Doa Tulus dari Pekerja Hiburan Malam
![]() |
Ilustrasi saya mengantar penumpang naik getek di Muara Karang (Foto: @roelly87) |
TEMBOK rumah sakit saksi doa paling tulus antara hambanya dengan Sang Pencipta melebihi rumah ibadah.
Demikian adagium yang saya lihat berseliweran di media sosial (medsos). Itu membuktikan permohonan untuk sembuh, kembali sedia kala, atau dilapangkan kesabaran anggota keluarganya kepada Tuhan sangat berarti.
Baik itu:
- Anak kepada Orangtua dan sebaliknya
- Istri kepada suami dan sebaliknya
- Cucu kepada kakek atau nenek dan sebaliknya
- Antarkeluarga, kawan, kerabat, relasi, hingga kenalan
Sebagai makhluk yang logis, saya sangat percaya dengan kekuatan doa. Baik itu di rumah sakit, rumah ibadah, rumah duka, stasiun, pelabuhan, bandara, terminal, sekolah, dan sebagainya.
Apa pun itu permohonannya, Tuhan tidak pernah tidur.
* * *
ALUNAN musik dangdut terdengar meriah di berbagai kafe di kawasan pinggir ibu kota. Ya, modelnya bukan bangunan permanen yang megah seperti di Sudirman, Thamrin, Satrio, dan sebagainya.
Melainkan, terbuat dari triplek berataskan seng yang kalau hujan bunyinya sangat merdu. Namun, sudah cukup memenuhi syarat untuk disebut kafe.
Saat melewatinya, tiba-tiba ada yang melambaikan tangan. Perempuan. Usia muda. Mungkin 20 hingga 25 tipis-tipis.
"Bang ojek dong..." ujarnya mendekati.
"Saya ga ada orderan ka. Salah ojol kali."
"Ih, maksudnya gw mau ngojek ga pake aplikasi ke Barat Daya. Offline, boleh kan?"
"Bentar... Buat siapa?"
"Gw lah bang. Hp Android gw 'lagi disekolahin'. Ini pake hp Nokia jadul. Ga bisa download aplikasi, WA, dll, cuma sms doang sama teleponan."
"Siap."
Sebagai ojek online (ojol), saya sering mendapat tawaran offline atau tanpa aplikasi. Namun, mayoritas saya tolak.
Secara, kalo tanpa aplikasi itu berisiko. Entah itu terjadi insiden di jalan seperti kecelakaan -semoga tidak ya Tuhan... Aamiin!-, begal, atau dihipnotis penumpang.
Beda jika penumpang menggunakan aplikasi. Data-datanya serta rute yang dilewati akan terekam dalam server aplikator.
Jika terjadi insiden pun, bakal terlacak. Sekaligus, memudahkan untuk laporan ke pihak berwajib.
Namun, bukan berarti saya anti tanpa aplikasi. Beberapa kali saya ambil.
Sebab, ini bukan soal benar atau salah. Secara, se-idealis apa pun saya sebagai manusia, tetap urusan dapur nomor satu. (selengkapnya: https://www.roelly87.com/2021/03/kompromi-dengan-keadaan.html)
Termasuk, pekan lalu saat tim nasional (timnas) main di GBK dan Indonesia Open 2025 di Istora.
Hanya, offline khusus yang dekat aja mengingat situasi ramai akibat penumpang sulit order sementara ojol jemputnya kejauhan. Misal, ke Stasiun Palmerah, atau tempat makan di kawasan Senayan.
Jika tujuan jauh, jelas saya tolak. Risiko kenapa-kenapa.
Itu pun, offline saya ambil penumpang perempuan. Berdua alias bonceng tiga, ga masalah.
Kalo penumpang pria? Ga...
Terima kasih dah!
Saya takut orang itu begal, hipnotis, atau menyelipkan barang terlarang.
(Baca artikel terkait https://www.roelly87.com/2021/04/ada-rawarontek-di-balik-keberingasan.html).
"Berapa bang?" kata wanita itu.
"Kalo tanpa aplikasi ga tahu. Terserah lo kasih harga aja."
"Sekian *** ya."
"Oke. All, gw balik duluan ya. Jangan pulang sebelum mabok sampe tepar. Ha... Ha... Ha..." jawabnya sambil melambaikan tangan kepada beberapa rekannya yang duduk rapi.
Saya pun melajukan sepeda motor ke lokasi yang dituju. Jaraknya lumayan dekat, kurang dari lima kilo.
Namun, rutenya sangat menantang. Secara, melewati jalanan yang rusak.
