TyyiccClcSK3IvRCDh0sKBc4_Sg roelly87.com: Oktober 2025

Serial Catatan Harian Ojol

Serial Catatan Harian Ojol
Serial Catatan Harian Ojol

Senin, 20 Oktober 2025

Sembilu, Ella, dan Pamor Musisi Malaysia

Sembilu, Ella, dan Pamor Musisi Malaysia

Ella saat konser beberapa waktu lalu
(Foto: ChannelNewsAsia)


CUACA di Indonesia, khususnya Jakarta memang anomali. Saat puncak kemarau pada Juli-Agustus, kerap turun hujan lebat. 

Bahkan, beberapa daerah sampai kebanjiran. Eh giliran Oktober ini yang sudah musim hujan, malah panasnya minta ampun.

Memang sih, sempat beberapa kali hujan sepanjang bulan ini. Namun, intensitasnya tergolong rendah.

Mayoritas rinai saja. Bahkan, malah bikin gerah.

Itu yang saya alami. Usai rinai pagi tadi, siangnya malah kembali terik.

Ditambah lagi macet yang kian parah akibat parkir liar, pak ogah, dan galian dimana-mana. Alhasil, saya pun berusaha meredakannya dengan banyak minum air putih.

Plus, air tebu murni yang dibeli di Pasar Tanah Abang. Langsung diperas dari penggilingan dengan dimasukkan ke gelas dan ditambah sedikit es batu.

Hmm... Yummi!

Ya, sekali-sekali memanjakan tenggorokan. Asal jangan keseringan, secara lagi musim batuk.

"Mas, ini ada yang mau ngojek."

Terdengar teriakan dari belakang saya dekat pertokoan. Saya pun menoleh.

Yang manggil, pria, masih muda yang bisa jadi warga setempat. Di sampingnya, masih muda juga, mungkin seperlima abad tipis-tipis dengan bawa beberapa bungkusan.

"Maaf mas, saya ojol (ojek online). Itu aja di depan ada opang (ojek pangkalan)," kata saya menolak halus.

Bukan maksud menolak rezeki. Faktanya, ga jauh dari lokasi kami berderet rekan opang.

Saya ga mau ambil rezeki orang lain. Secara, namanya ojol dapat orderan via aplikasi.

Kendati, sering juga saya dapat penumpang secara offline alias tanpa aplikasi. Namun, itu situasional. Alias, hanya berlaku saat aplikasi error, hujan lebat atau force majeur seperti ada demo. 

"Ambil aja bro. Ga apa-apa," ujar salah satu rekan opang berteriak sambil mengacungkan jempol.

Saya pun mengangguk karena sudah dipersilakan mereka. 

"Tadinya rekan saya mesan aplikasi, cuma udah 30 menit ga dapat-dapat. Minta ke opang katanya kejauhan. Ini ga apa-apa bawa gembolan ya?" pria itu menjelaskan.

"Kemana mas?"

"Serpong."

"Ebuset. Jauh bener mas."

"Iya, mau naik kereta ribet bawa gembolan. Pesan ojol dan taksol dicancel terus. Taksi konvensional ga ada yang lewat. Maklum, kawasan macet. Mau ya, nanti dilebihkan."

"Oke deh."

"Makasih ya mas. Pelan-pelan aja bawa rekan saya," katanya sambil menyelipkan sesuatu ke dashboard motor.

Pas saya lihat, masing-masing selembar merah dan biru. Wow...

Saya mau bilang kebanyakan dan ingin kembaliin, tapi dia memperlihatkan gestur menolak sambil berbincang dengan penumpang yang hendak naik.

Saya pun langsung semangat. Secara, jika dengan aplikasi, tarifnya ga sampai setengah.

"Misi ya, mas," tutur penumpang saya saat naik di jok dan menitipkan dua bungkusannya di cantelan depan motor.

"Oke. Kita otw. Helmnya tolong dikunci ya. Mohon jangan main hp, takut jambret," saya mengucapkan kalimat template yang sudah diulang hingga ribuan kali kepada penumpang.

