TyyiccClcSK3IvRCDh0sKBc4_Sg roelly87.com: Sisi Lain Budi Waseso (Buwas): Pasukan Khusus, Ceplas-ceplos, dan Kritik Feodalisme di Kalangan Pejabat

Serial Catatan Harian Ojol

Serial Catatan Harian Ojol
Serial Catatan Harian Ojol

Kamis, 15 Oktober 2015

Sisi Lain Budi Waseso (Buwas): Pasukan Khusus, Ceplas-ceplos, dan Kritik Feodalisme di Kalangan Pejabat


Budi Waseso dalam acara Saresehan Advokasi P4GN bagi Kalangan Media


"TANPA berkelahi tidak akan jadi sahabat."

Jika Anda penggemar cerita silat Jin Yong, pasti tidak asing dengan penggalan kalimat itu yang ada di novel Ie Thian To Liong. Alias, dalam versi Indonesia dikenal sebagai Pedang Langit dan Golok Pembunuh Naga.

Demikian persepsi yang saya dapat ketika pertama kali bertemu dengan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Budi Waseso. Maklum, sejak Januari lalu, stigma saya terhadap pria 54 tahun ini bisa dibilang agak gimana gitu. Meski, tidak seekstrem kalimat dalam novel tersebut. Namun, kesan saya terhadap mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri (Bareskrim) ini tetap ya begitu.

Di sisi lain, saya juga mengingat jelas adagium lawas yang mengatakan, "Tak kenal maka tak sayang."

*      *      *

RATUSAN manusia tampak antusias memadati ruangan di Avara Function Hall, Epicentrum Walk, Jakarta Selatan, Selasa (13/10). Wartawan, pejabat undangan, praktisi, hingga blogger, tumplek jadi satu menyorot ke panggung.

Penyebab dari antusiasme mereka bukan lain demi mendengarkan pidato Budi yang jadi narasumber dalam Sarasehan Advokasi P4GN di Kalangan Media Elektronik bersama Roy Suryo dan Antar Sianturi. Pria yang tak masalah disapa Buwas -meski kadang mengaku kerap diplesetkan jadi "buas"- ini dengan bergelora menyatakan visi BNN untuk memerangi peredaran narkotika dan obat terlarang (narkoba).

Apalagi, kalau bukan mewacanakan hukuman mati atau minimal isolasi di pulau terpencil untuk bandar dan pengedar. Bahkan, tanpa tedeng aling-aling, Budi, mengaku sudah menyiapkan pasukan khusus untuk memerangi narkoba!

"Nanti (keberadaan pasukan khusus) ini pasti akan bikin gaduh. Apalagi, dari teman-teman wartawan ini pasti digaduhkan biar ramai. 'Memang nih pak Buwas ini bikin gara-gara terus.' Tapi yang terpenting bagi saya ini dari tujuan itu. Untuk bekerja memerangi narkoba. Untuk menyelamatkan nyawa. Menyelamatkan generasi bangsa ini. Itu yang paling penting. Akibatnya? Pasti ada. Tapi ya, kita harus hadapi," kata Budi sambil tersenyum seperti yang saya rekam dan unggah videonya di laman youtube.

Dalam kesempatan itu, Budi, membuktikan sebagai Kepala BNN tidak gentar terhadap siapa pun demi memerangi narkoba. Apalagi, jenderal bintang tiga itu menegaskan, posisinya saat ini sudah di bawah langsung presiden (Joko Widodo). Jadi, apa pun yang dilakukannya untuk memberantas narkoba, terkait pro dan kontra, tergantung kebijakan presiden.

Bagi saya, pernyataan itu sangat menarik. Sebab, berbeda 180 derajat dibanding Kepala BNN sebelumnya yang kini menjabat Kabareskrim, Anang Iskandar. Sebab, Budi lebih blak-blakan, ceplas-ceplos, dan agak -menurut saya- slengean dalam mengungkapkan sesuatu. Sementara, Anang, yang saya kenal, selain blogger aktif di blog pribadinya www.anangiskandar.wordpress.com, lebih kalem dalam menyikapi sesuatu.