Bergelombang, lobang, hingga polisi tidur yang tak beraturan.
Apalagi, setiap pengendara harus ekstrawaspada. Sebab, ini merupakan jalur Transformers.
Alias, rutin dilewati kendaraan besar seperti dump truck, kontainer, trailer, tronton, trintin, trinton, molen, dan banyak lagi.
"Na... Na... Na..."
Terdengar lirih bisikan dari senandung penumpang di belakang saya. Sejak naik hingga hampir pertengahan jalan.
"Bagus! Nyanyi terus..."
"He... He... He..."
"Sad But True... Keren! Anak metal lo ya?"
"Kaga bang. Bosen kalo di kafe mah dangdut terus. Sekali-kali di jalan Metallica, Guns N' Roses, Nirvana, atau Toto..."
"Gokil, cewe tapi lagunya cadas..."
"Cadas Pangeran? Kampung gw dong."
"Lo asli Sumedang?"
"He..."
"Btw, suara lo merdu. Coba nyanyi Patience GNR, pas banget."
"Nadanya rendah, bang. Ga kuat."
"Kenape menyenandungkan Sad But True?"
"Galau aja bang."
"Asmara? Cintrong? Atau lo diduain?"
"Ih... Amit-amit dah. Bukan itu."
"Biasanya, cewe kalo galau alasannya itu."
"Gw galau karena bokek. Pemasukan seret udah beberapa bulan terakhir 'sampe hp masih disekolahin' belom ditebus nih. Hari ini aja dapat ga nyampe cepe..."
"Sama dong. Berarti alam semesta emang sedang ga baik-baik aja. Di dunia perojolan juga gitu."
"Serius bang?"
"Yongkru. Namanya hidup. Banyak yang sulit dapat orderan. Jadi ya, sama-sama nyender."
"Gw kira cuma gw doang bang."
"Lah, malam minggu bukannya kafe rame?"
"Rame yang nongkrong doang. Jajan mah kagak. Boro-boro beli bir 1 kerat, ini malah bawa air mineral dari luar. Dikira kita penjaga stan pasar malam, kali ya?"
"Lah, kok bisa. Tempat lo kan kafe?"
"Iya, kafe. Tapi, kafe 'ya gitu' deh."
"Ooh...
* * *
PENUMPANG itu cerita, meski namanya kafe, tapi tempat kerjanya multifungsi. Bisa jadi karaoke, pijat, salon, sampe "ruang curhat".
Ya, tergantung kemauan tamu. Ibaratnya, palugada, "Apa lo mau, gw ada".
Namun, setiap malam minggu, sudah tradisi berderet kafe di kawasan itu minim pemasukan. Beda dengan hari biasa.
Ini jadi dilema bagi para pekerja. Datang cuma cukup buat ongkos doang, ga hadir tapi di rumah bokek akibat ga ada pemasukan.
"Kalo malming, yang berduit jarang dateng. Pada dokem di rumah sama bininya masing-masing," ujarnya sambil berteriak karena suaranya ga terdengar akibat di sebelah ada rombongan sirkus lagi memainkan knalpot.
Emang hama ini para komunitas motor celeng. Mending, kalo motornya bagus, lah ini cuma 100-an cc.
Masih kalah sama motor ojol yang banyak 150 cc lebih. Udah gitu, rombongan sirkus ini kalo konvoi pada nutupin jalan.
Motor bagus? Ga!
Muka rupawan? Burik!
Ya, kalo mereka motornya moge kayak Renegade atau yang dipake Antonio Banderas dalam Desperado, sih, bisa dipertimbangkan.
Atau, kalo parasnya lelananging jagad ala Leonardo Di Caprio serta manis seperti Brigitte Lin Ching-hsia dalam Swordsman III, ya bisa dibicarakan baik-baik. (https://www.roelly87.com/2023/12/brigitte-lin-ching-hsia-yang-memesona.html)
Lah ini tanpa bermaksud menghina, udah motor bobrok, muka buruk rupa, eh kelakuan kayak dajal. Bikin esmosi pengendara aja!
* * *
"KITA mah mending tamu yang udah berumur. Royal. Ga itungan kalo 'jajan'," penumpang itu melanjutkan. "Ketimbang anak muda. Menang ganteng doang. Beli minuman aja patungan. Boro-boro kasih tip."
"Yah, gw ga ngerti gituan dah."
"Iye, maksudnya cuma sekilas info bang."
"Siap, tuan ratu."
"Ratu apaan? Ratu dunia hitam kayak di film. Ha ha ha!"
"Yah, intinya lo punya duit, lo punya kuasa."
