Stasiun Palmerah pada pagi hari |
"MAS Huda, silakan ikut serta dan mengisi nomor 21," demikian chat Mohamad Sobari di aplikasi grup Whatsapp komunitas Tau Dari Blogger (TDB) pada 5 Mei lalu. Sontak, notifikasi dari pria 45 tahun ini bikin melonjak saya kegirangan. Sebab, akhirnya saya kembali bisa mengikuti rangkaian acara bertema #BloggerWisataStasiunDJKA dengan rute dari Stasiun Palmerah menuju Maja.
Pekan sebelumnya (30/4), saya juga turut mengikuti event bertajuk #TurKRL yang diselenggarakan komunitas Jakarta By Train (JBT) yang bersinergi dengan TDB. Saat itu, saya dan puluhan blogger lainnya menelusuri setiap sudut Stasiun Manggarai hingga Gondangdia. Selanjutnya,kami menuju gedung PMI Jakarta di Jalan Kramat Raya dengan singgah di Tugu Tani, Museum Kebangkitan Nasional, dan kedai Ice Cream Baltic.
Kali ini rutenya lebih panjang dengan melewati 15 stasiun dari Palmerah hingga Maja. Selain kedua stasiun itu, kami juga singgah di Stasiun Parung Panjang dan Kabayoran. Yaitu, dalam rangka peresmian ketiga stasiun anyar di Lintas Barat y ang diselenggarakan Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan (Kemenhub).
Sudah pasti, ini jadi perjalanan yang mengesankan bagi saya. Apalagi, saya sudah menunggu dari pekan sebelumnya saat usul dengan Sobari dan Muchtar Muhamad yang merupakan dua dari tiga pendiri TDB. Kebetulan, saya sudah lama tidak melintasi jalur barat sejak Maret 2014 usai menghadiri pernikahan sepupu di Tigaraksa.
Sebelumnya, saya tidak asing dengan dunia perkereta apian karena sempat jadi atapers pada periode 1997-2007. Hanya, seiring perjalanan waktu dan terkait kondisi sebagai pekerja lapangan membuat saya cenderung menggunakan sepeda motor untuk bepergian sehari-hari. Tak heran jika saya sangat antusias ketika nama saya ada dalam daftar #BloggerWisataStasiunDJKA yang diselenggarakan TDB bersinergi dengan DJKA Dishub.
* * *
"RUL, kalo ke Maja kan lewat Tigaraksa. Ntar mampir ke tempat uwak, sekarang kan stasiunnya udah bagus," tutur ibu saya pada Sabtu pagi yang cerah (7/5). Sebelumnya, Ibu dan uwak (bibi) yang tinggal di Perumahan Adiyasa sangat antusias ketika saya ceritakan akan berpesiar dengan KRL Commuter Line dari Palmerah menuju Maja yang melintasi tiga provinsi. Yaitu, DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten.Apalagi, ketika saya tunjukkan Kartu Multi Trip (KMT) dengan logo TDB sebagai komunitas blogger. Terlebih, kami sebenarnya tidak asing dengan kawasan di barat ibu kota itu karena keluarga berasal dari Pandeglang, Banten.
Kebetulan, saat itu bertepatan dengan hari kelahiran ibu saya. Jadi, pagi harinya setelah doa bersama sekeluarga, kami larut dalam perbincangan mengenai dunia kereta api yang meliputi kondisi stasiunnya. Termasuk mengenai penamaan Stasiun Tigaraksa yang sempat membuat bingung uwak saya karena lokasinya tidak berada di kabupaten Tigaraksa melainkan Solear.
* * *
AGAK pangling ketika saya menginjakkan kaki di Stasiun Palmerah. Lantaran kondisinya berbeda 180 derajat dibanding beberapa tahun lalu. Kini, stasiun yang diresmikan pada 6 Juli 2015 itu (sumber: PT KAI) itu sudah bersolek.Tidak ada lagi kesan kumuh, kotor, rungsep, dan sebagainya saat saya menjelajah setiap sudut di Stasiun Palmerah. Sebaliknya, saat ini kesannya jadi lebih modern, megah, luas, hingga futuristik, Baik dari peron, lantai dua, tempat tiket, lift untuk disabilitas, mushola, passanger service dengan keberadaan kursi roda, ruangan menyusui, hingga toilet seperti berada di hotel dan bukan lagi stasiun. Itu saking bersih dan terawat.
