur terkait Partai Demokrat.
Sementara, Jokowi yang memang bukan pemilik partai mengungkapkan bakal menikmati hidup sebagai rakyat biasa usai 10 tahun memimpin. Sekaligus, menemani cucu-cucunya yang selama ini jarang ditemui.
Prabowo juga menegaskan sejak hari ini bukan sebagai ketua umum Gerindra. Dia ingin fokus sebagai presiden.
Itu mengapa, Prabowo meminta Sufmi Dasco Ahmad untuk sementara memimpin partai. Hingga, beberapa pekan ke depan pemilihan resmi siapa yang akan jadi Ketua Umum Gerindra.
"Terima kasih untuk rekan-rekan jurnalis yang sudah capek mengikuti kegiatan dari Kompleks Parlemen, Stasiun Gambir, dan kini Istana Negara. Kalo ada pertanyaan, silakan," ujar Prabowo, tersenyum sambil menyeka keringat sebesar biji jagung di wajah hingga lehernya.
Usia memang tidak bisa bohong. Prabowo tampak kelelahan usai acara yang berlangsung maraton sejak pagi.
Namun, semangatnya memang tidak pernah pudar. Sebagai pemimpin, Prabowo menegaskan tekadnya untuk memajukan Indonesia.
"Saya dari media yang bermarkas di Palmerah, ingin bertanya terkait jabatan triumvirat. Apa alasan mendasar Anda terkait keberadaan tiga menteri tersebut yang dua di antaranya sempat jadi rival."
Prabowo langsung mengangguk. Gw yang menonton dari layar ponsel pun ga sabar mendengar penjelasannya.
Maklum, dua dari tiga triumvirat itu merupakan rivalnya pada pilpres lalu. Namun, Prabowo tetap memberi kepercayaan kepada Ganjar sebagai Menteri Dalam Negeri (Mendagri) dan Anies jadi Menteri Luar Negerin (Menlu).
Sementara, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dipercaya sebagai Menteri Pertahanan (Menhan). Posisi itu yang sebelumnya diemban Prabowo pada 2019-2024 usai rekonsiliasi dengan Jokowi.
"Itu sesuai dengan bidangnya. Menurut saya, mereka pun sangat ahli. Misalnya, mas Ganjar yang sebelumya sudah dua periode jadi Gubernur Jawa Tengah. Saya optimistis, beliau bisa jadi Mendagri yang bakal menyerap aspirasi kepala daerah lainnya.
Untuk mas Anies, kita tahu beliau memiliki pergaulan yang luas. Apalagi, lama sekolah di luar negeri. Sebagai Menlu, tentu pengalaman mas Anies akan membuat Indonesia kian punya pengaruh dalam geopolitik.
Mas AHY? Ini sih ga usah saya jelaskan lagi. Saya percaya, kepemimpinan beliau sebagai Menhan akan jauh lebih baik dari saya. Mas AHY masih muda dan punya pengalaman sebagai prajurit yang akan menguatkan posisi Indonesia di mata dunia.
Terkait mas Anies dan mas Ganjar, ya itu biasa dalam politik. Bahkan, rivalitas saya dengan pak Jokowi lebih panas. Sampai dua pilpres pada 2014 dan 2019. Pada akhirnya, kami bersatu demi Indonesia lebih baik. Pak Jokowi yang meminta saya untuk membantunya. Begitu juga dengan saya yang meminta mas Ganjar dan Anies serta mas AHY untuk memajukan Indonesia.
Ada lagi? Masih banyak waktu sebelum kita makan-makan bareng ya di dalam. Santap berat. Kalo sekarang cemilan yang ringan-ringan dulu."
Gw melihat Prabowo asyik duduk ngedeprok dikelilingi wartawan yang juga pada santai posisinya. Baik itu cetak, televisi, radio, hingga online.
"Pak, saya dari media di Kuningan. Melihat daftar menteri, wakil, dan pejabat setingkat menteri, saya rasa ada keanehan. Maaf ya pak, ini saya bakal banyak tanya."