"Njir, itu kalimat rayuan gw tuh kalo tamunya royal. Asyik. Keluarin duit ga dipirit lagi."
"Nah, itu Rohaye... Ada masanya tamu lo royal. Kadang ada yang pait. Ya, namanya juga hidup."
"Ho oh, bang. Sama kayak ojol ya. Gw dengar pada sepi?"
"Mayoritas iya. Harus disyukuri aja. Banyak atau dikit, yang penting udah usaha."
"Tjakep, bang. Gw juga kalo udah *** bakal pensi. Gw pengen hidup normal dan ***."
"Silakan. Itu pilihan, lo mau kerja apa aja bebas. Yang penting bisa buat anak atau keluarga."
"Kadang kalo bipolar gw kambuh, gw malu juga sama tetangga. Apalagi, kerja beginian pulang sering pagi. Jadi bahan omongan."
"Lah, emang tetangga lo yang kasih makan lo? Ga, kan?"
"Ya, ga sih."
"Ngapain harus malu? Hidup lo, ya lo yang atur sendiri. Mau lo kerja apa kek, urusan lo. Lo ga usah peduliin tetangga," saya menjelaskan. "Kecuali, lo dikasih makan sama tetangga lo tiap hari, kalo mereka nyinyir, ya pantes. Ini kan, ga?
"Ya begitulah," ujarnya sambil menarik napas.
"Ini ada cagak, belok kanan atau kiri?"
"..."
"Woi... Rohaye, die malah ngelamun."
"Anjir... Maap bang. Wkwkwkkw. Iye, kanan."
"Siap. Yang ada tugu?"
"Iya bang."
"Oke sampe."
Saya pun menepikan sepeda motor. Memberi ruang gerak pengendara lain yang ingin lewat mengingat jalannya cukup sempit."
"Ini bang."
"Ebuset, gw kaga ada kembaliannya."
"Serius?"
"Lah, pan dibilang orderan ojol lagi sepi. Mungkin, efek libur panjang."
"Oke bang. Gw tuker ke warung dulu ya."
Penumpang itu pun membawa balik selembar merah untuk ditukar ke warung. Ongkosnya, sekitar 1USD lebih dikit.
Jelas, saya ga punya kembalian. Secara, di dompet aja cuma ada selembar biru dan beberapa ribuan.
"Bang, ini air mineral buat lo. Bentar ya gw lagi nunggu kembalian," penumpang itu menghampiri dengan botol air mineral berukuran sedang.
"Selow aja. Sorry ngerepotin. Soalnya emang ga ada kembalian. Duit lo kegedean."
"Anjir... Saae lo bang, ni aja selembar-lembarnya," katanya dengan tersenyum renyah.
Sambil menunggu pembayaran tunai, saya pun membuka bagasi motor untuk mengeluarkan jas hujan. Maklum, langit pada dini hari udah merah.
Takutnya, tiba-tiba hujan lebat. Jadi, ya, kata pepatah, sedia jas hujan sebelum deras.
"Ini bang, ga usah kembali."
"Yee, banyak amat," jawab saya usai menerima selembar hijau dan 1 ringgit lebih.
"Ga apa-apa, buat lo bang. Makasih ya. Gw doain moga lo juga lancar rezekinya juga sehat biar kuat cari nafkah. Aamiin..."
"Aamiin. Makasih banyak, Rohaye."
Saya pun menaruh uang di tas selempang. Karena penumpang udah ngasih lebih, ya saya terima.
Yang penting, bukan saya yang minta. Secara, pantang minta-minta ke orang.
Sejeleknya saya, masih punya harga diri. Kecuali jika itu masuk layanan ojol, seperti nganternya lebih jauh, beberapa kali berhenti, atau masuk lokasi yang kena parkir.
"Rezeki bro, ambil aja," ucap pemilik warung sambil mengeluarkan beberapa galon kosong.
"Iya, pak. Rezeki. Penumpangnya baik."
"Orangnya emang baik. Sering jajanin atau kasih tip ojol yang nganter."
"Iya pak. Duluan ya."
"Sip, ttdj bro."
Saya pun melanjutkan perjalanan di tengah gemuruh kilat layaknya kehadiran Thor Odinson. Meski tubuh ini bergerak, tapi pikiran masih berada di depan warung tadi.
Khususnya, doa yang bikin merinding dari penumpang yang lupa saya tanya namanya.
Ya, di tengah kekurangan mencari nafkah yang mungkin dianggap negatif di masyarakat, penumpang itu membuktikan bahwa hidup ga sekadar hitam atau putih. Doi yang bekerja di dunia malam, dalam keterbatasannya benar-benar mengaplikasikan prinsip memanusiakan manusia.