"(Stasiun Palmerah) ini jadi percontohan untuk stasiun modern di Indonesia. Nanti, akan dibangun beberapa stasiun lagi seperti Palmerah. Termasuk, yang akan kita kunjungi tiga di antaranya seperti Maja, Parung Panjang, dan Kebayoran," tutur Kepala Humas Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Joice Hutajulu, saat berdiskusi dengan kami sambil menunggu kehadiran KRL Commuter Line.
Menarik, dalam kesempatan itu, Joice yang ditemani tiga rekannya (Candra, Wiwit, dan Sapto) dari DJKA Dishub, bahwa modernisasi Stasiun Palmerah tidak menghilangkan ciri khas sebelumnya. Yaitu, mereka masih mempertahankan bangunan lama yang kini berfungsi sebagai ruang kepala stasiun.
"Bangunan lama di Stasiun Palmerah ini jadi cagar budaya yang harus dilestarikan. Untuk itu, pada pembangunan stasiun baru ini, bangunan lama tetap dipertahankan dan dapat berfungsi dengan baik," Joice mengungkapkan yang mengingatkan saya pada dua cagar budaya di ibu kota yang pernah saya kunjungi. Yaitu, Candranaya dan Masjid Hidayatullah yang masih terawat meski dikelilingi gedung bertingkat.
Dari Stasiun Palmerah menuju Maja menempuh jarak sekitar satu jam yang sesuai dengan aplikasi GPS di ponsel saya. Banyak pemandangan menarik yang saya dapat dalam gerbong sepanjang perjalanan. Mulai dari pemandangan menarik di dalam dan luar kereta hingga berbagai fasilitas pendukung lainnya.
Seperti, informasi jadwal kereta di setiap pintu untuk memudahkan penumpang, beragam petunjuk yang berisi apa saja yang dilarang untuk dibawa ke dalam gerbong, layar LCD dengan berbagai tayangan informatif, hingga pegangan pada gerbong yang kokoh dan fungsional.
Sebagai pribadi yang menyukai hal detail, jelas saya senang dengan inisiatif dari PT Kereta Api Indonesia (KAI). Khususnya, PT Kereta Api Commuter Line Jabodetabek (KCJ) selaku operartor KRL dan DJKA-Kemenhub sebagai regulator.
Tak heran jika saat ini Commuter Line tidak sekadar jadi alternatif moda transportasi saja. Melainkan, sudah jadi primadona dan andalan masyarakat untuk bepergian. Itu terkait kondisi stasiun dan kereta yang bersih ditambah pelayanan prima dan tarifnya yang terjangkau bagi rakyat Indonesia.
* * *
"STASIUN Maja sekarang sudah lebih modern. Bikin memudahkan warga untuk bepergian dengan Commuter Line dari atau ke Jakarta," tutur rekan blogger Rushan Novally saat kami tiba di Stasiun Maja.Apa yang dikatakannya beralasan mengingat pria kelahiran 13 November 1975 ini memang setiap hari menggunakan jasa Commuter Line. Berkat Rushan juga, saya mendapat informasi mengenai penamaan Stasiun Tigaraksa di blog-nya bersama Sobari yang dalam artikelnya menginginkan penambahan kata Solear.
Stasiun Maja memiliki luas lantai 2.570 meter2 dengan tinggi 15,2 meter yang terdapat dua peron. Menurut Joice, stasiun yang berlokasi di kecamatan Maja, kabupaten Lebak, Banten ini, dikondisikan untuk menampung 4.687 penumpang.
"Renovasi Stasiun Maja dilakukan demi meningkatkan minat rakyat Indonesia, khususnya masyarakat yang berada di pinggir Jakarta untuk beralih menggunakan transportasi massal berbasis rel. Yaitu, kereta api, untuk mobilitas baik dari daerah asal (yang berada di pinggir Jakarta) menuju ibu kota dan sebaliknya," Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Hermanto Dwiatmoko, menambahkan.