Maklum, sebagai ojol yang bergerak di bidang jasa, saya harus ramah dan memastikan 3K kepada penumpang. Yaitu, keselamatan, keamanan, dan kenyamanan.


*         *         *


SEBELUM berangkat, saya cek Google Maps jaraknya berkisar 30-an km. Ini mengingat ada tiga rute dengan kemacetan dan estimasi waktu tempuh yang hampir sama.

Yaitu, lewat Jalan Raya Daan Mogot, Joglo, atau Bintaro. Saya ambil opsi pertama karena masih siang, perkiraan lancar.

Beda cerita kalo sore atau jam pulang kerja, beuh Daan Mogot itu menguji nyali sejak Citraland hingga Kalideres. Bagi saya, macetnya itu sejajar dengan Simatupang, Cacing (Cakung-Cilincing), Kalimalang, dan Kapuk Raya.

Hingga Poris, Tangerang, suasana masih anteng. Saya fokus mengendarai motor dengan berbinar-binar karena sudah mengantungi "pek go".

Yeeei, manusia mana yang ga ijo lihat duit. Saya pun gitu, asal halal dan ga merugikan orang lain.


...


Sementara, penumpang di belakang saya turut bersenandung kecil dengan headset di telinganya. Ga apa-apalah, yang penting jangan dimainin hpnya, rawan jambret.

Sayup-sayup saya dengar lagu lawas dari penyanyi wanita asal Malaysia. Kayaknya, ini penumpang fasih bener nyanyinya.


"Tak dapat ku bayangkan

Tuturmu bagai sembilu

Mencakar hati ini

Tanpa simpati di hati..."


Ih... Keren, dalam hati saya. Cengkoknya khas melayu banget.

"Wow... Sembilu by Ella. Mantap betul," saya memuji. Meski suaranya pelan, tapi tetap terdengar karena jalanan siang itu cukup lenggang tanpa klakson dari kendaraan lain.

"Wah, terima kasih. Anda tahu juga kah ini yang lantunkan aslinya Ella?"

"Tahu dong. Ella kan Queen of Rock Malaysia," jawab saya.

"Nah, cakap itu. Betul," dia melanjutkan. "Berarti Anda paham lagu-lagu Malaysia?"

Mendengar pertanyaan itu, saya pun mengangguk. Maklum, Indonesia dan Malaysia kan tetangga dekat. 

Masih serumpun. Banyak lagu dari jiran, baik penyanyi solo wanita, pria, atau band yang digemari masyarakat Indonesia. 

Termasuk saya yang sejak pertengahan dekade 1990, kerap mendengarnya via kaset, CD, atau VCD.

Beberapa di antaranya pernah saya ulas 13 tahun silam, https://www.kompasiana.com/roelly87/5519b83a8133118b7a9de0c7/lima-musisi-legendaris-malaysia?page=all.

"Ella itu masih eksis hingga kini. Suaranya pun bagus kali saat konser kemarin," ucap penumpang itu.

"Ya, padahal usianya sudah kepala lima..." jawab saya.

"Hampir kepala enam. Tepatnya, 60 tahun pada 31 Juli mendatang," dia memotong.

"Iya."

"Selain Ella, Anda suka siapa saja dari musisi asal kami?"

"Kami?"

"Iya, maksudnya dari Malaysia."

"Oh... Anda dari Malaysia?"

"Iya, dari Perak, sebelahan dengan kampong halaman Ella di Penang."

"Maaf, kirain saya, Anda dari Indonesia."

"Ga apa-apa. Memang orang kita satu sama lain hampir mirip."

"Iya, saya pikir, Anda habis belanja di Pasar Tanah Abang."

"Ga. Ini oleh-oleh untuk keluarga. Namun dibawa via ekspedisi. Saya ke sini karena libur kuliah. Pekan depan balik ke KL (Kuala Lumpur)."

