Permainan dampu dengan melompati kotak demi kotak (sumber foto: Dokumentasi pribadi (www.roelly87.com) |
SORE itu, Sabtu (11/7) suasana di kediaman saya sangat ramai. Di seberang jalan ada yang bersiap menunggu bus untuk pulang kampung (pulkam). Begitu juga di depan gang, terdapat warung yang dipenuhi antrean pembeli kolak. Sementara, tak jauh, berkumpul beberapa bocah sedang asyik bercanda. Usut punya usut, ternyata mereka tengah mengikuti salah satu permainan tradisional: Dampu.
Senang rasanya melihat keasyikan mereka bermain dampu di tengah derasnya teknologi. Maklum, saat ini -setahu saya- sudah jarang ada anak kecil yang masih melakukan permainan tradisional. Itu akibat gencarnya teknologi, hingga mayoritas lebih memilih untuk bermain playstation, ke warnet, atau larut dengan gadgetnya masing-masing.
Kebetulan, saat itu sekitar pukul 16.00 WIB, saya sedang mengajak adik saya yang paling kecil, Putry, untuk ngabuburit, alias menunggu waktu berbuka puasa. Jadi, saya pun dengan senang hati mengiyakan permintaan adik saya untuk nimbrung sejenak. Ya, selain bulan puasa (Ramadan), kapan lagi bisa menyaksikan para bocah yang sedang bermain dampu sambil ngabuburit?
Seketika, saya jadi teringat dengan masa kecil pada belasan tahun silam. Yaitu, ketika teknologi belum merambah anak seusia kami. Biasanya, nyaris setiap sore, kampung kami ramai dipenuhi anak-anak yang sedang ngabuburit di tengah lapang. Entah itu, bermain sepak bola, bulu tangkis, tak benteng, dan sebagainya.
Berikut, tujuh cara asyik kami lakukan sambil ngabuburit:
- Main Dampu
Saya yakin di antara pembaca artikel ini, sudah lupa dengan cara bermain dampu? Hayo ngaku! He he he. Sama kok, saya juga lupa-lupa ingat. Kalau saja adik saya tidak menunjukkan cara melempar batu untuk melompati garis demi garis, mungkin saya masih bingung. Oh ya, dampu itu permainan yang membutuhkan tenaga untuk melompat baris demi baris usai melempar batu ke kotak tertentu. Kalau tidak salah, ada sembilan kotak yang harus kita lewati dengan kaki tidak menyentuh garis. Pemenangnya, yang piawai melompat secara bolak-balik tanpa menginjak garis. Bingung? Sok atuh, silakan dipraktekkan sendiri biar ga bingung mumpung masih ada dua hari puasa.
- Monopoli
Ini salah satu permainan favorit kami waktu masih kecil hingga kini di antara kami sudah punya anak kecil lagi. Dulu, saya dan teman sebaya memakai papan monopoli yang terbuat dari kertas. Paling kesel kalo masuk penjara. Tapi, senengnya pas dapat Kesempatan dan Dana Umum. Dekade 1990-an, harga monopoli masih lumayan mahal bagi seukuran kami. Alternatifnya, yang lebih
- Bulu Tangkis
Rasanya, dulu bangga kalo bisa main olahraga tepok bulu ini. Apalagi sore hari yang ramai di tanah lapang dan ketika remaja berharap dilihat
- Sepak Bola
Permainan sekaligus olahraga sejuta umat ini sepertinya tidak perlu dijelaskan lagi. Sebab, banyak cara untuk bisa memainkannya. Misalnya, ketika lapangan becek
- Benteng
Jujur saya sudah lupa dengan permainan ini. Pasalnya, sudah belasan tahun tidak memainkannya lagi. Tapi, permainan yang di kampung kami disebut "Tak Benteng" ini seru juga lho. Kita bisa lari-larian gitu. Mirip dengan petak umpat dan sebagainya.
- Egrang
Mengingat permainan ini jadi terbayang nostalgia
- Bekel
Salah satu permainan yang paling sering saya dan teman sebaya lakukan di teras rumah yang menghadap ke lapangan. Tapi, kalau ingat permainan yang terbuat dari bola karet disertai biji bekel yang terbuat dari tembaga atau kuningan (lupa). Sayangnya, saya punya memori kelam dengan permainan ini akibat stigma "harus perempuan" yang memainkannya. Lantaran, akibatnya, ada teman yang -maaf- hingga kini, jadi kemayu akibat konon sering berbaur dengan anak perempuan bermain bekel.
* * *
Mengambil batu agar tidak terkena garis (@roelly87) |
* * *
Ada yang bisa hitung berapa kotak? (@roelly87) |
* * *
Sebelumnya:
- Kenangan Main Petak Umpet (Horor)
- Kenangan Main Petak Umpet (Horor)
* * *
- Cikini, 15 Juli 2015
Dampu kl di tempatku namanya demprak. Btw kok belum lapor link di tantangan 15 hari?
BalasHapusbeda nama ya mbak, tapi intinya sama kali
Hapushi hi hi
udah, barusan 'tak edit di dokumen :)
Jadi ingat kembali masa kecil. Dari kesemua permainan di atas, hanya sepakbola yang bertahan sampai saat ini. Itu pun harus menunggu dekat 17 Agustus dulu.
BalasHapushi hi hi
Hapusmaklum mas, sepak bola kan permainan sejuta umat :)
oh iya, agustusan dikit lagi, ikut lomba blog di hukumpedia aja mas di http://www.hukumpedia.com/kumipedia/kompetisi-foto-satu-untuk-merdeka
dulu waktu kecil suka main bekel tapi sekarang udah engga pernah
BalasHapusyuk, maen lagi mas sama anak2nya :)
HapusWaktu msh imut kayak barbie dulu...ku suka main dampu, benteng dan bekel..yey...!
BalasHapusbarbie?
Hapus#eaaaa
he he he
bekel itu pas buat ngabuburit sama abis sahur mbak
*siap2 begadang lagi
layangan kelupaan tuh mas :P
BalasHapusjarang maen pis, soalnya trauma kena benang sampe berdarah tangan :(
Hapus