TyyiccClcSK3IvRCDh0sKBc4_Sg roelly87.com: Ramadan Punya Cerita

Serial Catatan Harian Ojol

Serial Catatan Harian Ojol
Serial Catatan Harian Ojol
Tampilkan postingan dengan label Ramadan Punya Cerita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ramadan Punya Cerita. Tampilkan semua postingan

Selasa, 26 Maret 2024

Penumpang Kecebur Got dan Motor Hampir Mogok: Drama Banjir 22 Maret

Penumpang Kecebur Got dan Motor Hampir Mogok: Drama Banjir 22 Maret


SS Google Maps 22 Maret 2024


MEMASUKI peralihan musim 2024, hujan masih mengguyur di berbagai titik di Tanah Air. Termasuk Jakarta, yang dalam sebulan terakhir dilanda banjir.

Namun, yang terparah saya catat ada dua. Yaitu, Kamis (29/2) dan Jumat (22/3). 

Kebetulan, dua hari tersebut tidak bisa saya lupakan. 

Kenapa? Sebab, saya ikut terjebak banjir akibat genangan air di beberapa titik ibu kota.

Akhir bulan lalu, saya terjebak banjir di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Bahkan, harus meminta tiga penumpang untuk jalan kaki. 

Sementara, mesin sepeda motor saya matikan dan knalpot ditutup plastik. Tujuannya, agar tidak mogok. 

Alhasil, saya pun turut mendorong si kuda besi diikuti penumpang dari belakang.

Kapok dah.

Selama jadi ojek online (ojol) sejak 2019 silam, saya paling khawatir jika motor mogok akibat banjir. Sebab, servisnya memerlukan biaya besar.

Apalagi, motor saya jenis matic. Tanpa sela atau engkolan yang membuat saya hanya bisa pasrah jika mogok.  

Sejak insiden akhir Februari itu, saya pun jadi lebih selektif dalam memilih order dengan tujuan. Demi menghindari area yang dilanda banjir.

Hanya, sebagai manusia, adakalanya saya lupa. Itu terjadi pada 22 Maret lalu.


*       *       *


GOOGLE Maps yang saya simak dengan teliti memancarkan warna merah. Pekat kehitaman, yang berarti macet parah di area Jakarta Barat, Utara, dan Kabupaten Tangerang.

Saat itu, saya baru dapat orderan di salah satu aplikasi dengan tujuan Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta. Btw, saya punya 5 aplikasi ojol dan kurir.

Saya cek tarif, lumayan. Selembar biru lebih dengan jarak kurang dari 20 km.

Namun, ada keraguan untuk mengambil orderan tersebut. Sebab, empat rutenya macet parah.

Bahkan, di beberapa grup WA ojol, kurir, dan taksi online, serempak. Mengabarkan, kawasan Barat ibu kota dikepung banjir.

Dari tempat penumpang di Kapuk ke bandara ada empat rute dengan selisih jarak berbeda.

1. Lewat Jalan Kapuk Kayu Besar-Kamal Raya-Benda Raya-Atang Sanjaya-Hussein Sastranegara-Terminal 3.

2. Lewat Jalan Kapuk Kayu Besar-Kamal Raya-Benda Raya-Atang Sanjaya-Hussein Sastranegara-Terminal 3.

3. Lewat Jalan Lingkar Luar Barat-Utama Raya-Utan Jati- Peta Barat-Hussein Sastranegara-Terminal 3.

4. Lewat Jalan Lingkar Luar Barat-Daan Mogot-Peta Selatan-Peta Barat-Hussein Sastranegara-Terminal 3.

Berdasarkan live traffic di Google Maps, saya ambil rute pertama meski tampak merah akibat macet. Pasalnya, lebih dekat ketimbang rute dua atau tiga dan bahkan empat yang harus memutar dan sama-sama macet. 

Ya, namanya juga jam pulang kerja. Jumat pula, yang memang jadi puncak hari macet setiap pekannya.

Namun, ketika baru tiga-empat km, feeling saya merasa ada yang aneh. Sebab, arah Tangerang macet hingga ga gerak, sebaliknya arah Kapuk malah lenggang.

Ternyata, di depan suatu pabrik, banjir. Waduh...

Truk, mobil, dan motor, semua tertahan. Beberapa di antaranya pilih putar balik.