"Oh... Ok."

"Anda pernah ke Malaysia?"

"Sebentar, ya. KL dua kali dan Sarawak. Namun, aslinya di ibu kota kalian hanya transit di pesawat menuju Schiphol sebelum lanjut ke Heathrow..."

"Eh, Schiphol di Amsterdam, Belanda. Lalu, Heathrow di London, UK?" dia memotong lagi.

"Iya."

"Ih... Sedapnya!"

"Itu saat saya nonton final Liga Champions 2016/17 di Cardiff, Wales, Britania Raya. Ga sampe keluar bandara. Hanya transit sebentar. Namun, sempat menghirup udara jiran. He he he."

"Asyiknya." 

Ya, delapan tahun silam, saya berkesempatan nonton final Liga Champions antara Juventus versus Real Madrid yang berujung air mata. 

Bisa dipahami mengingat sudah jauh-jauh ke Negeri David Beckham, plus perjuangan menang lomba blog, eh sampe sana malah berujung getir. 

Maklum, klub favorit saya, Juventus harus takluk 1-4 dari Madrid. (Artikel terkait: https://www.roelly87.com/2017/06/saksi-juventus-di-final-liga-champions.html)

"Satu lagi, di Tebedu, Sarawak, saat saya bersama rekan-rekan bloger dan rombongan dari Kementerian Sekretariat Kabinet meninjau pos perbatasan. Kami sempat singgah sebentar di pasar kawasan Tebedu," saya menjelaskan.

(Artikel terkait: https://www.roelly87.com/2018/04/plbn-entikong-perbatasan-indonesia.html)

"Setkab yang sekarang viral, Letkol Teddy, ya?" 

"Bukan. Dulu masih Pramono (Anung). Sejak 2024 baru Letkol Teddy Wijaya."

"Oh."

"Pramono sekarang Gubernur Jakarta berpasangan dengan Rano Karno, sebagai wakilnya."

"Si Doel?"

"Yoi. Itu tahu."

"Di negeri kami, serial itu populer. Apalagi, di season awal ada Hans sebagai Adam Jagwani."

"Oh ya, adiknya Sarah itu kan asli Malaysia."

"Iya, dia dari Sarawak."


*         *         *


MEMASUKI Tangerang Selatan, jalanan mulai macet. Maklum, di kawasan ini ada beberapa perumahan elite yang jadi penyangga kota tersebut.

Jalannya pun cukup mulus berkat peran swasta. Beda jauh jika kita ke kawasan Ciputat atau Pamulang yang seperti anak tiri akibat pemerintahnya kurang tanggap.

"Sudah lama paham musik Malaysia?" tutur penumpang itu usai saya mengecek ban belakang yang kayak kempes atau bocor halus.

"Sejak kecil. Sekitar pertengahan 90-an."

"Wah, saya belum lahir. Udah lama kali."

"Dari dulu sampe sekarang, lagu-lagu pop atau rock Malaysia tetap diminati masyarakat Indonesia. Begitu pun sebaliknya. 

Untuk penyanyi wanita, saya suka dengar Ella, Siti Nurhaliza, dan Sheila Majid. Anita Sarawak juga bisa dimasukin meski lahir di Singapura tapi sekarang kan tinggal di KL.

Kalo band, ada Search, Exist, Sting, Iklim, Spoon, Wings, dan banyak lagi.

Jangan lupakan P. Ramlee, legenda termahsyur Malaysia. Di Indonesia, lagu-lagunya sering diputar. Termasuk, Madu Tiga yang dibawakan ulang Ahmad Dhani."


...

"Tak disangka, ternyata, masyarakat Indonesia banyak juga yang paham musisi asal negeri kami ya," ucap penumpang itu.

"Iya. Musik kan universal. Contoh, lagu Isabella..."

Bersambung...


