TyyiccClcSK3IvRCDh0sKBc4_Sg roelly87.com: Abu-abu dalam Derby della Madonnina

Serial Catatan Harian Ojol

Serial Catatan Harian Ojol
Serial Catatan Harian Ojol

Sabtu, 14 Oktober 2017

Abu-abu dalam Derby della Madonnina


Marco Materazzi dan Rui Costa (Foto: Squawka.com)

GIORNATA kedelapan Seri A 2017/18 ditandai dengan tiga pertandingan yang berlabel “Big Match”. Ya, usai jeda dua pekan terkait agenda internasional, pencinta sepak bola di kolong langit langsung disuguhi aksi saling bunuh.

Itu karena tiga pertandingan yang dimulai malam ini melibatkan klub yang menempati enam dari tujuh klasemen sementara. Juventus yang berada di peringkat dua mengawalinya versus Lazio (empat).

Dua jam kemudian, giliran pemuncak klasemen sementara, Napoli, tandang ke markas AS Roma (lima). Sehari berselang, FC Internazionale yang berada di posisi tiga akan menjamu AC Milan (tujuh) di Stadion Giuseppe Meazza.

Menilik kondisi di klasemen, jelas Inter kontra Milan sangat timpang dibanding dua big match lainnya. Namun, bagi Anda penggemar sepak bola, khususnya Seri A, tentu paham rivalitas dua klub asal kota mode tersebut.

Ya, Inter dalam kondisi terbaik karena tidak terkalahkan dari tujuh pertandingan musim ini. Enam di antaranya berujung kemenangan dengan sekali imbang di markas Bologna (19/9).

Di sisi lain, Milan justru lagi menurun akibat dua kekalahan beruntun. DNA-Eropa yang didengungkan Gianluigi Donnarumma dan kawan-kawan seolah tak berguna pada kompetisi lokal.

Meski begitu, Derby della Madonnina bukanlah partai biasa. Ibarat dunia persilatan, derby sekota ini merupakan puncak bagi petarung.

Spanyol boleh memiliki El Clasico, Inggris dengan Manchester United-Liverpool, dan Argentina punya SuperClasico yang melibatkan Boca Juniors kontra River Plate. Namun, jika ditanyakan kepada anak-anak kecil hingga yang sudah punya cucu dan cicit sekalipun, Derby Milan jauh lebih mewah.

Inter versus Milan bukan sekadar pertandingan. Kedua tim ini mewakili simbol Italia, Eropa, dan juga dunia.

Sejak Giuseppe Bergomi dan Franco Baresi mempertahankan legitimasi Seri A sebagai kiblat sepak bola hingga kids zaman now, Derby della Madonnina tetap sakral.

Tanyakan kepada Ricardo Kaka yang nyaris memenangkan segalanya pada level klub dan timnas. Sosok yang memperkuat Milan dalam dua periode ini mengakui, duel melawan Inter bukan sekadar tiga poin apalagi gengsi semata.

“Saya sudah memainkan banyak pertandingan penting dan juga derby. Namun, (Derby Milan) ini sangat berbeda. Dua tim besar dunia bermarkas dalam jarak berdekatan di satu kota. Anda akan merasakan sesuatu yang fantastis sepanjang 90 menit,” tutur Kaka kepada La Gazzetta dello Sport.

Pernyataan senada diungkapkan Diego Milito. Pencetak dua gol ke gawang Bayern Muenchen pada final Liga Champoins 2009/10 ini mengakui, Derby della Madonnina selalu membuatnya bergairah.

“Aura kehidupan jelang Derby Milan sudah terasa bahkan seminggu sebelum pertandingan. Setiap pemain berusaha untuk menampilkan yang terbaik dibanding pertandingan lainnya. Sebab, semua mata tertuju pada kami,” Milito, mengisahkan.

Ketika jutaan pasang mata tertuju pada Meazza, ada letupan yang membuncah dari sisi pemain. Lembaran baru pun tertulis usai wasit Paolo Tagliavento meniup peluit panjang.***

- Jakarta, 14 Oktober 2017

1 komentar:

  1. Judulnya eyecatching banget Mas, bikin saya kepo dan nanya suami. Soale saya nggak ngerti bola. Ternyata seru juga :D

    BalasHapus

Maaf ya, saat ini komentarnya dimoderasi. Agar tidak ada spam, iklan obat kuat, virus, dan sebagainya. Silakan komentar yang baik dan pasti saya kunjungi balik.

Satu hal lagi, mohon jangan menaruh link hidup...

Terima kasih :)