TyyiccClcSK3IvRCDh0sKBc4_Sg roelly87.com: William Tanuwijaya

Serial Catatan Harian Ojol

Serial Catatan Harian Ojol
Serial Catatan Harian Ojol
Tampilkan postingan dengan label William Tanuwijaya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label William Tanuwijaya. Tampilkan semua postingan

Senin, 12 Oktober 2015

Memetik Manfaat dari Tokopedia Roadshow Jakarta 2015


CEO Tokopedia, William Tanuwijaya pada acara Tokopedia Roadshow Jakarta

"BELANJA di Tokopedia itu enak. Pesan pakai ponsel Smartfren, bayar di Bank Mandiri, dan barang diantar melalui JNE. Mudah banget kan." Demikian pernyataan Arie Kriting, salah satu narasumber di acara Tokopedia Roadshow Jakarta 2015.

Apa yang dikatakan comic -pelaku Stand-up Comedy- yang dalam beberapa tahun sukses malang melintang di blantika hiburan Tanah Air ini beralasan. Maklum, di era globalisasi ini, kemunculan banyak toko online, termasuk Tokopedia, memang sangat membantu masyarakat.

Khususnya saya pribadi yang meski tidak rutin, namun kerap membeli barang via online. Dalam beberapa bulan ini, Tokopedia merupakan salah satu yang paling sering saya kunjungi terkait kelengkapan produk dan sistem keamanan yang sudah terjamin.

*      *      *
PAGI itu, Sabtu (10/10) di Assembly Hall lantai 9 Plaza Bapindo, Jakarta Selatan, sudah dipenuhi ratusan orang. Kehadiran mereka tidak lain demi mengikuti acara bertajuk Ciptakan Peluangmu yang diselenggarakan toko online ternama di Indonesia, Tokopedia.

Roadshow di Jakarta ini merupakan satu dari rangkaian acara di 10 kota besar di Indonesia sepanjang 2015. Bagi saya, ini kali kedua mengikuti talk show yang diselenggarakan Tokopedia setelah acara bertajuk Temu Blogger (30/5).

Sebagai blogger yang kerap belanja online, kesempatan mengikuti Tokopedia Roadshow Jakarta 2015 ini tentu wajib diikuti. Meski malamnya harus begadang terkait banyaknya tugas dan sore harinya sudah ditunggu agenda yang setumpuk, talk show ini "haram" untuk dilewatkan.

Sebab, berdasarkan info yang saya dapat melalui twitter resminya @tokopedia, terdapat lima narasumber yang berbagi pengalaman inspiratif. Salah satunya, tentu yang sudah saya nantikan sejak Mei lalu. Yaitu, CEO Tokopedia William Tanuwijaya.

Bisa dipahami mengingat saya sering mendengar kisah "kenekatan" dari pemilik akun twitter @liamtanu ini. Alhasil, saya pun kian penasaran untuk melihat langsung sosok beliau. Ya, jarang-jarang bisa bertemu langsung dengan salah satu pendiri -bersama Leontinus Alpha Edison- Tokopedia ini.

Beruntung, William bukanlah tipe pengusaha sukses yang pelit akan informasi. Sebaliknya, lulusan Bina Nusantara University ini begitu rela memberikan tips keberhasilannya dan membeberkan pengalaman hidupnya.

"Membangun (Tokopedia) tidak mudah. Saya dan beberapa rekan harus jatuh bangun untuk mengenalkan kepada khalayak ramai," kata William yang memakai setelan jas berwarna hitam. "Sering kali saya diremehkan karena saat itu tidak dikenal. Ada yang bilang, saya ini siapa, pengalamannya apa, ada modal berapa, keturunan dari mana, dan sebagainya. Namun, itu semua tidak membuat saya putus asa. Sebaliknya, hal itu jadi tantangan untuk saya."

Bagi saya, pernyataan itu tentu sangat menarik sekaligus memberi motivasi. Seperti halnya adagium lawas yang mengatakan, "Jangan takut ombak jika ingin berlayar." Itu karena William merintis Tokopedia dari kecil hingga kini jadi salah satu toko online (Marketplace) terkemuka di Indonesia.

Bahkan, di kalangan pengguna internet seperti blogger dan netizen, Tokopedia sudah jadi nama generik. Lantaran jika kami ingin membeli barang atau produk melalui internet, pasti menyebutnya ke Tokopedia. Padahal, toko online di Tanah Air sangat banyak.

Namun, Tokopedia seperti sudah mendoktrin kami jika ingin membeli sesuatu, hanya mereka yang mampu menyediakannya secara lengkap disertai garansi, verifikasi penjual, keamanan transaksi, hingga harga yang kompetitif untuk berbagai produk.

"Negara ini sangat besar. Keberadaan Tokopedia ini untuk mewujudkan mimpi besar masyarakat Indonesia. Kami membuka peluang untuk bisa sama-sama dinikmati. Untuk itu, saya berusaha membangun kepercayaan dalam bisnis (online) ini. Agar, kita bersama membangun Indonesia lebih baik melalui internet," William, mengungkapkan.

