TyyiccClcSK3IvRCDh0sKBc4_Sg roelly87.com: HUT Polantas ke-60: Dengarlah Aspirasi Masyarakat untuk Bersama Mengurai Kemacetan

Serial Catatan Harian Ojol

Serial Catatan Harian Ojol
Serial Catatan Harian Ojol

Rabu, 09 September 2015

HUT Polantas ke-60: Dengarlah Aspirasi Masyarakat untuk Bersama Mengurai Kemacetan

HUT Polantas ke-60: Dengarlah Aspirasi Masyarakat untuk Bersama Mengurai Kemacetan

Panas-panasan? Untuk Polantas sudah jadi santapan sehari-hari

TERIK matahari tidak menghalangi tugasnya mengatur lalu lintas. Bermodalkan helm untuk melindungi kepala dari sengatan sang surya serta masker sebagai penyaring debu, pria berpakaian dinas itu terus mengatur lalu lintas di kawasan termacet di ibu kota. 

Di seberangnya, terdapat beberapa pengendara, khususnya sepeda motor, seperti tidak sabar menanti lampu hijau. Itu dilakukan mereka dengan berhenti di zebra cross yang seharusnya ditujukan untuk pejalan kaki. Sosok berjaket hijau dan helm warna putih biru itu menghampiri mereka untuk meminta mundur agar berhenti di belakang garis. 

Apa daya, imbauan itu hanya tinggal imbauan. Lantaran, lampu lalu lintas sudah berganti hijau yang artinya, mereka -pengendara- langsung melajukan kendaraannya tanpa menoleh sedikit pun. Saat itu, sosok tersebut langsung menarik nafas panjang. 

Bukan hanya karena imbauannya tidak didengar diindahkan sama sekali oleh pengendara. Melainkan karena pelanggaran yang dianggap "sepele" bagi masyarakat ini selalu terulang setiap saat. 

Ya, apa lagi yang bisa dilakukan polisi lalu lintas (Polantas) tersebut. Ingin menilang? Ah, itu sama saja mencari penyakit. Konon, masyarakat saat ini sudah lebih pintar, meski kebanyakan keblinger. 

Sekali saja Polantas itu berniat menegur, apalagi tilang, fotonya sudah ramai beredar di media sosial. Sumpah serapah dan caci maki pun keluar dengan menyebut polantas itu sewenang-wenang lah, hanya berani kepada masyarakat umum dan bukan pejabat, pilih kasih lah, serta lainnya.

Padahal, kalau mau jujur-jujuran, jika mereka ingin merenungi perbuatan sepele seperti berhenti melewati garis lalu lintas itu memang salah yang secara tidak langsung menyebabkan kemacetan. Tapi, stigma negatif masyarakat terhadap aparat kepolisian, khususnya Polantas, memang sulit dihilangkan.

*        *        *

"UBI Societas, ibi ius". Di mana ada masyarakat, di situlah terdapat hukum. Fakta ini yang dilupakan masyarakat, termasuk saya pribadi. Kami seperti terdoktrin bahwa, polisi, khususnya polantas selalu salah. Padahal, kami juga menyadari, bahwa yang salah itu hanya oknum. Alias, masih banyak Polantas yang bekerja sungguh-sungguh di jalan.

Pertanyaannya, bagaimana agar kami bisa kembali percaya kepada kinerja Polantas? Sebab, seperti yang kita ketahui, memulihkan kepercayaan yang hilang itu jauh lebih sulit dibanding saat membangunnya pertama kali. Butuh waktu lama agar percaya penuh kepada kinerja aparat kepolisian dan Polantas seperti era 1990-an ketika Gerakan Disiplin Nasioinal (GDN) berkumandang.

Sebagai blogger, saya berharap aparat kepolisian, khususnya Polantas, lebih reaktif lagi mendengar keluhan masyarakat. Salah satunya dalam menyusun peraturan. Contoh nyata terjadi pada aksi pesepeda yang menghentikan iring-iringan motor gede (moge) pertengahan Agustus lalu.

Saat itu, polantas -yang mengawal- merasa sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam pasal 134. Di lain pihak, masyarakat mempertanyakan ayat G yang berarti “kepentingan tertentu”. Nah, beda tafsir antara pihak kepolisian dan masyarakat inilah yang membuat permasalahan melebar ke mana-mana, hingga menjadi stigma negatif.