Salut dengan sikapnya.
Apalagi doanya yang tulus bagi saya terdengar sangat menyentuh hati dibandingkan pujian kepada Tuhan yang dilakukan banyak ahli ibadah yang hipokrit.
Terima kasih, wahai penumpang tanpa nama.
* * *
- Jakarta, 10 Juni 2025
* * *
Artikel Terkait Dunia Malam:
- https://www.roelly87.com/2024/08/psk-dan-gigolo-lebih-mulia-daripada.html
- https://www.kompasiana.com/roelly87/5500985ba33311e7725115a1/ironi-seorang-kupu-kupu-malam
- https://www.kompasiana.com/roelly87/551079a5a33311c037ba83f5/kupu-kupu-malam-dalam-sebuah-kisah?page=all
- https://www.kompasiana.com/roelly87/54f44b677455139d2b6c8860/riwayat-panjang-lagu-kupu-kupu-malam
- https://www.roelly87.com/2021/10/mangga-besar-punya-cerita.html
Artikel Terkait Customer Ojol:
- Pelajaran dari Penumpang Tuna Netra (https://www.roelly87.com/2025/05/pelajaran-dari-penumpang-tuna-netra.html)
- Lirikan Maut Penjaga Kedai 2 (https://www.roelly87.com/2025/03/lirikan-maut-penjaga-kedai-2.html)
- Lirikan Maut Penjaga Kedai (https://www.roelly87.com/2025/03/lirikan-maut-penjaga-kedai.html)
- Insiden Membokongi Piza (https://www.roelly87.com/2025/01/insiden-membokongi-piza.html)
- Dan Terjadi Lagi... Pelecehan Seksual terhadap Ojol (https://www.roelly87.com/2024/08/dan-terjadi-lagi-pelecehan-seksual.html)
- Tidak Ada Toleransi untuk Perokok (https://www.roelly87.com/2024/05/tidak-ada-toleransi-untuk-perokok.html)
- Penumpang Kecebur Got dan Motor Hampir Mogok: Drama Banjir 22 Maret (https://www.roelly87.com/2024/03/penumpang-kecebur-got-dan-motor-hampir.html)
- Terima Kasih, Orang Baik (3) (https://www.roelly87.com/2024/03/terima-kasih-orang-baik-3.html)
- Tidak Ada Polisi 40%, Ini Alasan Penumpang Enggan Pakai Helm (https://www.roelly87.com/2020/03/tidak-ada-polisi-40-ini-alasan.html)
- Anak Perwira Dijambret di Samping Polda Metro Jaya (https://www.roelly87.com/2024/03/anak-perwira-dijambret-di-samping-polda.html)
- Sisi Lain Konser Coldplay: Mistik, Sedih, Haru, dan Bahagia (https://www.roelly87.com/2023/11/sisi-lain-konser-coldplay-mistik-sedih.html)
- Menara Kadin yang Memanusiakan Manusia (https://www.roelly87.com/2023/11/menara-kadin-yang-memanusiakan-manusia.html)
- Ditolak Ojol: Bertepuk Sebelah Tangan (https://www.roelly87.com/2023/05/ditolak-ojol-bertepuk-sebelah-tangan.html)
- BlackPink di Mata Ojol (https://www.roelly87.com/2023/03/blackpink-di-mata-ojol.html)
- Risiko Ojol Antar Makanan pada Dini Hari (https://www.roelly87.com/2023/02/risiko-ojol-antar-makanan-pada-dini-hari.html)
- Karena Customer adalah Raja (https://www.roelly87.com/2022/01/karena-customer-adalah-raja.html)
- Di Suatu Desa dengan Penumpang Random (https://www.roelly87.com/2021/10/di-suatu-desa-dengan-penumpang-random.html)
- Sebuah Kisah Klasik yang Tak Berujung (https://www.roelly87.com/2021/06/sebuah-kisah-klasik-yang-tak-berujung.html)
- Kompromi dengan Keadaan (https://www.roelly87.com/2021/03/kompromi-dengan-keadaan.html)
- Orderan pada Malam yang Ganjil (https://www.roelly87.com/2020/11/orderan-pada-malam-yang-ganjil.html)
-
-
-
-
-
-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Maaf ya, saat ini komentarnya dimoderasi. Agar tidak ada spam, iklan obat kuat, virus, dan sebagainya. Silakan komentar yang baik dan pasti saya kunjungi balik.
Satu hal lagi, mohon jangan menaruh link hidup...
Terima kasih :)