Saya tanya warga setempat yang bawa gerobak, katanya banjir hingga setengah meter. Gawat.

Pasti, motor ga bisa lewat. Saya pun inisiatif mutar balik.

Pada saat yang sama, penumpang mengatakan apakah bisa tiba di Bandara sebelum pukul 21.30 WIB. Sebab, pesawatnya berangkat pukul 22.00 WIB. 

Belum harus jalan dari Terminal 3 dan boarding pass.

Saat itu, menunjukkan pukul 20.11 WIB. Jika normal, dari Kapuk ke Bandara estimasinya 30-45 menit.

Nah, ini banjir. Ga mungkin terkejar sekitar 1 jam 15 menit.

Penumpang itu pun juga panik. Sebab, dia harus segera terbang ke luar pulau karena ada tugas mendadak.

Pria berusia 40 tahunan ini mengaku tadinya naik taksi online dengan dua kawan. Namun, tol banjir hingga kendaraan terpaksa keluar di Jalan Kayu Besar hingga naik ojol.

Saya pun beralih ke rute kedua. Sekitar 1-2 km, situasi sama seperti rute pertama. Arah Tangerang macet, sebaliknya Kapuk lancar dengan beberapa motor lewat.

Termasuk, yang didorong dengan mematikan mesin.

Saya tanya, banjir sebetis. Alias, sekitar 30 cm. Bisa dilewati, tapi pelan-pelan dan knalpot harus ditutup agar tidak kemasukan air hingga mogok.

Saya pun mengikuti saran tersebut. Menutup knalpot agar aman dari banjir. 

Tak lupa, saya izin ke penumpang agar dia jalan kaki. Sementara, saya mendorong motor.

Penumpang itu mengiyakan. Pelan-pelan kami menyusuri jalan yang tergenang bersama beberapa pengendara lain.

Situasi benar-benar mencekam. Sebab, sepanjang jalan gelap akibat listrik padam.

Saya yang awam daerah tersebut pun deg-degan. Takutnya ada lobang atau binatang.

Kekhawatiran saya terbukti. Saat itu ada truk yang melintas hingga menimbulkan riak gelombang. 

Meski truk itu jalannya pelan, tapi efek riak airnya membuat stang motor goyang. Nyaris saja saya tersungkur. 

Ga bisa dibayangkan jika gagal menahannya, saya dan motor harus terbalik. Apalagi, situasi gelap banget.

Namun, yang lebih mendebarkan lagi saat mendengar bunyi byur dari arah jam 11. Ternyata, penumpang kecebur got!.

Ampun...

Saya mau menolong tapi jalanan ga rata. Motor pun sulit distandar miring atau tengah.

Beruntung, penumpang langsung bangkit. Meski, pakaiannya basah kuyup. 

Termasuk, tas ransel di punggung dan bungkusan plastik basah. 

Astaghfirullah...

Sumpah, ga tega banget liatnya.

Apalagi pas tahu ranselnya itu berisi laptop, hp, gps, dan perangkat lain. Waduh...

...


*       *       *


SINGKAT cerita, kami bisa melewati banjir tersebut. Istirahat sejenak di ruko pinggir jalan dengan penerangan temaram tapi cukup aman karena dekat lokasi penduduk.

Penumpang langsung mengecek isi ransel. Alhamdulillah, aman.

Semua bisa berfungsi. Termasuk, hp yang langsung digunakan untuk menelepon koleganya.

Syukurlah...

Saya pun lega. Apalagi, pas tahu laptopnya ga kebasahan karena tertutup tas yang kedap air.

...

Usai seperminuman teh, kami pun tiba di Terminal 3 dengan waktu menunjukkan pukul 21.20 WIB. Dengan selamat dan tak kurang apa pun.

Hanya basah saja. Celana panjang saya hingga sepaha masih belum kering akibat menerobos banjir.

Sementara, penumpang justru basah kuyup. Saya pun jadi ga enak.

Namun, dia memaklumi. Yang penting, katanya sudah tiba di bandara tepat waktu.

Sebelum pamit, tak lupa saya kembali minta maaf atas insiden kecebur itu. Meski, bukan kesalahan langsung dari saya terkait force majeur.