Misalnya, menurut Budi, pengguna narkoba merupakan kriminal. Sedangkan, Anang menyebut pemakai sebagai korban yang memang harus direhabilitasi. Meski berbeda, bagi saya, keduanya merupakan putra terbaik bangsa ini yang mengemban tugas mahapenting di divisi masing-masing. Kesamaannya, baik Budi dan Anang sudah berpengalaman dalam tugas sebelumnya. Menurut saya yang termasuk masyarakat awam, mereka juga sama-sama komitmen dalam menunaikan jabatannya.

Sebagai blogger yang sejak 2012 lalu tergerak untuk ikut dalam kampanye BNN, tentu saya mendukung rencana Budi. Hanya, untuk saat ini memang, masih belum tepat. Itu mengingat usia jabatannya sebagai Kepala BNN yang baru sebulan setelah dilantik pada 8 September lalu. Mungkin, akan lebih elok jika penanganan soal hukum mati, kriminalisasi, isolasi, dan pasukan khusus untuk memerangi narkoba, diwujudkan dalam beberapa bulan ke depan sampai sarana dan prasarana tersedia.

*      *      *

CEPLAS-ceplos seperti sudah identik dengan Budi yang saya ikuti beritanya di media sejak menjabat Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Gorontalo. Menurut saya, apa yang dilakukannya sangat positif. Sebagai bagian dari generasi muda, jujur saya jadi berbalik mengaguminya setelah menghadiri acara BNN tersebut. Itu karena Budi dengan lantang mengaku tidak menyukai birokrasi yang bisa menghambat kinerjanya dalam memberantas narkoba.

"Kadang-kadang saya harus bertemu Ketua DPRD DKI, ya saya datangi. Tanpa harus saya kirim surat atau atur waktu. Bahkan lagi di mobil pun, jika perlu, saya telepon orangnya, saya langsung ke situ. (Tapi) kadang-kadang orang kan enggan, dengan mengatakan, masa malah Kepala BNN yang ke sini!" tutur Budi, yang tidak malu mengakui sebelumnya sempat jadi tukang ojek. "Kan kita kadang-kadang kebiasaan feodal masih dibawa-bawa. Minta dihargai, minta dihormati. Padahal, kita sendiri enggak pernah buat apa-apa. Nah ini yang selalu saya tanamkan kepada anggota (BNN) saya juga. Bahwa Kepala BNN punya tanggung jawab yang lebih."

Mendengar penuturannya itu jelas membuat saya merinding. Sangat sedikit pejabat di negeri ini yang seperti Budi. Jadi, selain wajahnya yang terkesan menyeramkan karena sudah terdoktrin "buas" sejak Januari lalu, ternyata penikmat kopi ini memiliki sisi lain yang positif. Ironisnya, itu jarang diketahui publik mengingat stigma negatif yang sudah kadung melekat.

"(Setiap hari) saya jam enam sudah di kantor dan jam 11 (23.00 WIB) baru pulang, itu karena beban tugas saya yang berbeda dengan anggota saya. Gaji saya dengan anggota saya sudah berbeda. Begitu juga fasilitas yang diberikan negara untuk saya dan anggota saya sudah berbeda. Jadi, sudah kewajiban saya yang bekerja lebih. Tidak boleh saya menuntut seperti anggota saya. (Kalau tidak mau seperti itu) ya jangan jadi Kepala BNN. Ini biasa bagi saya untuk kerja maksimal," Budi, menjelaskan.

*      *      *

TEGAS, berani, disiplin, dan sangat membela anak buah. Demikian kesimpulan yang saya dapat usai berbincang dengan Budi dari awal acara hingga lift saat mengantar kepergiannya. Namun, apakah benar demikian? Sebagai blogger, saya punya kewajiban untuk melakukan "verifikasi" alias cover both side dengan menggali sumber dari pihak kedua (ho ho ho, bahasanya berat).

Singkat kata, saya menemui beberapa anggota BNN lainnya untuk menanyakan komentar mereka terkait keberadaan Budi selama satu bulan di Cawang (markas BNN). Berdasarkan penuturan mereka, ternyata selain tegas, berani, dan disiplin, Budi juga merupakan sosok yang konsisten. Dalam arti, jika lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) 1984 ini sudah mengatakan A, ya harus A.

