Siapa Pembunuh Pelayan di Kedai Kopi?
Suasana Terminal Kalideres saat arus balik Idul Fitri 1445 H/2024 (Gambar hanya pemanis/@roelly87) |
TERIAKAN menggema dari kedai kopi (kedkop) di pinggir jalan pada dini hari ini. Menyeruak memecah rinai yang tak henti sejak sore.
Warga yang sebagian masih terjaga pun berhamburan menuju kedkop tersebut. Tampak, Sinichi, salah satu pelayan kedkop sedang nangis.
Di sampingnya terbujur kaku rekan sesama pelayan kedkop, Freeza. Terdapat dua pisau yang menancap di tengah genangan air akibat tempias hujan ke dalam kedai.
Masing-masing di punggung dan perut dengan posisi telungkup. Warga pun kebingungan menyaksikan insiden tragis itu.
"Jangan diangkat. Nanti sidik jari kalian melekat pada korban," ujar Nobita, salah satu warga memperingati rekan-rekan lainnya yang hampir memindahkan jasad Freeza yang darahnya menggenangi lantai.
"Sinichi, ini gimana ceritanya?" kata Ketua RT 10 Shura.
"Saya datang, sekitar lima menit lalu, Freeza udah tergeletak di lantai, pak RT," Sinichi, menjelaskan.
"Pak RT, saya udah hub Polsek. Mereka akan segera datang. Lebih baik kita bikin parimeter depan kedai agar tidak menimbulkan kemacetan akibat warga lainnya yang berkerumun," Boruto, warga setempat menimpali
"Silakan bro. Sambil nunggu polisi, kita rapikan kedai ini yang berantakan akibat hujan deras dari sore. Juga pel lantai takut licin," tutur Shura.
"Tapi, jangan ada yang sentuh Freeza. Biar polisi aja yang menangani. Kita cukup menunggu."
"Siap pak." Warga kompak mengiyakan.
"Bro Sinichi, ada yang mau saya bicarakan. Mumpung polisi belum datang."
"I... Iya, pak RT."
* * *
KEDKOP Sedjuk Segar Soiye (S3) memiliki lokasi yang strategis di Kota Namek Indah. Tepatnya, di deretan Ruko Permai Asyik, Jalan Raya Nostalgia Kartun.
Pemilik Kedkop S3 adalah Buana Sakti perantau asal Distrik Baku Hantam. Ada enam karyawan yang dibagi tiga shift.
Freeza, Sinichi, Mu, Kuririn, Suneo, dan Rita. Kedkop S3 beroperasi 24 jam pada hari normal dan Ramadan.
Hanya, biasanya, setiap Idul Fitri libur sepekan. Sejak H-3 hingga tiga hari setelahnya.
Namun, Lebaran tahun ini, Kedkop S3 justru tetap buka untuk jualan mi instan, kopi, es, dan cemilan lain. Freeza yang menginisiasi usulan itu kepada Buana.
Maklum, Freeza merupakan warga setempat bersama Sinichi dan Rita. Sementara, tiga pelayan lain perantau dari pulau seberang.
Alasan Freeza, daripada gabut selama Lebaran ga ngapa-ngapain, mending jaga warung yang bisa nambah pemasukan. Buana pun meluluskan permintaan itu dengan memberi insentif lebih selama sepekan untuk Freeza dan Sinichi yang menyambut girang.
Namun, keputusan mulia itu harus dibayar mahal. Sebab, Buana yang sedang asyik tidur di kampung halamannya harus terbangun dini hari WIB usai ditelepon kepolisian.
* * *
"JADI, saat Anda tiba, saudara Freeza sudah tergeletak," ujar Inspektur Polisi Satu (Iptu) Hattori kepada Sinichi.
"Siap, Dan!"
"Maaf, mas Sinichi. Jangan panggil 'Dan'. Cukup mas, pak, atau bro, aja."
"Iya, pak."
"Berdasarkan kronologis yang Anda katakan tidak menyentuhnya sama sekali. Analisis awal, korban meninggal sekitar 30 menitan yang lalu."
Hattori, melanjutkan, "Saat itu, Anda sedang di mana?"
"Saya di warnet, pak. Sebelumnya, saya udah izin sama Freeza karena suasana lebaran ini, jadi kedai agak sepi. Saya pun iseng main game 2 jam. Ada billing-nya pak. Di warnet juga ada CCTV sebagai bukti saya di sana."
"Baiklah. Keterangan Anda, pak RT, saudara Nobita, dan Boruto, akan kami olah lagi. Sambil menunggu tim forensik bekerja, silakan Anda dan bapak-bapak saksi lainnya duduk," Hattori, menjelaskan.
"Istirahat aja dulu. Santai dan rileks. Jangan tegang, udah kayak nonton Manchester United FC aja, bawaannya deg-degan terus."
Hari kedua Idul Fitri 1445 Hijriah ini memang suasana jalanan relatif sepi. Namun, berhubung ada kasus pembunuhan membuat warga sekitar dan luar jadi penasaran untuk melihat.