Namun, sebagai ojol yang bergerak di bidang jasa, wajar jika saya harus minta maaf. Penumpang itu menolak.

Menurutnya, itu murni kesalahannya akibat jalanan gelap hingga tidak melihat selokan. Yang terpenting, katanya lagi, dia sudah tiba tepat waktu untuk mengejar pesawat. 

Agar bisa terbang ke luar pulau demi tugas. Sebab, jika terlambat, tiketnya hangus dan harus beli baru dengan jadwal siang.

Penumpang itu pun berterima kasih sambil memberi tip yang tentu saya tolak. Bukan maksud nolak rezeki, tapi ga enak aja bikin orang kecebur got.

Namun, usai menyerahkan helm, dia menyelipkan selembar merah ke dashboard motor. Tak lama, langsung berlalu dengan cepat.

Saya panggil untuk mengembalikannya, tapi dia bergeming. Ya sudah, saya pun teriak untuk mengucapkan terima kasih.

Lumayan, tipnya dua kali ongkos ojol. Rezeki menerobos banjir.


*       *       *


SAYA beristirahat sejenak di Parimeter Utara sambil ngemil bala-bala dan kerupuk mie yang sudah jadi bubuk akibat ketindihan di jok motor. Untung sambal kacangnya masih utuh dan saya cium ga basi.

Langit saat itu masih temaram.

Saya pun menyalakan seluruh aplikasi ojol dan kurir. Berharap ada orderan ke Jakarta.

Dari atas kepala, tampak hilir-mudik pesawat. Sementara, jalanan dari dan menuju bandara cukup ramai.

Tak lama, bunyi orderan di salah satu aplikasi. Hmm...

Ongkosnya lumayan. Jaraknya pun oke.

Hanya, setelah mengecek lebih teliti, ada yang janggal.

Saya seperti mencium bau amis.

...


*       *       *


- Jakarta, 26 Maret 2024















,

Kamis, 21 Maret 2024

Terima Kasih, Orang Baik (3)

 Terima Kasih, Orang Baik (3)

Terima Kasih, Orang Baik (3)

Bungkusan makanan yang siap dibagikan
(Foto: @roelly87)




"SELAMAT sore, pak. Ini saya ojol XXX yang mau antar makanan.

Untuk pesanan, sudah sesuai ya?" Demikian sapaan saya melalui chat kepada customer di salah satu aplikasi ojek online, Jumat (15/3).

"Ya, pak. Sesuai," jawabnya. "Bentar lagi, saya telepon ya. Sudah di resto, kah?"

"Ya, pak. Siap."

Sambil bersiap menuju restoran di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, saya pun menepikan sepeda motor. Maklum, Jalan Satrio lumayan padat pada hari keempat Ramadan 1445 Hijriah tersebut.

Saya chat lebih dulu untuk konfirmasi pesanan yang lumayan banyak. 30 bungkus nasi dengan aneka lauk di suatu Resto Ayam dan Bebek Goreng.

Ada perasaan ragu untuk mengambil orderan tersebut. Sebab, jaraknya lumayan dekat dengan resto. 

Kurang dari 10 meter!

Alias, merem pun sampai ke tempat customer.

Itu mengapa, saya khawatirnya customer salah pilih lokasi tujuan. Hal yang lumrah saya temui sepanjang lima tahun jadi ojol.

Pasalnya, pelanggan sering asal memasukkan alamat yang namanya sama tapi lokasi berbeda. Misal, Kebun Jeruk di Kecamatan Kebun Jeruk, dan Kebun Jeruk di Kecamatan Taman Sari.

Meski sama-sama ada di Jakarta Barat, lokasi keduanya terpaut 10 km lebih.

Kedua, terkait nunggu pesanan. Sore saat  Ramadan sudah pasti resto, rumah makan, warung, dan sebagainya dipenuhi pelanggan. Baik untuk beli dibungkus atau via ojol.

Kadang, satu atau dua bungkus aja antrenya bisa memakan waktu 15 menit. Nah, apalagi ini 30 bungkus.

Saya melirik arloji di tangan kiri, menunjukkan pukul 15.30 WIB. Saya berharap, pesanan ini tidak makan waktu lama agar bisa cari orderan lagi.

Mestakung. Semesta mendukung.


*       *       *


"HALLO, pak. Saya ZZZ yang order." 