"Lanjut sist, borong aja pertanyaannya," ujar wartawan dari media di Kebayoran, menimpali.
Prabowo pun terkekeh mendengarnya. Sambil mencomot ubi cilembu yang hangat, Presiden ke-8 Indonesia ini pun mempersilakan jurnalis itu untuk lanjut bertanya.
"Satu, dalam daftar kenapa PDIP lebih banyak dari partai lainnya. Dua, semua partai yang berpartisipasi di pemilu legislatif ini masuk kabinet. Apa tidak bahaya untuk negara demokrasi yang terkesan sebagai bagi-bagi jabatan. Sebab, tidak akan ada ruang untuk oposisi. Tiga, apakah meritokrasi sudah diterapkan bagi setiap tokoh yang menjabat di Kabinet Persatuan Indonesia ini, baik yang dari partai maupun profesional. Empat..."
"Eit... Tunggu dulu. Saya punya jawabannya," Prabowo memotong dengan gaya jenaka.
"Bentar ya, ubi, singkong, dan cemilannya kayaknya kurang. Pak pengurus istana, boleh kita tambah nih cemilannya agar diskusi dengan teman-teman wartawan jadi lebih lancar. Sama, banyakin wedang jahe, sekoteng, bajigur, dan minuman hangat lainnya," ujar Prabowo kepada salah satu stafnya.
Seketika, suasana jadi ramai. Maklum, diskusi memang paling mantap disertai cemilan dan minuman hangat.
Tak lama, wartawan media di Gambir nyeletuk, "Pak presiden, maaf nih. Sebagai 'ahli hisap', apakah diperbolehkan untuk menyulut asap kehidupan di sini."
"Waduh, offside nih si bro," timpal jurnalis media dari Kebon Jeruk.
"Di Istana mana boleh merokok. Tahan dulu lah bro," kameramen media di Senayan, menambahkan.
Sambil tersenyum, Prabowo menjawab, "Saya kurang tahu apakah di kawasan Istana boleh merokok atau tidak. Namun, saya mengerti kalian para 'ahli hisap' pasti sudah asem dari tadi. Ha ha ha.
Bagi saya, merokok itu ga tabu. Di tentara banyak yang merokok. Begitu juga para kader saya di Gerindra ada yang merokok. Ya, sebenarnya silakan saja. Hanya, agak jauhan dikit agar asapnya tidak kena perokok pasif.
Saya jadi ingat mas Bambang Pacul (Wuryanto) saat datang ke Hambalang. Beliau juga izin buat merokok supaya ilmunya keluar semua. Ha ha ha.
Ya udah, jauhan dikit ga apa-apa. Sekarang kita dengar pertanyaan selanjutnya dari kakak wartawati ini. Jangan lupa, cemilan ditandaskan ya. Kita ngobrol santai saja, jangan ada yang tegang."
Gw yang menyaksikan streaming jadi kaget. Prabowo benar-benar lebih kalem.
Auranya pun beda. Ga salah emang gw memilihnya sebagai presiden sejak 2014 meski baru edisi sekarang terwujud.
Menurut gw, perubahan sikap Prabowo yang sangat simpatik ini salah satunya terkait bergaul dengan Jokowi. Semoga PS 08 bisa menakhodai Indonesia sesuai visi dan misinya dengan lancar... Aamiin.
"Pak Presiden, ini yang keempat," ujar sang wartawati. "Tentang nama-nama menteri sebelumnya yang kini kembali seperti pak (Ignasius) Jonan, pak Rizal (Ramli), bu Susi (Pudjiastuti), dan banyak lagi. Terakhir, lima, soal menteri profesional yang memiliki ikatan dengan Petamburan. Sebelumnya, kan mereka dikenal sebagai garis keras."
Seketika, suasana jadi hening. Gw lihat kekagetan dari para jurnalis usai mendengar pertanyaan sang wartawati.
Prabowo? Khidmat menyimak sambil mengangguk.
Spontan, gw pun membuka tab di browser untuk melihat daftar menteri. Benar apa yang dikatakan sang jurnalis tersebut.