Apalagi pada era sosial media (sosmed) ini. Berbekal hp, mereka pun foto dan memvideokan yang di-share ke berbagai platform sosmed seperti Twitter/X, Facebook, Instagram, Tiktok, dan Youtube.
Tak heran jika atensi masyarakat kian kencang. Bahkan, hingga membuat petinggi di Trunojoyo tahu.
Kebetulan, Hattori ditugaskan kantornya untuk menyelidiki kasus ini. Dibantu juniornya di Akpol, Ipda Saga.
Sementara, Kapolsek Tunas Bangsa AKP Dekisugi sedang meninjau arus mudik di Tol Lintas Khayangan bersama jajaran Polres dan Polda.
* * *
SEBAGAI polisi, Hattori berusaha untuk bersikap ramah. Terutama, menerapkan langsung motto 3M Kepolisian kepada masyarakat: Melindungi, Mengayomi, dan Melayani.
Meski terkesan klise dan retoris, tapi di Polsek Tunas Bangsa, benar-benar dilaksanakan. Jauh berbeda dibanding mayoritas polsek lainnya di Tanah Air yang kadang meyulitkan jika ada masyarakat ingin buat laporan.
Meski ramah, Hattori diam-diam mengamati mereka yang berada di kedai. Termasuk Aphrodite, pacar Freeza yang ternyata anggota organisasi masyarakat Santuy (Saya Anak Tanggul Uraa).
Matanya tampak berkaca-kaca usai memberi keterangan kepada petugas.
Otak Hattori pun berjalan untuk merekonstruksi penjelasan para saksi yang akan dipadukan keterangan tim forensik. Apalagi, mengingat laporan Buana via telepon, CCTV di kedai sudah lama mati. Alias, hanya jadi pajangan keberadaan dua monitor yang konon sekadar menakuti jika ada pelanggan rese dan tidak bayar.
Sementara, pemilik ruko dan warung lain yang ada CCTV di sebelah serta seberang kedai, tidak bisa dihubungi karena sedang mudik.
Sekilas Hattori merasa tidak ada yang aneh. Sudah beberapa kali penggemar Bubur Ayam tidak diaduk ini memperhatikan saksi dan warga yang berkerumun.
Sejauh ini sama sekali ga ada yang janggal. Termasuk, lima saksi utama yang berdasarkan pengakuan jadi yang terakhir ketemu dengan Freeza.
1. Sinichi
Rekan kerja satu shift. Saat kejadian sedang main game di warnet.
2. Shura
Ketua RT. Saat kejadian sedang di rumah nonton bola.
3. Nobita
Kerabat jauh Freeza. Petinggi Ormas Mau Duit Ogah Kerja (MDOK). Saat kejadian sedang istirahat di markasnya.
4. Boruto
Warga biasa. Saat kejadian sedang di rumah.
5. Aphrodite
Pacar Freeza. Anggota Ormas Santuy. Saat kejadian sedang nonton drakor di kostannya.
* * *
"WOI... Kesambet lo ya? Senyam senyum, kadang geregetan. Ntar ketawa lagi," ujar Saga menepok bahu Hattori yang berdiri di seberang kedai diiringi rinai.
"Njir. Ngagetin aja lo. Gimana hasil olah TKP?" kata Hattori yang langsung menyulut asap kehidupan.
"Masih diolah," Saga menjawab sambil terkekeh. "Salah bosku. Lo nyalain rokok terbalik."
"Ha... Ha... Ha... Gw jadi kayak orang linglung."
"Menurut lo, siapa di antara lima saksi yang bisa jadi kuat sebagai terduga?"
"Bukan siapa, bro. Tapi, kenapa korban bisa terbunuh seperti ini."
"Hadeuh... Kalimat pasif. Rempong. Gw tebak, lo udah tahu siapa pembunuhnya," Saga kembali menyalakan rokok yang beberapa detik sebelumnya sudah dibuang karena habis.
"Ini kasus menarik. Ada beragam kepentingan. Tapi, kecil kepentingan para ormas bangsat kayak MDOK, Santuy, dan Pengangguran Idaman Calon Mertua, ikut bermain."
"Gw telusuri riwayat korban ada hubungan dari tiga ormas itu. Gw pikir ini berkolerasi."
"Kayaknya tipis kalo dikaitkan ke arah sana meski kemungkinan tetap ada. Gw udah tahu penyebab korban tewas."
"Maksud lo, udah ketemu pembunuhnya? Satu di antara lima saksi?"
"Bukan..."
"Terus?"
"Korban tewas karena..." Hattori tidak melanjutkan. Sebaliknya, malah menyeringai di hadapan Saga yang spontan mundur setindak.***
Bersambung...
* * *
Kisah Selanjutnya
- Adu Cengkram MODK, PICM, dan Santuy di Namek Indah
- Freeza dan Kisah Lain dari Kedkop Triple S
* * *
- Jakarta, 6 Mei 2024
...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Maaf ya, saat ini komentarnya dimoderasi. Agar tidak ada spam, iklan obat kuat, virus, dan sebagainya. Silakan komentar yang baik dan pasti saya kunjungi balik.
Satu hal lagi, mohon jangan menaruh link hidup...
Terima kasih :)