Usai menjelajah setiap sudut Stasiun Maja selama satu jam, kami pun melanjutkan perjalanan untuk singgah di Stasiun Parung Panjang dan Kebayoran. Nah, di Stasiun Parung Panjang ini, saya merasa agak kontras hingga membuat saya prihatin.
Sebab, kemegahan dan bersihnya areal gedung tidak sebanding dengan kondisi di areal sekitar. Khususnya, akses dari dan menuju stasiun yang sangat semrawut di pasar Parung Panjang serta banyak jalan rusak akibat dilewati truk yang mungkin melebihi tonase.
Bahkan, menurut beberapa warga sekitar yang sempat saya tanya, kondisi menuju stasiun sangat menyedihkan. Terutama jika hujan lebat yang bukan lagi membuat jalan seperti tergenang, melainkan mirip kolam renang.
Sebagai blogger, tentu saya sangat menyayangkan pemandangan di sekitar Stasiun Parung Panjang yang jadi noktah kecil tapi sangat berpengaruh. Tentu, ini bukan salah PT KAI, PT KCJ, atau DJKA-Kemenhub karena terkait jalan dan pasar Parung Panjang melibatkan pemerintah daerah setempat.
Dalam hal ini, pemerintah kabupaten Bogor dan pemerintah provinsi Jawa Barat. Sebagai bagian dari masyarakat umum saya berharap berbagai instansi itu untuk melakukan sinergi. Agar, akses menuju stasiun lebih tertata yang diharapkan makin membuat warga sekitar untuk antusias menggunakan kereta api.
* * *
SELAYANG pandangan mata saya di Stasiun Parung Panjang mengingatkan saya pada adagium lawas yang berbunyi, "Tiada gading yang tak retak." Ini jadi catatan kecil yang minus bagi saya sepanjang mengikuti rangkaian #BloggerWisataStasiunDJKA. Ya, bagaimanapun, sebagai blogger, saya harus kritis melaporkan apa yang telah saya lihat dan rasakan dalam periode itu seperti yang sebelumnya saya lakukan terhadap Bea Cukai.Kritik, saran, dan pendapat dari masyarakat umum, termasuk blogger sangat diperlukan guna meningkatkan pelayanan moda transportasi massal. Saya berharap, kesemrawutan di sekitar Stasiun Parung Panjang bisa segera diatasi. Juga, dengan Stasiun Tenjo yang lokasinya di persimpangan jalan hingga ketika ada kereta api membuat kendaraan dari dua sisi harus menunggu lama.
Terlepas dari nilai minus itu, secara keseluruhan saya bangga dengan apa yang sudah dilakukan PT KAI, PT KCJ, dan DJKA-Kemenhub. Mereka sukses membuat penumpang nyaman dan merasa aman di stasiun dan dalam gerbong karena keberadaan petugas keamanan. Juga dengan petugas kebersihan yang selalu sigap membuat stasiun, gerbong, dan rel, tetap bersih. Tak lupa, dengan peran pegawai lainnya dari balik layar.
Ya, di balik pelayanan prima untuk masyarakat umum, terdapat kerja keras dan kerja cerdas dari segenap pegawai sepanjang 24 jam.
* * *
KMT dengan logo TDB |
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
Informasi di depan pintu masuk yang terkesan sepele tapi justru penting: Dahulukan penumpang yang keluar |
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
Potret keluarga yang memanfaatkan jasa Commuter Line untuk bepergian |
* * *
Stasiun Maja dari lantai dua |
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
* * *
Referensi:
- PT KAI: Menhub Resmikan Stasiun Palmerah
- PT KCJ: Peta Rute KRL Jabodetabek
- DJKA-Dishub: Perbandingan Jumlah Penumpang
- Dimana Letak Stasiun Tigaraksa ?
- Menyoal Nama Stasiun Tigaraksa, Menghindari Gagal Paham
* * *
Artikel terkait TDB sebelumnya:- Deja Vu Tur KRL dari Manggarai ke Manggarai
- Yuk, Hadiri Sarasehan TDB #2 Bersama PMI dan Dimeriahkan Band Cokelat
- (Esai Foto) Semarak Pesona Wayang Indonesia 2016
* * *
- Jakarta, 8 Mei 2016
Semoga stasiun Bekasi menyusul sepeeti jalur barat ya mas..