*         *         *

- Jakarta, 20 Oktober 2025


*         *         *




*         *         *



*         *         *

Jumat, 17 Oktober 2025

Trade Expo Indonesia 2025

Trade Expo Indonesia 2025
(Foto: koleksi pribadi/ @roelly87)



SETAHUN ga terasa berlalu dengan cepat. Seperti baru kemarin menghadiri Trade Expo Indonesia (TEI) 2024 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) Bumi Serpong Damai (BSD), Kabupaten Tangerang. 

Eh, udah hadir lagi pada event dan tempat yang sama. Tepatnya, dalam TEI 2025, Kamis (16/10).

Edisi ke-40 pameran ekspor terbesar di Asia Tenggara ini berlangsung lima hari pada 15-19 Oktober. Terdapat 1.600-an lebih pelaku usaha untuk meluaskan pasarnya ke penjuru dunia.

Berdasarkan data Kompas, ada 8.045 pembeli terdaftar dari 130 negara. Pameran ini menampilkan tiga zona utama, yaitu produk pangan dan pertanian, manufaktur, serta jasa dan gaya hidup. 

Target transaksi TEI 2025 sebesar 16,5 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau kalau dikurs hingga Rp273 triliun!

Jumlah yang fantastis...

Khususnya, bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Beberapa di antaranya turut dibawa PT Astra International Tbk, dengan 23 UMKM yang tersebar di Hall 3A ICE BSD. Terdapat tiga kategori dengan komposisi 10 pelaku usaha yang dibina Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) dan 13 dari Desa Sejahtera Astra (DSA).

Jumlah tersebut meningkat dari tahun lalu, dengan 19 UMKM seperti yang sudah saya ulas dalam https://www.roelly87.com/2024/10/trade-expo-indonesia-2024-dan-momentum.html.

Nah, ke-23 UMKM ini merepresentasikan kekuatan dan keberagaman produk unggulan Indonesia. Untuk kategorinya berdasarkan data resmi dan hasil keliling di booth Astra di Hall 3A ICE BSD, meliputi:


1. Kategori Makanan dan Minuman Olahan (9 UMKM) diwakili UMKM produk siap saji dan olahan:

• CV AROMA SUKSES (Cirebon, Jawa Barat) memproduksi Bawang Goreng Premium dan telah mengekspor ke Australia, Taiwan, dan Amerika Serikat (AS).

• PT QISBELIAN SNACK INDONESIA (Bontang, Kalimantan Timur) dengan produk Amplang Kuku Macan yang telah menembus pasar Italia, Australia, dan California (AS).

• CV Khaira Buana Mas (Kulon Progo, Yogyakarta) memproduksi Jamur Crispy dan telah mengekspor ke Australia.

• Koperasi Rumah Biru Sejahtera (Sikka, Nusa Tenggara Timur) menawarkan produk olahan kakao seperti Cocoa Bean fermented, cocoa powder, hingga cashew nut berbagai varian rasa.

• CV Centerindo Kurnia Tritama (Kab. Bantul, Yogyakarta) yang menjual Teh eukaliptus, wedang uwuh, minuman instan jahe, permen, dan ginger cookies, serta telah mengekspor ke Malaysia, Kanada, Jerman, dan Jeddah (Arab Daudi).

• CV Ghani Wijaya Makmur (Sumedang, Jawa Barat) menghadirkan Snack Makaroni panggang dan Basreng (bakso goreng).

• PT BATTENBERG TIGA INDONESIA (Bandung, Jawa Barat) dengan produk andalan Biscuit Brownies Bites Glutenfree Dairyfree dan Cokelat Powder Drink, yang memiliki riwayat ekspor ke Malaysia, Kanada, Jerman, dan Jeddah (Arab Saudi).

• PT Imago Raw Honey (Bogor, Jawa Barat) memamerkan produk Madu dan Granola.

• Pawon Koe Mevrouw (Banyuwangi, Jawa Timur) yang produknya meliputi Salmon skin dan Keripik cumi, dengan riwayat ekspor ke Jepang dan Belanda.