* * *
KABINET PERSATUAN INDONESIA
Presiden: Prabowo Subianto
Wakil Presiden: Gibran Rakabuming
Menteri Dalam Negeri: Ganjar Pranowo
Menteri Luar Negeri: Anies Baswedan
Menteri Pertahanan: Agus Harimurti Yudhoyono
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi: Luhut Binsar Panjaitan
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan: Effendi Simbolon
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia: Yusril Ihza Mahendra
Menteri Keuangan: Sri Mulyani
Sekretaris Kabinet: Basuki Tjahaja Purnama
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi: Budiman Sudjatmiko
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat: Basuki Hadimuljono
Menteri Kelautan dan Perikanan: Susi Pudjiastuti
Menteri Pendidikan: Ade Armando
Menteri Kebudayaan: Rocky Gerung
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak: Grace Natalia
Menteri Pariwisata: Deddy Cahyadi
Kepala Badan Ekonomi Kreatif: Ahmad Dhani
Menteri Lainnya:
Rizal Ramli
Ignatius Jonan
Dahlan Iskan
Fahri Hamzah
dll
Komposisi Menteri dari Partai
PDIP: 4
Golkar: 4
Demokrat: 3
Gerindra: 2
PAN: 2
PSI: 2
PBB: 2
PKS: 2
Gelora: 1
PKB: 1
Nasdem: 1
PPP: 1
Perindo: 1
--->TOTAL: 26
Menteri: 39
Pejabat Setingkat Menteri: 10
(Wakil Menteri: 25)
Total Menteri dan PSM: 49
Partai: 26 (53%)
Nonpartai: 23 (47%)
*Beberapa kementerian dipecah dari sebelumnya
* * *
GELAS berisi wedang jahe tandas diteguk Prabowo. Usai mengelap tangannya yang berminyak bekas cemilan, putra dari begawan ekonomi Soemitro Djojohadikoesoemo ini pun bersuara.
"Ada lagi, kakak wartawati?"
"Cukup, pak. Kalo saya kebanyakan nanya, nanti yang lain ga kebagian."
"Padahal, satu lagi dapat sepeda."
"Ha... Ha... Ha..."
Suasana kembali riuh. Memang, sesi tanya jawab ini terkesan santai.
Prabowo juga memaklumi mengingat para jurnalis sudah bekerja dari pagi. Alhasil, dia pun menimpali dengan guyon agar suasana tidak kaku.
"Ini langsung saya jawab ya. Pertama, PDIP memang bukan bagian dari Koalisi Indonesia Maju. Namun, memiliki banyak kader yang bisa berkontribusi untuk negara. Termasuk, pak Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama yang sudah kita kenal sejak memimpin Jakarta. Saya kagum dengan karakter beliau yang tegas. Tanpa tedeng aling-aling. Makanya, saya izin ke bu Mega untuk memasukkan empat kader PDIP dalam kabinet ini.
Dua, jadi bagian pemerintahan dan oposisi itu sama-sama terhormat. Dalam ranah demokrasi, keduanya membentuk simbol Yin dan Yang. Mereka yang tidak ikut Koalisi Indonesia Maju bisa jadi oposisi meski ada menterinya di kabinet. Ini kan bagian dari check and balance. Saya bukan orang yang antikritik. Jika dalam pemerintahan dirasa kurang beres, siapa pun berhak mengkritisi. Baik itu partai politik, media, hingga masyarakat.
Misalnya, dalam Rancangan Undang-Undang atau revisi. Anggota DPR berhak untuk menolak usulan pemerintah. Itu wajar.
Terkait bagi-bagi jabatan, saya pikir tidak ya. Contoh, Gerindra hanya ada dua menteri yang sama dengan PKS. Kalo kita konsepnya pilpres 'The Winners Takes It All', tentu partai yang saya dirikan itu dapat banyak jatah menteri. Faktanya? Tidak. Bahkan, ga ada keponakan atau keluarga saya dalam kabinet.
