TyyiccClcSK3IvRCDh0sKBc4_Sg roelly87.com: Lirikan Maut Penjaga Kedai

Serial Catatan Harian Ojol

Serial Catatan Harian Ojol
Serial Catatan Harian Ojol

Rabu, 12 Maret 2025

Lirikan Maut Penjaga Kedai

Lirikan Maut Penjaga Kedai

Ilustrasi santapan berbuka
(Foto: @roelly87)


"MAS, minta tolong nanti mampir sebentar ya ke Jalan Mawar. Gw mau beli buat sahur."

"Siap."

"Bentar aja ya mas. Ga lama kok. Ntar gw tambahin deh. Soalnya gw tahu ini di luar aplikasi."

"Aman. Woles aja."

Demikian percakapan saya dengan penumpang di salah satu aplikasi ojek online (ojol) jelang pergantian hari di jantung ibu kota, awal Ramadan lalu. Customer izin untuk belok ke Jalan Mawar yang memang banyak warung nasi.

Baik makanan khas Betawi, Sunda, Padang, Tegal, hingga Manado. Kawasan ini memang setiap harinya hidup 24 jam.

Bahkan, saat Pandemi Covid 19 lalu, area ini jadi tujuan masyarakat untuk beli makanan. Apalagi, saat Ramadan yang memang selalu ramai dengan sorenya dipenuhi pedagang takjil.


*       *       *


"ADA ayam goreng, tepung, atau asam manis. Lo mau nasi sama apa mas?" ujar penumpang menghampiri gw yang lagi ngemil kolak sagu rangi sisa buka tadi. 

Kebetulan, santannya dipisah untuk menghindarkan basi. Jadi aman dikonsumsi hingga larut.

"Ga. Terima kasih. Gw lagi ngemil kolak."

"Maksudnya ni buat sahur mas, bukan sekarang."

"Lah, baru jam 12 kurang. Imsak aja pukul 04.43. Masih lama. Makan jam segini mah ntar laper lagi."

"Maksud gw, Rojali, buat dibungkus. Ini gw beliin nasi sama kentang mustofa, orek, dan bala-bala. Tinggal lauknya belum. Ayamnya mau yang mana."

"Ga usah. Makasih."

"Yee, ini serius. Gw beliin. Gratis."

"Kaga usah. Bentar lagi gw balik. Sahur di rumah. Nyokap gw masak. Kalo lo beliin bakal mubazir ga dimakan."

"Ooh..."

"Yoi. Makasih ya."

"Iya deh. Ini gw buat temen kost aja. Soalnya, udah dibikin ga bisa cancel. Bentar lagi ya, gw bayar dulu ke kasir."

"Aman. Lo makan di tempat juga ga apa-apa. Gw kalo malam nyantai. Orderan ga begitu ramai."

"Ga lah. Gw beli dibungkus. Oke, bentar ya."


*       *       *


SEBAGAI ojol yang bergerak di bidang jasa, tentu wajib memberikan pelayanan terbaik kepada customer. Baik itu saat mengantar penumpang, makanan, dan paket atau barang.

Servis ala hotel bintang lima biasa saya lakukan bersama jutaan ojol lainnya di Tanah Air. Tujuannya, agar customer puas.

Secara, mereka sudah bayar mahal untuk pemesanan via aplikasi ojol. Jadi, kami tidak boleh mengecewakan pelanggan.

Kendati, fakta di lapangan 1+1 belum tentu 2. Bisa saja 3, 11, 111, sampai tak terhingga.

Ya, tergantung interpretasi masing-masing.

Adakalanya, ojol sudah memberikan pelayanan terbaik, tapi customernya bertindak di luar nurul. Misalnya, pada phalguna lalu, ada penumpang yang benar-benar luar biasa dengan jarak antar 3 km dan argo standar.

Namun, customer ini meminta berhenti di tiga titik. Minimarket, ATM, dan Money Changer.

Dua tempat awal, gratis parkir karena saya nunggu di pinggir jalan. Sementara, yang terakhir harus masuk ke komplek hingga kena parkir via uang elektronik.

Hebatnya, usai perjalanan customer itu enteng banget ngeloyor seolah tanpa bersalah. Boro-boro nambahin ongkos yang memang jaraknya bertambah, diminta ganti parkir aja melengos!

Udah muter-muter lebih dari 5 km yang berarti ongkos harusnya bertambah eh kena parkir ga mau ganti pula! Lah, dikira motor itu BBM-nya pake air hujan mungkin! (Selengkapnya: Saya Kerja Cari Uang, Bukan Ingin Dapat Pahala).


*       *       *


CUSTOMER pun mendatangi saya dengan semringah. Di kiri dan kanan tampak membawa bungkusan.

"Maaf, lama mas. Antre bayarnya. Ha ha ha."