***

2. Kategori Komoditas Pertanian (6 UMKM) fokus pada komoditas mentah maupun olahan awal:

• PT Syailendra Bumi Investama (Karanganyar, Jawa Tengah) menawarkan Minyak Atsiri dengan pasar ekspor yang luas meliputi Asia, Eropa, hingga Timur Tengah.

• PT SARI BHUWANA NUSAJAYA (Sidoarjo, Jawa Timur) menghadirkan rempah utuh, rempah bubuk, dan produk turunannya, dengan riwayat ekspor ke tujuh negara.

• CV Mekanira Nusantara (Banyumas, Jawa Tengah) menjual Gula Kelapa (Coconut Sugar) & Produk Turunan Kelapa lainnya, dengan riwayat ekspor ke Australia, Bulgaria, dan Singapura.

• CV TEMON AGRO LESTARI (Pacitan, Jawa Timur) dengan produk Gula Aren semut, cair, cetak, dan serbuk siap seduh jahe merah gula aren, yang telah diekspor ke Kanada, Jepang, dan Belanda.

• PT EFFA CIPTA SEJAHTERA (Kerinci, Jambi) fokus pada Cinnamon Stick dan Cinnamon Powder, dengan riwayat ekspor ke Nigeria.

• 1612 Coffee (Bandung, Jawa Barat) menampilkan Biji Kopi pilihan.

***

3. Kategori Craft Pendukung Fashion dan Home Décor (8 UMKM)  menampilkan produk kerajinan dan dekorasi rumah:

• CV Karya Winazar (Sukabumi, Jawa Barat) memproduksi berbagai alat dapur dan rumah tangga dari kayu seperti Cobek, Talenan, Sodet Sutil, hingga Rolling pin, dan diekspor ke Malaysia, Thailand, dan Brunei.

• PT Kain Ratu Utama (Jepara, Jawa Tengah) menjual Kain Tenun, Baju Tenun, Taplak Meja, Sarung Bantal Tenun, dan Tas Tenun, yang telah diekspor ke delapan negara termasuk Arab Saudi, Jepang, dan Singapura.

• WOOD MOOD (Jepara, Jawa Tengah) dengan Kerajinan kayu alat masak, alat makan, dekorasi, souvenir dan kado, diekspor ke Korea, Taiwan, Malaysia, India, Arab Saudi, Turki, dan lain-lain.

• PT Kreasi Dewe Indonesia / Ghawean Dewe (Jakarta Pusat) dengan boneka batik dan souvenir batik yang telah diekspor ke tujuh negara.

• CV Karya Wahana Sentosa (Bantul, Yogyakarta) menawarkan wooden kitchenware, wooden tableware, interior dan rumah kayu, dengan riwayat ekspor ke Jepang.

• UD Mitra Karya Sejahtera / Akaza (Jombang, Jawa Timur) yang menjual Kerajinan kayu alat rumah tangga dan alat dapur, diekspor ke Singapura dan Malaysia.

• PT PARJONO KERAMIK JAYA (Bantul, Yogyakarta) dengan Kerajinan Gerabah 

Kombinasi Serat Alam yang memiliki pasar ekspor luas termasuk Yunani, Prancis, 

Dubai, Belgia, Denmark, dan Amerika.

• Djohn Kreasi Batu Alam (Yogyakarta) yang memproduksi Accessories batu alam, dengan pasar ekspor ke India, Timur Tengah, dan Malaysia.


*        *        *


KOMITMEN Astra lewat berbagai yayasanya, termasuk YDBA dan DSA pada Trade Expo Indonesia 2025 ini hingga artikel ini ditulis Jumat (17/10) petang, telah melakukan enam Memorandum of 

Understanding (MoU) yang disepakati. Nilai transaksinya mencapai 4,2 juta dolar AS yang akan diekspor ke berbagai negara seperti Rusia, Bangladesh, Uni Emirat Arab, Malaysia, Kanada dan AS.

