Jakarta Biennale 2015: Maju Kena, Mundur Kena: Bertindak Sekarang! |
JAKARTA Biennale 2015 kembali digelar. Kali ini, perhelatan seni rupa dua tahunan itu diselenggarakan selama dua bulan, sejak kemarin, Minggu (15/11) hingga 17 Januari mendatang. Pembukaannya, sudah berlangsung pada Sabtu (14/11) di Gudang Sarinah, Pancoran, Jakarta Selatan.
Jakarta Biennale ini merupakan edisi ke-16 sejak diselenggarakan perdana pada 1974. Saat itu, masih bernama Pameran Besar Seni Lukis Indonesia I di Taman Ismail Marzuki (TIM). Namun, sekarang, skalanya lebih luas dibanding 41 tahun silam.
Yaitu, dengan melibatkan tujuh kurator dan 70 seniman sekaligus baik individu atau kelompok. Mereka terbagi dengan 42 di antaranya berasal dari seluruh wilayah Indonesia dan 28 lainnya luar negeri.
* * *
SEJARAH mencatat Sarinah merupakan nama pengasuh Soekarno saat kecil yang diabadikan sebagai pusat perbelanjaan modern pertama di Jalan Thamrin, Jakarta Pusat. Saat ini, meski kondisinya sudah tertinggal dari beberapa mal dan plaza yang ada di kawasan sekitarnya, Sarinah masih tegak berdiri.
Mereka memiliki gudang yang terletak di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan. Tepatnya, di Jalan Pancoran Timur II yang memiliki luas 3.000 meter persegi tersebut. Gudang itulah yang dalam dua bulan mendatang dipenuhi pengunjung untuk acara Jakarta Biennale 2015.
Saya beruntung bisa menghadiri acara pembukaannya pada akhir pekan lalu. Itu setelah membaca artikel rekan blogger Sari Novita berjudul "Temukan Pengalaman Baru di Jakarta Biennale 2015". Kebetulan, untuk acaranya yang memang berbau seni, saya tidak asing lagi. Lantaran, bulan lalu, saya sempat mendapat infonya saat menghadiri Pameran Seni Lukis Jakarta 2015: Rendering Regime di TIM (24/10).
Sebagai penikmat seni, sudah pasti saya "haram" melewatkan Jakarta Biennale 2015 meski harus tersasar hingga jalan buntu akibat GPS di ponsel salah posisi saat mencari rute. Selain memberikan warna tersendiri dalam blantika seni Tanah Air, acara yang bertajuk "Maju Kena Mundur Kena: Bertindak Sekarang!" ini diperkaya puluhan seniman. Plus, dua pertunjukkan musik dari White Shoes and the Couples Company dan Sentimental Moods.
"Kenapa air, sejarah, dan gender? Karena semua orang punya ketiga hal tersebut," kata kurator asal Skotlandia, Charles Esche dalam sambutannya pada pembukaan. "Apalagi, 99 persen tubuh manusia terdiri dari cairan (air). Juga karena Indonesia merupakan negara kepulauan. Sudah pasti, rakyatnya selalu bersentuhan dengan air. Untuk sejarah dan gender, kita pasti bersentuhan dengan keduanya."
Pernyataan kurator asing pertama di Jakarta Biennale ini diiyakan rekannya sesama kurator, Irma Chantily. Menurut wanita 30 tahun ini, tema tersebut sudah dicetuskan sejak Januari. Tepatnya, saat terjadi isu penggusuran warga di bantaran air.
"Ketika kami berdiskusi Januari lalu, tema air yang pertama kali muncul. Yaitu, tentang banjir, persediaan air minum, hingga penggusuran warga (di bantaran sungai). Seiring berjalannya waktu, kami menemukan banyak isu lain yang perlu diberi wadah. Semua, terhubung lewat isu sejarah dan gender," Irma yang menyukai fotografi ini menambahkan.
Ya, apa yang dikatakan dua dari tujuh kurator itu dapat kita simak dalam rangkaian Jakarta Biennale 2015. Yang menarik, semua itu dapat dinikmati secara gratis. Itu mengapa saya dan rekan blogger yang mendatangi Gudang Sarinah, harus antre panjang saat menuju pintu masuk.
* * *
TAMPAK, antusiasme menjalar di wajah pengunjung yang mayoritas anak muda, khususnya mahasiswa. Apalagi, panitia menyediakan makanan dan minuman gratis sepanjang acara. Termasuk, jamu beras kencur yang kami nikmati selagi hangat.
Timbul pertanyaan, dengan berbagai fasilitas, seperti sewa gudang, bayar musisi, sewa petugas keamanan, konsumsi, hingga lain-lain. Bagaimana dengan dananya? Menurut salah satu panitia yang enggan disebut namanya, ternyata itu berkat dukungan sponsor.
Yupz, mereka yang membantu tim kerja dari Yayasan Jakarta Biennale demi terselenggaranya acara. Itu meliputi relawan dan sponsor. Sementara, dari pemerintah ada Dinas Pariwisata Jakarta. Selanjutnya, Sarinah Depertment Store, Dewan Kesenian Jakarta, Goethe Institut, Erasmus Huis, dan banyak lagi.
* * *
Antrea panjang untuk registrasi |
* * *
Isi daftar hadir dengan identitas Blogger |
* * *
Booth Sarinah |
* * *
* * *
Jamu beras kencur yang rasanya pas banget |
* * *
WNA pun tertarik menyambangi menu gratisan |
* * *
* * *
* * *
Upz, vulgar euy :) |
* * *
* * *
* * *
* * *
Lompatlah daku, kau kutangkap |
* * *
* * *
* * *
Ada yang aneh dengan foto ini? |
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
Artikel terkait Seni dan Budaya
- ?
- 100 Tahun Ismail Marzuki 24 Mei 2014
* * *
- Jakarta, 16 November 2015
wah aku baru tahu sampe ngantri...sayang Rul kita ngak sempat bareng..puanasss tenan yo di sana krmn...Thanks Yo Rul
BalasHapushi hi hi
Hapussaking ramenya mbak :)
*sodorin jamu beras kencur biar adem
Pengen banget ketempat ini neh pas opening kemarin, tapi gpp cerita kang roelly sudah mewakili penasaran saya neh.
BalasHapusItu yg gambar baju, ngeri juga kalau tiba-tiba banyak gelantungan hihi
he he he
Hapuskalo ditelusuri, itu ada yang aneh :)
Foto terakhir, tong-tong berwarna-warni, simbol bendera negara atau apa?
BalasHapusitu soal kritik mbak, tambang minyak tertua di Wonocolo Bojonegoro, Jawa Timur...
Hapuswah kreatif banget... salut dech buat pemuda Indonesia yang Kreatif dan pastinya Kritis
BalasHapusyupz mas, terutama karena yang mengerjakan itu mayoritas anak muda :)
HapusFoto fotonya slalu cetar membahana nih, sarinah udsh lm banget ga ke sana..tp klo ke sanapun bingung mau beli apa huahuaaa
BalasHapusPaling mampirnya hokben lg hokben lg
wkwkkwkwkw
Hapuspan kemaren udah saya traktir seharian dari plaza semanggi sampe ahpoong :)
Wihhh acaranya keren banget. Kapan acara kaya' gini ada di Malang, ya?
BalasHapushi hi hi
Hapusmalang mah kan sering juga ngadain event mbak
oh ya, acara ini juga ada di beberapa kota di Indonesia
bisa dicek di websitenya mbak :)
*makasiiih