BalasHapusAamiin...
Hapussetelah lintas barat, semoga lintas timur dan selatan juga ya mas :)
Itu Baru yah gan, wah udah lama juga gak lihat stasiun itu. dulu gak begitu, sekarang udah mantap,semoga stasiun lainnnya juga nyusul.bukan cuma stasiunnya juga sih, keamanannya juga :D
BalasHapussetuju mas :)
Hapusterima kasih atas tanggapan dan usulnya ya, semoga didengar dan aplikasikan pihak yang berwenang...
*aamiin
PT KAI makin berbenah diri ya, semoga bis sellau dirawat & dijaga kebersihannya
BalasHapusyupz, yang berat itu bukan membangun
Hapusmelainkan merawat dan melestarikannya :)
mas
BalasHapusatu pemandangan kuburannya diskip aja bisa ?? :D
kemudian ngibrit
hmmm aku dulu pernah ni nyetop di statiun palmerah, dulu mang blom begini ya. uda beda banget sekarang
tapi serem ga tau kenapa klo pas nyebrang relnya aku mah ahahha
hi hi hi
Hapuspemandangan tpu itu sebenarnya keren mbak
secara, saya suka foto2 alam gitu :)
yupz, kapan2 kalo di tangerang ikut aja mbak...
Sukses yaa buat Lintas Barat semua stasiun kecuali stasiun tenjo sudah rapih semua. Salam dari DaruStation
BalasHapusaamiin...
Hapusiya pak sob, semoga bakal menyeluruh ke semua stasiun ya :)
Liat orang berdempetan di dalam kereta jadi ingat kembali kenangan tahun 2011 dan 2012 waktu liburan ke Jakarta. Waktu itu lumayan jadi ikan pepes naik dari stasiun Depok menuju stasiun Pasar Minggu dan juga saat menuju ke stasiun Gondangdia.
BalasHapuspepes?
Hapustahun berapa tuuuh :)
hi hi hi
dulu emang kayak gitu mas, secara saya mantan atapers juga wkwkwk
Bang boleh dong ikutan komunitasnya...hehehe...
BalasHapusRF juga nih...tinggal deket stasiun Tenjo...
Tinggal Tenjo yg belum jelas arahnya mau dikemanain, katanya sih nunggu pembangunan flyover buat jalan raya dulu...tapi mulai kapan entah...
ayuk mas, tbd terbuka untuk semua orang, baik blogger atau komunitas lainnya :)
Hapussilakan klik link ini:
http://taudariblogger.info/
https://twitter.com/taudariblogger
https://www.facebook.com/taudariblogger/
keren banget ulasannya mas..mantap dah
BalasHapusAsyik, makasiiiih ya mas apresiasinya :)
HapusJadi lebih bagus nih mas dengan adanya pembenahan seperti ini okeh jadi bisa lebih semangat nih kalau berkunjung ke staiunnya.
BalasHapusbetul mbak, sebagai masyarakat umum, kita sangat terbantu dengan perubahan wajah stasiun, yang membuat kita lebih nyaman dan aman :)
Hapusdulu stasiun semrawut dan seperti tidak ada harapan ... sekarang jadi bersih, kinclong dan teratur.
BalasHapusPasar2 ,, umumnya masih semrawut kacau balau ... tapi jangan berhenti berharap ... :)
yupz, setuju mas
Hapusselama masih bisa bernafas, asa itu selalu ada :)
*semoga ke depan, pasar2 di dekat lokasi stasiun yang masih semrawut segera dibereskan...
wah.... bener2 bermanfaat banget komunitas nya...
BalasHapussaya bener2 baru tahu nih dari blof mas...
-keep blogging-
siappp mas :)
Hapuspantengin aja blog ini ya #eaaa promosi nih hehehe
yuk, gabung TDB aja mas
Wow keren! Sampai 4 artikel, Roel! Selamat ya! Tambah semangat!
BalasHapusaamiin...
Hapusini kan berkat #TigaDara mbak :)
makasiiiih ya
mantap mas.. suasana baru.. bermetamorfosis hehe
BalasHapus