Selain penandatanganan MoU, sebanyak 25 UMKM binaan Yayasan Astra juga mengikuti pelatihan Strategi Ekspor yang merupakan kolaborasi antara Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia dengan Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Ekspor dan Jasa Perdagangan (PPEJP) Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. 

Tujuan dari pelatihan ini adalah agar peserta yang belum berkesempatan mengikuti TEI tahun ini, siap mengikuti pameran berikutnya.

Ya, seperti banyak tulisan saya dulu (www.roelly87.com/2024/09/astra-ydba-umkm-dan-kontribusi-untuk.html), Astra dan Yayasan Astra berkomitmen  terus mendukung UMKM Indonesia untuk 

tumbuh, berinovasi, dan berkontribusi pada peningkatan ekspor nasional, sejalan dengan semangat mewujudkan cita-cita "Sejahtera Bersama Bangsa".


*        *        *


"BAWANG goreng premium ini sudah diekspor ke mancanegara. Mulai dari Australia, Taiwan, Macau, Hongkong, hingga Amerika Serikat," kata Asinan, perwakilan CV Aroma Sukses (Wuenak) selaku produsen Bawang Goreng Premium merek Aroma.

Produk asal Cirebon itu juga jadi idaman si kapal-kapal mewah di Macau, Tiongkok. Juga disediakan di salah satu restoran di Sydney, Australia.

Di TEI 2025 yang berlangsung sejak Rabu (15/10), jadi momentum Asnina agar Wuenak lebih go international. Maklum, banyak buyer asal mancegara yang antusias mendatangi booth Astra yang lokasinya strategis depan pintu masuk Hall Nusantara ICE BSD.

"Kami mendapat LOI (Letter of Intent, atau Surat Pernyataan Niat/Minat) dari buyer India. Bertemu banyak pelanggan baru yang siap menghadirkan bawang goreng kami di restoran mereka," Asnina menuturkan.

"Kini, kami juga sedang menjajaki kerja sama dengan buyer asal Tiongkok. Semoga ini bisa memperluas pasar di tingkat global."

Ya, Trade Expo Indonesia ini merupakan event penting bagi pelaku usaha di Tanah Air, termasuk UMKM dalam melebarkan pasarnya. Tidak hanya untuk dalam negeri saja, melainkan juga mancanegara. 

Itu karena pameran yang berlangsung rutin setiap tahun -kecuali pandemi- sejak 1985 ini memang jadi tujuan utama pebisnis dalam dan luar negeri untuk mencari produk yang diminati, baik eksportir maupun importir.

"Trade Expo Indonesia 2025 jadi wujud nyata untuk memperkuat hilirisasi dan industrialisaai nasional. Sekaligus, memperluas peran dalan rantai pasok global menuju Indonesia Emas," tutur Menteri Perdagangan Budi Santoso.

Menurutnya, pameran ini turut menghadirkan serangkaian kegiatan pendukung bagi pelaku usaha. Seperti penjajakan kerja sama bisnis (business matching), konsultasi bisnis (business counseling), dan berbagai forum bisnis.

Pernyataan senada diungkapkan Ketua Pengurus YDBA Rahmat Samulo. Itu terkait partisipasi Astra bersama yayasannya dalam berbagai pameran yang melibatkan UMKM.

Bisa dipahami mengingat mereka memiliki ratusan mitra UMKM yang dibina untuk meluaskan pasarnya. Tidak hanya dalam negeri saja yang berkaitan untuk menyuplai ke Grup Astra, melainkan juga ekspansi ke mancanegara.

"Kami membawa 23 UMKM di TEI 2025 ini yang sudah melakukan pelatihan intensif ekspor sejak Mei lalu hingga Oktober," Rahmat, menerangkan.

Bahkan, demi memperkuat UMKM binaannya, Astra bersinergi dengan Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia dan Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Ekspor dan Jasa Perdagangan (PPEJP) Kementerian Perdagangan untuk pelatihan strategi ekspor.