Dalam kesempatan tersebut, William juga menceritakan masa lalunya. Ternyata, saya baru tahu jika beliau pernah jadi operator warung internet (warnet)! Sebuah pengakuan yang sudah tentu membuat kami terkejut sekaligus jadi terlecut. Ya, William yang dulunya operator warnet, kini menjelma jadi CEO salah satu startup ternama di nusantara yang sukses menggaet investor kakap sekelas Sequoia Capital dan SoftBank Internet and Media .

Jujur saja, jika bukan karena mengikuti Tokopedia Roadshow Jakarta 2015 ini, tentu saya tidak akan mengetahuinya. Sebab, awalnya saya mengira, William mendirikan perusahaan tersebut karena dukungan finansial dari keluarganya atau lantaran warisan keluarga. Ternyata, saya salah!

*      *      *

TOKOPEDIA Roadshow Jakarta 2015 tidak hanya menampilkan sang CEO dan comic saja yang dipandu MC kondang Kemal Mochtar. Melainkan juga turut mengundang beberapa narasumber yang kompeten untuk berbagi pengalaman dan kisah inspiratif.

Talkshow dibuka CEO Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) Abdul Rahim Tahir, yang membongkar kesuksesan perusahaannya di tengah pesatnya persaingan antarperusahaan pengiriman barang. Yaitu, bersedia menerima kritik dan saran dari pelanggan.

Selanjutnya, ada perwakilan Bank Mandiri, Narullah Saptija, yang membeberkan tips perencanaan keuangan untuk investasi. Lalu, Rizki Auliadi yang sukses menjadi penjual di Tokopedia karena sigap melihat peluang yang ada melalui Evriz Clay. Terakhir, Alit Susanto penulis buku best seller Shitlicious dengan mengatakan, pentingnya membangun self branding demi membuat pelanggan lebih percaya.

Bagi saya pribadi, keberadaan -meski terkantuk-kantuk- di acara Tokopedia Roadshow Jakarta 2015 itu tidak hanya sekadar ingin menyaksikan narasumber atau mendengarkan tips dan pengalamannya saja. Melainkan, bagaimana caranya agar -suatu saat- saya bisa seperti mereka. Ya, seperti yang ditegaskan William, bahwa peluang bukan dicari, melainkan (harus) diciptakan.*

*      *      *
Persiapan panitia menyambut peserta Tokopedia Roadshow Jakarta

*      *      *
Salah satu booth untuk cetak foto gratis via instagram

*      *      *
Foto saya di antara ratusan foto lainnya

*      *      *
Berbagai properti yang disediakan selama acara berlangsung

*      *      *
CEO JNE, Abdul Rahim Tahir mengungkap pelayanan perusahaanya

*      *      *
Perwakilan Bank Mandiri, Narullah Saptija memberikan tips perencanaan keuangan

*      *      *
Seluruh narasumber dalam Tokopedia Roadshow Jakarta

*      *      *
Booth Smartfren yang jadi salah satu sponsor Tokopedia Roadshow Jakarta

*      *      *
Booth JNE yang jadi salah satu sponsor Roadshow Tokopedia Jakarta

*      *      *
Para narasumber Tokopedia Roadshow Tokopedia 2015

*      *      *

*      *      *
Keterangan: Seluruh foto merupakan dokumentasi pribadi (www.roelly87.com)

*      *      *

- Cikini, 12 Oktober 2015

Minggu, 28 Juni 2015

Mengenal Tokopedia Lebih Dekat



Tokopedia.com (ilustrasi @roelly87)


TAK kenal maka tak sayang. Demikian adagium lawas yang masih saya ingat sejak kecil hingga kini. Yaitu, istilah sehari-hari tentang sesuatu yang awalnya tidak diketahui dan baru dimengerti ketika sudah dicoba. Dalam hal ini, saya ambil contoh nyata mengenai transaksi lewat internet alias online yang dalam satu dekade berkembang pesat di Indonesia.

Di antaranya yang saya kenal  seperti Lazada, Olx, Kaskus Forum Jual Beli (FJB), Bhinneka, dan sebagainya. Dalam beberapa kesempatan, saya kerap melakukan transaksi dengan beberapa toko online tersebut. Sejauh ini, responsnya beragam. Adakalanya saya senang karena pesanan saya tepat waktu. Tak jarang, saya harus kecewa lantaran kiriman yang lambat dan sebagainya.

Oke, yang namanya orang atau pihak ingin berjualan, tentu mau untung. Itu relatif dan saya harus memahaminya. Apalagi, di antara beberapa toko online tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya serta segmentasi tersendiri. Misalnya, saya ingin nyari barang bekas  ke situs a, ponsel ke b, pakaian ke c, dan lain-lain.

Oh ya, selain berbagai situs toko online itu, saya mendapat referensi tambahan. Yaitu Tokopedia yang mengusung motto "Membangun Indonesia Lebih Baik Lewat Internet". Jujur saja, hingga kini saya baru sekadar registrasi saja dan belum pernah membeli atau transaksi di situs yang beralamat di www.tokopedia.com tersebut.