Terdengar dari seberang telepon suara wanita. Sepertinya masih muda. 

Mungkin sekitar 20-an tahun atau 30 tipis-tipis. Awalnya, saya kira pria, secara namanya identik dengan kaum Adam. 

Kendati, banyak juga wanita yang punya nama tersebut. Contoh, ini contoh saja: Rian.

Bisa pria, seperti Rian Hidayat atau Rian Ardianto. Atau wanita, kependekan dari Ariani.

"Pak, udah beli buat buka puasa?"

"Belum, kenapa ka?"

"Nanti, bapak ambil makananya terserah. Sekalian, buat keluarga di rumah. Sisanya, bapak bisa berikan kepada yang membutuhkan. Siapa aja ya, pak. Bebas."

Saya agak kaget pas customer tanya apakah sudah beli takjil buat buka puasa. Jawaban saya belum, karena saat itu masih sore. 

Biasanya, saya beli mendekat Maghrib di pedagang yang sepi. Kecuali, jika keluar ngojol dari awal, sudah dibekali Ibu dengan gorengan dan kolak yang santannya dipisah agar tak basi.

"Nanti, makanannya ga usah diantar ke saya ya pak. Titik alamat hanya patokan aja," customer itu melanjutkan. "Kalau berkenan, saya minta tolong agar bapak bisa langsung bagiin kepada yang mau buka puasa. Mumpung masih sore. Oh ya, ga usah difoto buat bukti. Terima kasih, sebelumnya."

"Ini maksudnya, bagiin di jalan ka? Atau ke panti?"

"Iya pak. Kalo panti, udah ada tim lain. Ini khusus di jalanan. Maaf ya pak, merepotkan."

"Siap, ka. Terima kasih."

"Terima kasih, kembali."

Saya pun bergegas menuju resto. Sebagian besar orderan sudah dibuat, tinggal nunggu beberapa yang akan dibungkus lagi.

Menunya bervariasi. Ada ayam goreng sambal ijo, penyet, bebek bumbu hitam, ucus, ampela, ati, tahu, dan tempe.

Wow... Mencium aromanya yang sedap saat digoreng bikin ngiler!

...

Setelah jadi, saya segera membagikannya di kawasan tersebut. Baik ke sesama ojol, pemulung, pengemis, dan sebagainya.

Sisa satu, saya taroh jok motor untuk disantap jam 9an malam. Sebab, biasanya saat maghrib, saya hanya makan ringan seperti kolak atau gorengan agar tidak terlalu kenyang yang bikin ngantuk di jalan. 

Selain itu, saya juga nggak bawa pulang karena di rumah juga masak. Apalagi, sebagai ojol, saya tidak tentu kapan baliknya. 

Tergantung arah orderan. Biasanya menjelang Subuh. 

Terlebih, jika ada orderan luar Jakarta, seperti yang rutin ke Tambun, Bekasi, Depok, Teluk Naga, dan sebagainya. Bisa mubazir jika bawa bungkusan banyak tapi malah ga dimakan.



*       *       *


USAI menyelesaikan orderan, aplikasi ojol saya bunyi. Tanda ada dana masuk.

Wow... Nominalnya sangat besar. 

Terima kasih, orang baik!

Mungkin tip itu sebagai tanda terima kasih dari customer tersebut untuk saya yang mau mengambil orderan dan membagikannya.

Sebagai ojol, saya ga anti pemberian dari customer. Dikasih, ya terima.

Asal jangan minta. Pantangan. Berasa hina banget saya kalau seperti itu.

Sebab, tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah.

Pemberian tip itu juga bisa jadi karena customer puas atas layanan ojol. Sebab, ojol itu profesi di bidang jasa.

Bagi saya pribadi, tip dari customer ibarat subsidi silang. Yaitu, untuk menutupi pengeluaran yang berkaitan saat pengantaran baik makanan atau paket.

Misalnya, parkir resmi mal atau resto yang rata-rata Rp 2.000 per jam. Ada juga Rp 3.000 untuk beberapa Pasar Jaya yang dikelola BUMD (Sumber: https://www.instagram.com/p/ChHSPvVrimK/?igsh=Nm85bDlvaHZzYnZl).

Aneh, perusahaan milik daerah tapi tarif parkirnya lebih mahal dari mal sekelas PI, GI, PIM, dan elite lainnya. 