"Tujuan dari pelatihan ini agar peserta yang belum berkesempatan mengikuti TEI 2025, siap berpartisipasi pada tahun depan," ujar Rahmat terkait 25 UMKM yang diajak dalam pelatihan bertajuk Smart Export Strategy.

Bagi saya, apa yang dilakukan Astra sebagai pelaku usaha swasta untuk berkolaborasi dengan pemerintah, yaitu Kementerian Perdagangan dan KADIN, terkait pelatihan UMKM ini sangat menarik. Sebab, itu menegaskan, perusahaan yang berdiri sejak 1957 ini memang konsisten berperan dalam perputaran ekonomi Tanah Air.

"Kami tidak menilai pelatihan seperti ini layaknya kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility) saja. Melainkan sebagai investasi (bagi mereka)," Rahmat, melanjutkan. "Jika memahami strategi, UMKM itu bisa naik kelas. Mereka dapat masuk ke rantai pasok global."

Ya, Trade Expo Indonesia jadi salah satu dari sekian banyak pameran di Tanah Air setiap tahunnya untuk mengenalkan produk UMKM kepada calon pembeli, baik dalam dan luar negeri. Ini jadi peluang bagi setiap UMKM binaan Astra yang mendapat pelatihan dari sinergisitas swasta dengan kementerian dan KADIN.

Respek bagi Astra sebagai swasta yang sudah menyediakan pelatihan bagi mitra UMKM binaannya, lewat yayasannya, YDBA dan DSA. Pelatihan ini sangat penting.

Ibarat mau bertanding sepak bola yang merupakan kerja sama tim, kalo para pemainnya ga latihan lebih dulu ya bisa kacau. Stamina kedodoran sepanjang 90 menit hingga demam panggung mau nendang bola ke arah gawang malah kepeleset.

Namun, ini bukan soal sepak bola.

***

Salah satu UMKM binaan Astra, PT Kreasi Dewe Indonesia/ Ghawean Dewe yang sudah ekspor ke tujuh negara pun aktif menghadiri berbagai pelatihan. Termasuk, jelang Trade Expo Indonesia 2025 melalui bootcamp yang diselenggarakan di markas Astra dan yayasannya.

"Kami gabung sebagai mitra UMKM Astra sejak 2018, sangat luar biasa support dan materi seminarnya. Mulai dari hal kecil, dulu kami dapat pelatihan membuat pola dan desain yang kami aplikasikan langsung untuk lebih variatif seperti kemasan yang unik," ucap perwakilan Ghawean Dewe saat diskusi dengan jurnalis dan bloger.

Saat melihat etalase Ghawean Dewe yang memproduksi souvenir dan boneka batik ini, saya pikir mereka sangat adaptif. Mereka selalu membuat produk yang punya ciri khas sesuai untuk dipasarkan.

"(Misalnya) di Thailand, kami membuat souvenir berbentuk gajah. Karena memang negara tersebut identik dengan gajah. Untuk Mongolia ada kuda hingga Prancis dengan ayam," ujarnya.





*        *        *


- Jakarta, 23 Oktober 2025



*        *        *


Video (Ga bisa ditautkan di artikel ini, error mungkin dashboard blogger.com atau hostingnya)


- https://vt.tiktok.com/ZSUVhYXJY/ (Bawang Goreng)


- https://youtube.com/shorts/mq3DlG45684?si=sqhLZ-GJdicxyZoS (Boneka Batik)


- https://youtu.be/2ty0LRunBt8?si=eG3ipNHjJw8uXlEO (Pelatihan UMKM)



*        *        *


Referensi:

- https://www.kompas.id/artikel/trade-expo-indonesia-jembatan-umkm-menuju-pasar-global

- https://kadin.id/kabar/kadin-kemendag-dan-astra-luncurkan-program-smart-export-strategy-di-tei-2025/


*        *        *

Boneka batiknya lucu-lucu, apalagi itu
Kanguru malah nyender di tembok



*        *        *