Kolaborasi Semua Pihak untuk Hapus Stigma Negatif Kusta
Ilustrasi @roelly87 |
GRAFIK penurunan penderita Koronavirus sejak beberapa bulan terakhir jadi momentum terbaik bagi masyarakat Indonesia. Itu setelah Covid-19 melanda negeri ini sejak Maret 2020.
Namun, seiring waktu berjalan, kerja sama semua pihak, mulai dari pemerintah pusat, daerah, swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), hingga seluruh rakyat di nusantara sukses menekan laju penyebaran Koronavirus. Ini jadi kabar baik bagi semua orang.
Termasuk, saya yang sehari-hari berada di jalan. Tepatnya, sebagai ojek online (ojol) yang sangat menyambut gembira. Itu terlihat dengan kemacetan di berbagai sudut ibu kota.
Pertanda, situasi pada mayoritas wilayah di Tanah Air sudah membaik. Memang, belum normal seperti sediakala.
Di sisi lain, sudah menunjukkan bahwa kehidupan di nusantara ini akan pulih kembali. Ya, itu jadi harapan semua pihak.
Nah, bulan ini juga kita memperingati Hari Kesehatan Nasional (HKN) yang jatuh setiap 12 November. Ini jadi momentum yang baik untuk mengingatkan semua pihak tentang pentingnya kesehatan.
Bisa dipahami, sebab seperti yang kita ketahui, kesehatan merupakan hak dan pelayanan dasar yang harus dipenuhi negara. Ini sebagaimana tercantum dalam UU No 39/tahun 2009 tentang kesehatan, perlu diselenggarakan secara berkeadilan dan tidak diskriminatif.
Artinya, setiap warga negara, tak terkecuali penyandang disabilitas, termasuk orang dengan atau yang pernah mengalami kusta, memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu.
Hanya, berbagai tantangan dan keterbatasan sumber daya membuat pelayanan ksehatan seingkali belum aksesibel bagi mereka. Untuk itu, penyelenggaraan program layanan kesehatan inklusif terus diupayakan banyak pihak. Termasuk, LSM dan berbagai badan usaha melalui program CSR (Corporate Social Responsibility) alias tanggung jawab sosial perusahaan.
Eit... Kenapa saya mengaitkan kusta dengan situasi pandemi saat ini?
Sebab, memang sangat berkolerasi. Seperti yang saya sempat bahas di blog pada bulan lalu. Jujur saja, menulis tentang kusta ini sangat berat. Beda jika harus mengulas terkait tema kesehatan lain. Misalnya, diabetes yang sering saya tulis di blog ini berdasarkan pengalaman ibu saya.
Sementara, kusta, untuk saat ini saya belum bersinggungan secara langsung. Beruntung, saya merupakan penggemar cerita silat (Cersil) yang dalam kisah Tiga Dara Pendekar disinggung terkait mitos penyakit kutukan ini.
Apalagi, setelah saya rutin menyimak kabar di KBR yang kerap berkolaborasi dengan para blogger. Termasuk, Komunitas Indonesian Soial Blogpreneur, yang biasa berbagi informasi terkait kehidupan sehari-hari, kesehatan, wisata, edukasi, hingga hobi.
Itu yang saya alami saat menyimak webinar terkait kesehatan dalam Ruang Publik KBR: Bahu Membahu untuk Indonesia Sehat dan Bebas Kusta. Bincang-bincang itu saya ikuti pada laman https://www.youtube.com/watch?v=NfKl_Qt21xA yang berlangsung Rabu (24/11).
Terdapat dua narasumber yang aktif berbagi info kepada seluruh peserta, termasuk blogger yang rutin bertanya. Itu meliputi, Ketua TJSL PT DAHANA (Persero) Eman Suherman, SSos dan Junior Technical Advisor NLR Indonesia dr Febrina Sugianto.
"HKN 2021 ini jadi momen yang ditunggu. Kami, dari NLR Indonesia berharap, lebih banyak partisipasi dari masyarakat," kata Febrina. "Partisipasi dari banyak pihak akan membuat kusta bisa diketahui masyarakat umum. Kami juga bersama banyak pihak melakukan edukasi terkait kusta beserta mitos yang menyertainya."
Eman menambahkan, "Dari kami sebagai bagian dari BUMN, ada banyak program. Termasuk,kusta untuk penanganan yang lebih luas sasarannya. Selain itu, ada peran dari semua pihak, terutama kami, dalam sosialisasi kepada masyarakat penderita kusta. Salah satunya, pengobatan gratis kepada warga. Juga, menghapus diskriminasi terkait penderita kusta kepada masyarakat."
Saya setuju dengan pernyataan tersebut. Untuk menghapus stigma negatif kusta di masyarakat, dibutuhkan kerja sama banyak pihak. Tidak hanya pemerintah saja, melainkan swasta, LSM, hingga masyarakat itu sendiri, termasuk saya dan Anda, pembaca blog ini.
* * *
Artikel Terkait:
- Karena Kusta Bukan Kutukan
Artikel Terkait Disabilitas
- Asian Para Games 2018 Bukan sekadar Menang atau Kalah, tapi...
- Lewat Bahasa Isyarat, Volunteer Buktikan Keramahan Indonesia
- Ngobrol Bareng Christie Damayanti: Ngeblog sebagai Terapi Otak
- https://www.kompasiana.com/roelly87/59f2b720c226f95795022c92/galeri-foto-christie-damayanti-selenggarakan-pameran-filateli-ke-13?page=all
- https://www.indonesiana.id/read/63461/christie-ubah-keterbatasan-jadi-kelebihan
* * *
- Jakarta, 26 November 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Maaf ya, saat ini komentarnya dimoderasi. Agar tidak ada spam, iklan obat kuat, virus, dan sebagainya. Silakan komentar yang baik dan pasti saya kunjungi balik.
Satu hal lagi, mohon jangan menaruh link hidup...
Terima kasih :)