Mungkin, saya menyamakan Budi dengan Huang Yaoshi/Oey Yok Su, tokoh fiktif dalam novel Pendekar Pemanah Rajawali, yang mengatakan, "Nyemplung ke laut atau lompat ke api, sama saja. Ucapan ksatria laksana kuda yang dicambuk dan tidak bisa dikejar lagi."

"Pak Budi orangnya asyik. Beliau sangat disiplin dalam bekerja. Semangatnya tidak pernah kendur untuk memerangi narkoba. Meski baru sebulan, tapi kami berasa sudah lama mengenal beliau," ucap salah satu pejabat BNN. Pernyataan bernada sama diungkapkan anggota BNN lainnya ketika kami bertemu di depan pintu masuk mal, "Kalau perbedaan -dengan Anang, maksudnya- tentu banyak. Tapi, kami ambil sisi positifnya saja. Beliau (Budi) menularkan semangat kepada kami untuk bekerja keras demi negara."

*      *      *
Budi bersama Kabag Humas BNN, Slamet Pribadi

*      *      *
Tanya jawab Budi dengan media, undangan, dan blogger

*      *      *
Roy Suryo jadi narasumber dengan latar layar isu yang sedang hangat saat ini

*      *      *
Deputi Pencegahan BNN Antar Sianturi  

*      *      *
Data dan fakta peredaran narkoba hingga menyandang status "Darurat Narkoba"

*      *      *
Fakta: Setiap 100 orang, dua di antaranya ternyata pengguna narkoba!

*      *      * *      *      *
*      *      * *      *      *
 *      *      * *      *      * 
      

Rekaman video: "Saya tidak senang birokrasi! Kebiasaan feodal tidak boleh dibawa-bawa"
*      *      *

Rekaman video: Pasukan Siluman BNN
*      *      *

Rekaman video: Kami sedang melatih "Tim Pasukan Khusus" 
*      *      *

Keterangan: Seluruh foto dan video di artikel ini merupakan dokumentasi pribadi (www.roelly87.com)

Artikel tentang BNN dan Narkoba lainnya:
Komitmen Slank Rela Tidak Dibayar untuk Konser Anti Narkoba/ Lomba Blog BNN
Presiden dan Kepala BNN Kompak: Bandar Narkoba harus Dihukum Mati!
Profil Anang Iskandar: Calon Kapolri yang Merupakan Blogger Aktif
Kenapa Harus Blogger yang Kampanye?
Diskusi Blogger dengan Kepala BNN yang Juga Blogger
Sinergi BNN dan Blogger untuk Mengatasi Darurat Narkoba 
Narkoba: Berawal dari Coba-coba, Ketagihan, hingga Maut Menjemput (Artikel di Okezone.com)

Pentingnya Terapi Keluarga untuk Kesembuhan Pengguna Narkoba
Mengapa Pecandu Narkoba Harus Lapor?
Alasan Rehabilitasi bagi Pengguna Narkoba
Bagaimana Menjauhkan Anak dari Narkoba?
Yuk, Mengenali Ciri-ciri Pengguna Narkoba
Kenapa Harus Blogger yang Kampanye?
Narkoba dan Faktor “Kegalauan” Anak Muda
Yuk, Hadiri Diskusi bersama BNN bertema 2014 Bebas Narkoba
Narkoba: Berawal dari Coba-coba, Ketagihan, hingga Maut Menjemput
Kisah Inspiratif Dua Kompasianer di Acara Titik Balik
Mengenalkan Bahaya Narkoba melalui Game Online
Peran Orang Tua dalam Mengatasi Tren Merokok di Kalangan Remaja
Langkah Awal BNN dalam Memberantas Narkoba

*      *      *

- Cikini, 15 Oktober 2015

4 komentar:

  1. Bersemangat sekali orangnya yaa. Smoga BNN semakin baik ditangani beliau yaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. aamiin...

      he he he, iya mbak, di balik tampangnya yang "gahar", beliau ternyata ramah banget :)

      Hapus
  2. wah tumben ni bicara politik hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. hi hi hi
      kebetulan aja diundang sama bnn :)
      yuk, kapan2 ikut mbak

      Hapus

Maaf ya, saat ini komentarnya dimoderasi. Agar tidak ada spam, iklan obat kuat, virus, dan sebagainya. Silakan komentar yang baik dan pasti saya kunjungi balik.

Satu hal lagi, mohon jangan menaruh link hidup...

Terima kasih :)