Ada baiknya, aparat kepolisian dan pihak berwenang, sebelum membuat peraturan, lebih dulu mengkajinya dengan meminta masukan dari masyarakat, baik di dunia nyata atau via media sosial. Jika itu terjadi, saya yakin, aparat kepolisian, termasuk Polantas secara perlahan kian dicintai masyarakat.

Menurut saya pribadi, itu semua berawal dari pemberlakuan aturan yang konsisten mengenai pengendara yang berhenti di belakang garis lalu lintas. Bagaimana dengan yang lainnya seperti mengendarai sepeda motor dengan tiga orang lebih, knalpot racing, tidak memasang kaca spion yang standar, dan sebagainya. Jawabannya, tentu bakal mengikuti proses secara perlahan. Bukankah, untuk mencapai 60 selalu diawali angka satu?


Yuk, ah, aparat kepolisian dan Polantas, lebih sering-sering mendengar aspirasi kami, masyarakat umum untuk mengurai kemacetan secara bersama. Terutama, blogger yang kini bisa jadi penyeimbang di tengah gencarnya berita negatif di berbagai media.

Selamat hari jadi Polisi Lalu Lintas ke-60 pada 22 September mendatang. Teruslah berkarya untuk negeri dan masyarakat.

*        *        *
Yang nakal itu oknum, lihatlah pak Polantas ini yang bekerja dengan sungguh-sungguh

*        *        *
Polantas saat bertugas mengurai kemacetan di Senayan

*        *        *
Polantas mengawal kendaraan salah satu klub sepak bola

*        *        *
Dua Polwan unjuk kebolehan di depan Markas Polda Metro Jaya

*        *        *
Polisi juga manusia. Tentu bisa bernyanyi dan tidak selalu berwajah galak

*        *        *
Keterangan: Seluruh foto merupakan dokumentasi pribadi/ www.roelly87.com
*        *        *
Artikel terkait:

*        *        *
- Cikini, 9 September 2015

16 komentar:

  1. Polisi juga manusia, bisa punya kreativitas ya....
    Semoga Polantas semakin disiplin

    BalasHapus
    Balasan
    1. setuju bu,
      berharap kinerja mereka kian membaik di usia ke-60 ini...

      Hapus
  2. sukses selalu untuk HUT polantas ke 60 nya hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin...

      semoga dengan bertambahnya usia, Polantas makin menjadi sahabat masyarakat

      Hapus
  3. semoga makin tambah umur, makin baik dalam penertiban kinerja :D.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, mas
      kinerja ditingkatkan dan sering2 dengar aspirasi masyarakat, termasuk blogger seperti kita

      Hapus
  4. saya baru liat ada polwan yang cantik" wkwkw

    BalasHapus
    Balasan
    1. selain cantik, juga ramah mas
      itu sisi lain polantas yang kita kurang ketahui

      Hapus
  5. Mari bersama berpikir positif dan mendukung tugas polantas smg lbh baik dlm melaksanakan tugas melindungi Mengayomi Melayani dan Menegakkan Hukum sesuai dgn aturan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yupz...

      ga semua polisi atau polantas itu citranya buruk
      masih banyak dari mereka yang kerjanya tulus seperti yang saya sering alami di jalan

      Hapus
  6. Belum ada update baru? :)
    Ditunggu ulasan konser Bon Jovi nya hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. wkwkwkwkwk

      masih ngos-ngosan bikinnya bu :)
      kalo di draft sih udah numpuk, cuma belom dipublish ajaaaaa

      Hapus
  7. semrawut dan macetnya jalan .... karena salah kita2 juga sih ... ga mau disiplin pengin menang sendiri dan selalu menyalahkan orang lain ....
    btw .... koq jarang ya saya nemuin polwan kece di jalan ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya juga mas, sebagai pengendara motor, kadang kita juga suka gedein ego
      makanya, harus ada peraturan tegas tanpa pandang bulu biar kita lebih disiplin lagi...

      Hapus
  8. sekarang katanya banyak polantas yang cakep dan ganteng. Tapi saya belum pernah lihat :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. he he he
      kapan2 maen ke polda metro atau di bundaran hi juga banyak mbak :)

      Hapus

Maaf ya, saat ini komentarnya dimoderasi. Agar tidak ada spam, iklan obat kuat, virus, dan sebagainya. Silakan komentar yang baik dan pasti saya kunjungi balik.

Satu hal lagi, mohon jangan menaruh link hidup...

Terima kasih :)