Ketiga, soal meritokrasi. Berdasarkan rembukan antara saya, mas Gibran, dan tim yang terdiri dari pakar dan perwakilan Koalisi Indonesia Maju beberapa waktu lalu, sepertinya sudah tepat. Saya memilih orang yang memiliki kompetensi di bidangnya masing-masing. Mas Jonan akan membuat moda transportasi lebih baik. Tidak hanya di Jawa saja, tapi dari ujung Aceh hingga Papua. Begitu juga dengan bu Susi, mas Rizal, pak Rocky, dan sebagainya.
Saya izin minum dulu ya."
"Silakan pak," jawab para jurnalis, kompak.
"Keempat, ini berkaitan dengan yang ketiga. Intinya, mereka kompeten di bidangnya masing-masing.
Terakhir, soal menteri yang saya pilih terafiliasi dengan Petamburan atau dikenal garis keras?
Saya teringat perkataan mendiang Deng Xiaoping saat sukses memajukan Cina. Yaitu, tidak peduli kucing warna putih atau hitam, yang penting bisa menangkap tikus.
Begitu juga dengan saya saat memilih menteri. Yang bisa berkontribusi untuk negara sesuai kompetensinya masing-masing. Mengenai garis keras atau ekstrim, itu kan hanya cap luar saja. Mereka itu aslinya sangat cinta Indonesia.
Jadi, clear ya."
...
...
Gw jadi membandingkan Prabowo dengan Cao Cao yang memimpin Negara Wei era Tiga Negara di Cina, dari segi positifnya. Cao Cao menerapkan betul meritokrasi pada akhir Dinasti Han.
Cao Cao mengangkat siapa saja yang kompeten. Baik itu tukang arak, tukang jagal, penjual kasut, hingga orang yang hampir menebas lehernya, Zhang Liao.
Bahkan, Zhang Liao sangat berjasa pada Wei saat meladeni gempuran Shu dan Wu.
Satu-satunya sosok kompeten yang tidak diambil Cao Cao adalah Lu Bu. Jenderal perkasa yang sayangnya berakhir tragis.
Koresponden dari majalah ternama Amerika Serikat, ikut bertanya, "Pak, apa tidak khawatir dengan conflict of interest di kabinet. Mengingat ada mas Fahri Hamzah dengan dua menteri PKS. Begitu juga AHY dan Demokrat dengan pihak lain?"
"Seperti yang saya katakan tadi. Para menteri, pejabat setingkat menteri, dan wakil menteri bekerja sesuai bidang masing-masing. Mereka itu kan sudah saling kenal sebelumnya. Saya pikir, mereka kompak, kok. Hanya, memang di luar kelihatan beda. Namun, demi kemajuan negara, mereka menekan ego masing-masing.
Eh, sudah hampir pergantian hari. Lumayan lama juga diskusi ini. Kita lanjutkan besok ya. Sekarang, kita makan bareng. Penghuni dalam perut saya juga sudah pada demo nih."
Bersambung...
* * *
- Jakarta, 13 Desember 2023
* * *
Artikel Sebelumnya:
- Prabowo Kembali ke Setelan Pabrik
- Prabowo Gemoy, tapi Tangannya Berlumuran Darah
- Prabowo dan Kedaulatan Selera
- 9 Naga dan 3 Capres
- Prabowo: Sang Penculik yang Berharap Mandat Langit
- Soe Hok Gie: Prabowo Cerdas tapi Naif
- Dhani, Rizieq, dan Ahok Bersatu demi Indonesia (Bumi 378)
- Manusia Lebih Anjing daripada Anjing
Artikel Selanjutnya:
- POV Prabowo
- POV Ganjar
- POV Anies
- POV AHY
- POV Ahok
- POV Ketua Partai Besar
- (What If) Prabowo Kalah Lagi
...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Maaf ya, saat ini komentarnya dimoderasi. Agar tidak ada spam, iklan obat kuat, virus, dan sebagainya. Silakan komentar yang baik dan pasti saya kunjungi balik.
Satu hal lagi, mohon jangan menaruh link hidup...
Terima kasih :)