Lebih ga masuk akal lagi di Markas Kepolisian Daerah Metro Jaya, yang per jam Rp 4.000! (Sumber https://www.instagram.com/p/CySufvYSaeD/?igsh=NWk2ajJsenZrd3c4)

Mau heran kepada Pasar Jaya dan Polda Metro Jaya, tapi langsung inget. Bahwa, negara ini punya mereka... Ha ha ha!

...

Lanjut... Jadi, pendapatan dari tip sebagai subsidi silang memang wajar. Setidaknya, menurut saya sejak ngojol 2019 silam.

Selain parkiran resmi, adakalanya parkiran ga jelas saat masuk komplek. Ya, pungutan liar (pungli) memang merajalela. Contoh, sepanjang ruko di kawasan Kapuk, Teluk Gong, Bandengan, Jembatan Dua dan Tiga, hingga Pangeran Jayakarta. 

Setiap sepeda motor yang masuk, dikenakan parkir. Mending kalo resmi ada struknya. 

Lah, ini cuma selembar kertas yang disablon doang (Sumber: https://www.instagram.com/p/CsLIgujStxi/?igsh=b3NkOXlpemEyZ2Q1). 

Bahkan, ada yang hingga Rp 3.000! Bangsat!

Itu ulah akamsi pecundang dan ormas sampah. Para orang malas yang nyari duit ga mau capek kerja bersama kang parkir liar dan pak ogah.

Saya menyebutnya, Gerombolan Makhluk Hidup Nirguna (GMHN).  

Hasil duitnya mereka? Kalo ga dipake buat judi, main sloth, mabuk, nyabu, hingga ngewe alias Open BO!

Kasar? Itu fakta.

Apalagi, menjelang Idul Fitri ini. GMHN ini yang terdepan untuk minta Tunjangan Hari Raya (THR) ke berbagai toko, ruko, pasar, warung, resto, minimarket, dan sebagainya.

Aneh, kerja di sana juga nggak, tapi tiap tahun rutin minta THR. Anjing!


*       *       *


BEGITULAH kehidupan di Tanah Air, khususnya Jakarta, jelang Idul Fitri. Serba keras.

Banyak orang malas yang selalu ingin enaknya doang. Mudah dapat duit tanpa mau usaha. 

Sampah!

Pada saat yang sama, saya sangat mengapresiasi jika ada individu atau instansi yang rela berbagi kepada sesama di jalan. Yaitu, takjil seperti kolak, gorengan, hingga makanan berat.

Banyak yang sudah saya saksikan aktivitas mulia mereka sepanjang Ramadan dalam lima tahun sebagai ojol. Beberapa di antaranya saya abadikan di media sosial, termasuk Instagram:

- https://www.instagram.com/p/CRYImbFrHNF/?igsh=aHJtZmpxZTJvbGJq

- https://www.instagram.com/p/Cc7oJjuLExX/?igsh=MXdxOGM5bnE2cmxp

- https://www.instagram.com/p/ComdwGKSHAV/?igsh=ZTJ1Yzd2ZGl2aDg=

Semua list itu saya ambil dari instagram pribadi, @roelly87. Bukan dari blog.

Sebab, baru mulai aktif lagi ngeblog setelah sebelumnya jarang-jarang. Apalagi, di Kompasiana yang hiatus sejak 2018 hingga baru kembali Oktober lalu.

Sebagai bloger, tentu saya tertarik mengabadikan berbagai peristiwa terkini. Termasuk, soal niat mulia orang yang berbagi di bulan penuh berkah ini.

Akhir kata, terima kasih, wahai para orang baik!


*       *       *


- Jakarta, 21 Maret 2024


*       *       *


Artikel Terkait:


- https://www.roelly87.com/2022/09/terima-kasih-orang-baik.html (1)

- https://www.roelly87.com/2023/02/terima-kasih-orang-baik.html (2)

- https://www.kompasiana.com/roelly87/55091051a33311f6432e3af3/ramadhan-ketika-sang-bos-konveksi-kepusingan-ditagih-thr-pemuda-kampung

- https://www.kompasiana.com/roelly87/54f71562a3331100258b4893/mengusir-pak-ogah-solusi-atau-benci


...