Lantaran memang saya masih belum membutuhkan barang atau peralatan yang biasanya saya ganti secara berkala seperti ponsel, elektronik, busana, atau action figures. Maklum, saya membeli sesuatu di toko online itu jika memang perlu atau karena sulit mencarinya di toko fisik. Kemungkinan pertengahan Juli mendatang saya baru mencobanya untuk membeli action figures Ant-Man yang filmnya bakal rilis di bioskop Indonesia sekaligus me-review pengalaman bertransaksinya.

Meski begitu, sebagai blogger yang berusaha mengikuti perkembangan di ranah internet, dalam beberapa tahun terakhir ini saya sering membaca info mengenai Tokopedia. Baik melalui media online atau iklan mereka di media sosial seperti facebook dan twitter. Puncaknya, ketika saya mendapat memenuhi undangan dari pihak Tokopedia dan komunitas Kumpulan Emak Blogger (KEB) dalam acara bertema #TemuBloggers.

Pada acara yang berlangsung di Restoran Gokana Ramen, Sarinah, Jakarta Pusat, Sabtu (30/5) itu, saya baru sadar jika Tokopedia berbeda dibanding toko online lainnya. Terutama setelah saya kembali memenuhi undangan yang diselenggarakan KEB bersama Jarvis Store di Menara Multimedia, Jakarta Pusat (9/6).

Dalam dua kesempatan berbeda itu, saya bisa mengambil kesimpulan bahwa Tokopedia memang salah satu toko online yang memiliki prospek cerah di Tanah Air. Namun, perusahaan yang berdiri pada 6 Februari 2009 dengan nama PT. Tokopedia hingga meluncurkan produknya tokopedia.com (17/9/2009) ini berbeda dibanding online shop lainnya yang telah ada.

Salah satunya karena Tokopedia merupakan marketplace, yaitu menyediakan platform untuk pengguna internet agar bisa menjadi penjual atau pembeli. Sementara, tiga kategori e-commerce lainnya dengan sektor yang beragam seperti iklan baris (Olx), online retail (yang terkenal di dunia, Amazon), dan dailydeals (Groupon).

Nah, yang menjadi pertanyaan saya sejak mengenal Tokopedia adalah, perusahaan yang dibentuk duet William Tanuwijaya dan Leontinus Alpha Edison ini, ternyata tidak memungut komisi dari penjualnya. Nah lho? Yakin? Hari gini masih ada yang gratisan? Apalagi, sebagai pengguna internet, saya juga sering membaca berita mengenai Tokopedia yang sejauh ini belum mendapat untung.

Namun, untuk yang terakhir ini saya tidak heran. Sebab, banyak perusahaan yang memang "berdarah-darah" sejak awal sebelum akhirnya mendapat profit melimpah. Contoh, twitter atau whatsapp pun, sejauh ini belum mendapat untung. Namun, kedua aplikasi itu tetap jalan terus dan diminati ratusan juta pengguna internet di seluruh dunia. Begitu juga dengan Amazon yang setahu saya baru dapat untung setelah sembilan tahun berdiri!

Lalu, bagaimana cara Tokopedia bisa bertahan hidup hingga menjelang tahun keenamnya berdiri? Apalagi, sejauh ini situs tokopedia.com sudah diakses jutaan pengguna internet dalam sebulan. Ternyata, mereka "mengandalkan" peran investor. Bahkan, akhir 2014 lalu, ranah internet di Indonesia dihebohkan dengan berita adanya kucuran dana dari SoftBank Internet and Media dan Sequoia Capital untuk Tokopedia.

Tidak tanggung-tanggung, nilainya mencapai 100 juta dolar Amerika Serikat (AS) yang kalau di kurs saat ini mencapai Rp 1,3 triliun! Sekilas info, yang saya tahu sedikit tentang SoftBank merupakan investor terbesar Alibaba di Tiongkok dan Yahoo Jepang. Sementara, Sequoia Capital merupakan dibalik kesuksesan beberapa perusahaan terkemuka di kolong langit ini, misalnya membantu pendanaan Apple, Google, Cisco, dan sebagainya.

Dengan dana sebesar itu, wajar jika hingga kini Tokopedia tetap menggratiskan layanannya. Toh, dengan begitu mereka dapat menarik pangsa lebih besar lagi. Itu sesuai motto mereka "Membangun Indonesia Lebih Baik Lewat Internet" dengan membantu dan mengembangkan Unit Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia.

Apakah setelah besar nanti Tokopedia tetap gratis seperti saat ini? Biarlah waktu yang menjawabnya.*

*      *      *
Suasana temu bloggers bersama KEB dan Tokopedia (@roelly87)

*      *      *

Acara KEB bersama Jarvis Store sambil menyimak perkembangan Tokopedia (@roelly87)
*      *      *
Selanjutnya:
- Kenapa Harus (Belanja) ke Tokopedia?
*      *      *

- Cikini, 28 Juni 2015