Saya saat menjalankan suatu orderan ojol (Foto: Dokumentasi pribadi/www.roelly87.com) |
JADI ojek online (ojol) harus modal? Serius...? Eittts, di kolong langit ini tiada makan siang yang gratis.
Namun, modal yang saya maksud bukan untuk melamar jadi ojol. Secara, pengalaman saya sebagai mitra driver di salah satu aplikasi ini gratis. Melainkan, modal untuk narik sehari-hari.
Yupz! Sepanjang pengalaman saya, rata-rata per hari harus mengeluarkan sekitar Rp 100 ribu.
Itu belum termasuk dana cadangan di jok sebesar Rp 50 ribu. Gunanya, untuk jaga-jaga jika ban bocor, bensin habis, motor mogok, laper tingkat tinggi, hingga force majeur. Rp 50 ribu ini merupakan uang mati. Alias, hanya digunakan saat darurat.
Sementara, yang Rp 100 ribu terbagi dalam beberapa keperluan. Memang, setiap hari tidak harus sama. Namun, diambil rata-rata saja mengingat saya merupakan kalongers. Alias, ojok yang keluar sore hingga pagi.
Dana tersebut meliputi:
Rp 30 ribu: Bensin (2x isi)
Rp 30 ribu: Makan (malam/dini hari dan sarapan)
Rp 26 ribu: Rokok (Maaf, saya perokok aktif, tapi tidak melakukan ketika mengantar penumpang, makanan, atau saat kirim barang)
Rp 4 ribu: Kopi
Rp 10 ribu: Dana taktis (parkir, toilet SPBU, pengamen Lamer, dll)
Mungkin, banyak yang heran, mengapa pengeluaran saya setiap harinya sangat tinggi. Ya, mencapai Rp 100 ribu Namun, itu wajar mengingat mayoritas aktivitas saya di jalanan. Alias, rumah hanya sekadar numpang tidur saja.
Pun demikian berdasarkan pengalanan rekan-rekan ojol lainnya. Bahkan, ada yang per hari mencapai Rp 200 ribu.
Tak jarang, ada juga yang tidak lebih dari Rp 50 ribu. Ini bisa jadi, jika ojol tersebut bawa bekal dari rumah. Serta, tidak merokok yang bisa menghemat anggaran.
Ya, rokok jadi kelemahan saya. Namun, begitulah.
Pertanyaan selanjutnya, jika pengeluaran setiap hari Rp 100 ribu, berapa pemasukan saya dari hasil ojol? Saya dan rekan-rekan ojol lainnya tentu punya jawaban berbeda tapi satu konklusi.
Sebab, sebagai ojol, penghasilan tidak tetap. Bisa hari ini Rp 100 ribu, besok Rp 300 ribu, lusa Rp 150 ribu, dan sebagainya.
Namun, saya sendiri menargetkan, minimal bawa pulang uang Rp 100 ribu. Alias, pendapatan kotor Rp 200 ribu dikurang pengeluaran Rp 100 ribu.
Itu yang mayoritas saya hasilkan sejak pandemi ini. Beda cerita sebelum pertengahan April lalu. Dalam sehari rata-rata mencapai Rp 350 ribu (kotor). Bahkan, tak jarang tembus Rp 500 ribu.
Maklum, ketika itu dari aplikator menyediakan bonus jika driver bisa mencapai poin tertentu. Misalnya, 30 poin maksimal bonus Rp 180 ribu.
Hanya, semua berubah sejak -negara api menyerang- pandemi. Jangankan Rp 500 ribu, per hari mencapai Rp 200 ribu pun sudah sangat alhamdulillah. Bisa dipahami mengingat pandemi ini membuat masyarakat mengurangi pengeluaran untuk bepergian naik ojol, pesan makan, atau kirim barang.
Itu mengapa saya sangat bersyukur setiap hari rata-rata bisa mendapat Rp 200 ribu. Pasalnya, banyak rekan ojol lainnya yang bahkan tidsk bisa mendapat Rp 100 ribu. Kendati, ada juga yang tetap meraup minimal Rp 500 ribu.
Serius? Ya. Banyak yang seperti itu. Biasanya, mereka ini merupakan ojol senior atau riwayatnya bagus karena tidak pilih-pilih orderan.
Namun, untuk mendapat Ro 500 ribu per hari tidak semudah membalikkan bala-bala di penggorengan. Sebab, mereka juga sangat bekerja dengan keras dan cerdas.
Salah satunya, dengan riwayat aktif kirim barang yang rutenya lintas provinsi alias di atas 30 km hingga sekali orderan mencapai lebih dari Rp 100 ribu.
Kebetulan, saya pernah menyaksikan rekan yang setiap harinya ngojol dari pukul 05.00 hingga 23.59 WIB. Mereka bisa dibilang ojol rasa ekspedisi. Sebab, sejak matahari masih malu-malu hingga terbenam, sudah keliling Jabodetabek. Ya, Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
Apakah semua ojol bisa seperti itu? Tentu saja. Seperti yang diungkapkan Baron Zemo pada Captain America: Civil War, "Asal punya kesabaran dan pengalaman".
***Bersambung
Artikel Selanjutnya:
- Berapa Penghasilan Ojol per Bulan?
- Apakah Ojol Bisa Dapat Rp 500 Ribu Sehari?
- Jakarta, 4 November 2020
Ilustrasi pendapatan saya pada 1 November lalu |
* * *
Artikel Terkait Catatan Harian Ojol (#CHO):
- Vermuk? 70% Gojekers Setuju, tapi...
- Jadi Agen GoPay, Rahasia di Balik Gacor Ngebid Saat PSBB
- Kamaratih
- Tidak Ada Polisi 40%, Ini Alasan Penumpang Enggan Pakai Helm
- Punya 2 Paspor, untuk Apa?
- Kisah Wanita dengan Blazer Hitam I
- PI, PP, dan TA, Ini Daftar Mal yang Kurang Bersahabat dengan Ojol
- Setelah 6 Bulan Jadi Ojol
- Narik Go-Jek Pakai Suzuki GSX R-150
- Pengalaman Daftar Driver Go-Ride Gojek
Tetap semangat. Semoga tulisan ini kelak bisa jadi buku. Membawa berkah dan rezeki... Aamiin...
BalasHapusAamiin... makasiiih teh, iseng2 ini nulis sambil nunggu orderan atau saat istirahat hehehe
HapusMantabbbb mas.. sukses dan sehat selalu.. semoga pandemi berakhir dan bisa berjaya lagi sebagai ojol..
BalasHapusSiap om, semoga pandemi segera berakhir dan situasi kembali normal seperti sedia kala...
Hapuswah lengkap banget rinciannya mas roelly, semangat hehehe
BalasHapusuda lama ngga mampir sini
ada banyak kisah seru ternyata
btw, rokoknya ya mas tetep kenceng wekekek
siapppp kakak, emang saya jarang update blog ini, bahkan sempat lumutan akibat tak dibuka hehehe. ini mau coba aktif lagi, sambil isi artikel disela-sela ngojol
Hapus