"Aman."

"Ini pengganti waktu tunggu mas," ujar pelanggan memberikan selembar hijau. Alias, lebih dikit dari ongkos di aplikasi yang sudah dibayar secara nontunai.

"Kembali berapa?"

"Semua lah buat lo, mas. Ga usah kembali."

"Lha, banyak amat. Ini kebanyakan."

"Ga apa-apa mas. Gw tadi dapat lemburan. Biasa balik jam lima. Jadi, dari kantor dapat lebih."

"Oke, gw ambil ya. Terima kasih."

"Sama-sama mas. Ga usah pake helm ya, kita lewat jalan kampung aja. Kalo puasa gini bisa masuk, ga diportal.

"Bebas," kata saya sambil mengecek google maps untuk edit rute lewat pemukiman sepertinya lebih cepet ketimbang jalan arteri yang harus muter.

"Btw, di kostan lo kan bawahnya ada kedai 24 jam. Kenapa ga beli buat sahur di sana?" gw bertanya kepada customer.

Secara, di kawasan Bodas juga banyak yang jual makanan. Baik saat jelang buka puasa atau sahur.

Termasuk, di kostan customer ini yang berdampingan dengan ruko penjual elektronik. Gw tahu karena beberapa kali ambil orderan dari toko untuk kirim barang.

"Dulu sering mas pas awal-awal mbaknya gantiin mertuanya jaga warung. Tapi, sejak akhir tahun lalu, gw udah males beli di dia lagi," penumpang itu menjelaskan.

Dia mengaku udah dua tahun ngekost di sana. Pemiliknya suami-istri pensiunan bank ternama yang punya rumah di Depok. 

Hanya, sejak Agustus lalu, pasangan itu pulang kampung untuk menikmati masa tua. Rumahnya di Depok pun dijual.

Sementara, kostannya diserahkan ke anak laki yang sehari-hari kerja di proyek. Nah, istri anaknya itu berinisiatif buka kedai kecil-kecilan di bawah kostan berbagi ruang dengan parkiran motor.

"Gw akuin masakannya enak. Khas banget. Bumbunya juga sedap. Selera gw dah pokoknya," tutur sang customer.

"Harganya apalagi, terjangkau semua kalangan. Apalagi, khusus penghuni kostan bisa kasbon. He he he. Hanya..."

Saya mendengarkan dengan khidmat sambil fokus bawa motor melewati beberapa polisi tidur. Tujuannya dibuat seperti itu agar tidak ada yang ngebut atau balapan mengingat kawasan pemukiman ini padat penduduk.

"Yee, udahan ceritanya? Bentar lagi nyampe cuy. Ati-ati kaki lo, kesenggol motor ," gw mengingatkan penumpang untuk merapatkan kedua kakinya.

Maklum, kami lewat gang sempit yang konon sinar matahari pun tidak bisa masuk. Apalagi, di kanan dan kiri terdapat motor yang parkir dengan rapat hingga rawan kesenggol pengendara lewat.

"Aman mas. Pelan-pelan aja. Ini gw belom selesai dongengnya."

"Lah, dikira gw bocah. Pake bilang didongeng segala," gw menjawab sambil ketawa.

"Ha... Ha... Ha... Bentar lagi. Ini gw lanjut cerita biar lo ga penasaran."

"Ebuset, gw kaga pernah penasaran hal gituan. Bagi gw mah, yang penting duit, duit, dan duit. Abis nurunin lo, ntar gw masih keliling sampe jelang sahur."

"Sue, lo mas. Matre banget."

"Lah, jadi manusia mah emang harus matre. Semua butuh duit. Emang lo kalo bawa motor parkir di minimarket ga bayar? Terus, lo ke toilet di SPBU ga ada penjaganya? Lo naik ojol juga kan pake duit. Ga ada yang gratis, cuy."

"Ha... Ha... Ha... Asem lo mas, bisa aja," sergah penumpang tertawa sambil menepuk pundak.

"Yaudin, ini gw tambahin ongkosnya. Itung-itung lo dengerin cerita gw sampe tamat," lanjutnya dengan menyodorkan selembar biru.

Seketika, di otak gw terdapat putaran uang. Ongkos di aplikasi non tunai, bersihnya hampir dua lembaran ungu.

Nungguin doi beli santap sahur dikasih yang hijau. Sekarang, ditawarin selembar biru.

Kalo ditotal, mendekati kertas yang merah. Banyak juga, euy.

Mata gw pun berbinar merekonstruksi besarnya pendapatan ojol dari satu penumpang doang. Hanya, gw tersadar dan langsung mencium sesuatu yang...

"Eh, penumpang yang baik, ga semua bisa dinilai dengan uang. Bukan gitu caranya," kata gw menolak sambil rem mendadak.

Kaget akibat ada polisi tidur yang tinggi tapi ga dicat putih. Duh, bahaya ini kalo malam-malam ujan, bisa bikin celaka pengendara yang lewat.

Berdasarkan berita, banyak kecelakaan terjadi akibat polisi tidur. Bahkan, sempat viral di Jalan Danau Sunter Selatan hingga akhirnya dibongkar.

Kadang, masyarakat kita dan pejabatnya suka bikin yang aneh-aneh. Giliran ntar terjadi insiden hingga viral, baru diberesin.

"Sembarangan amat sih yang bikin polisi tidur. Untung lo liat mas, kalo ga bisa kejungkal kita," sang penumpang, menimpali.

"Depan ada warung, bentar gw turun dulu ya. Btw, gw tahu caranya bikin tawaran yang ga bisa ditolak orang," lanjutnya lagi tanpa menaruh helm langsung masuk ke warung sembako.

Gw mengangguk. Menepikan motor ke paling pinggir agar kendaraan lain bisa lewat.

"Ini mah pasti beliin ***. Ga mungkin lain," kata gw dalam hati memprediksi. 

Ini mirip taktik ala Don Vito Corleone atau versi Zhuge Liang saat dikerjai Liu Qi. Aneh tapi seru!

Ga lama, customer itu pun tiba. Sambil cengengesan membawa plastik hitam.

"Ini sebungkus *** sama minuman kaleng buat lo. Udah dibeli, ga bisa dibalikin ke yang jual. Ayo, dengerin gw cerita sampe finish ya," katanya menyodorkan.

Gw pun mendorong motor. Membuka bungkusan yang beraroma khas itu.

Bersambung*** 


*        *        *


- Jakarta, 12 Maret 2025


*        *        *


Artikel Sebelumnya Terkait Customer Ojol


- Insiden Membokongi Piza (https://www.roelly87.com/2025/01/insiden-membokongi-piza.html)



- Dan Terjadi Lagi... Pelecehan Seksual terhadap Ojol (https://www.roelly87.com/2024/08/dan-terjadi-lagi-pelecehan-seksual.html)



- Tidak Ada Toleransi untuk Perokok (https://www.roelly87.com/2024/05/tidak-ada-toleransi-untuk-perokok.html)



- Penumpang Kecebur Got dan Motor Hampir Mogok: Drama Banjir 22 Maret (https://www.roelly87.com/2024/03/penumpang-kecebur-got-dan-motor-hampir.html)



- Terima Kasih, Orang Baik (3) (https://www.roelly87.com/2024/03/terima-kasih-orang-baik-3.html)



- Tidak Ada Polisi 40%, Ini Alasan Penumpang Enggan Pakai Helm (https://www.roelly87.com/2020/03/tidak-ada-polisi-40-ini-alasan.html)



- Anak Perwira Dijambret di Samping Polda Metro Jaya (https://www.roelly87.com/2024/03/anak-perwira-dijambret-di-samping-polda.html)



- Sisi Lain Konser Coldplay: Mistik, Sedih, Haru, dan Bahagia (https://www.roelly87.com/2023/11/sisi-lain-konser-coldplay-mistik-sedih.html)



- Menara Kadin yang Memanusiakan Manusia (https://www.roelly87.com/2023/11/menara-kadin-yang-memanusiakan-manusia.html)



- Ditolak Ojol: Bertepuk Sebelah Tangan (https://www.roelly87.com/2023/05/ditolak-ojol-bertepuk-sebelah-tangan.html)



- BlackPink di Mata Ojol (https://www.roelly87.com/2023/03/blackpink-di-mata-ojol.html)



- Risiko Ojol Antar Makanan pada Dini Hari (https://www.roelly87.com/2023/02/risiko-ojol-antar-makanan-pada-dini-hari.html)



- Karena Customer adalah Raja (https://www.roelly87.com/2022/01/karena-customer-adalah-raja.html)



- Di Suatu Desa dengan Penumpang Random (https://www.roelly87.com/2021/10/di-suatu-desa-dengan-penumpang-random.html)



- Sebuah Kisah Klasik yang Tak Berujung (https://www.roelly87.com/2021/06/sebuah-kisah-klasik-yang-tak-berujung.html)



- Kompromi dengan Keadaan (https://www.roelly87.com/2021/03/kompromi-dengan-keadaan.html)



- Orderan pada Malam yang Ganjil (https://www.roelly87.com/2020/11/orderan-pada-malam-yang-ganjil.html)





*        *        *


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Maaf ya, saat ini komentarnya dimoderasi. Agar tidak ada spam, iklan obat kuat, virus, dan sebagainya. Silakan komentar yang baik dan pasti saya kunjungi balik.

Satu hal lagi, mohon jangan menaruh link hidup...

Terima kasih :)