TyyiccClcSK3IvRCDh0sKBc4_Sg roelly87.com: Alasan Mudahnya Transaksi lewat Dompet Digital, tapi Tetap Hati-hati

Serial Catatan Harian Ojol

Serial Catatan Harian Ojol
Serial Catatan Harian Ojol

Kamis, 12 September 2024

Alasan Mudahnya Transaksi lewat Dompet Digital, tapi Tetap Hati-hati

Alasan MudahnyaTransaksi lewat Dompet Digital, tapi Tetap Hati-hati

Ilustrasi saya bayar parkir
di mal dengan dompet digital
yang kian memudahkan
(Foto: @roelly87)



KURANG dari empat bulan lagi, sudah masuk 2025. Ga terasa ya, tahun ini lewat begitu cepat.

Tiba-tiba udah memasuki pengujung. Padahal, belum lama siap-siap bakar ikan dan Ubi Cilembu untuk merayakan Tahun Baru 2024.

Eh, sekitar 110 hari lagi, udah kembali untuk persiapan pesta pergantian tahun. Apalagi, Januari merupakan periode spesial bagi saya yang lahir pada bulan tersebut.

Dulu, ya zaman baheula. Usai merayakan ulang tahun (ultah), saya biasanya bongkar kado dan angpao.

Bergegas ke pasar malam untuk beli mainan. Baik mobil-mobilan, action figure, robot, kostum ala superhero, replika jersey klub sepak bola, sepatu yang diinjak bisa menyala, dan sebagainya.

Dengan pede-nya menggenggam uang di saku. Kanan dan kiri penuh. Baik kertas maupun logam.

Btw, pada awal 1990-an, bawa uang Rp1.000 sudah sangat besar bagi anak seukuran saya.

Dengan semringah, saya mendatangi setiap stand mainan di pasar malam. Tentu, bayarnya secara cash. Ribet sih, tapi tetep senang bisa bawa uang banyak.

Dihitung satu persatu disertai tawar-menawar dengan abang penjualnya. Ya, namanya juga bocil. Tawar-menawar adalah jalan ninjaku!

Itu, dulu lebih dari 30 tahun silam. Bayar apa-apa serba tunai.

Sekarang? Serba mudah.

Tunai bisa, cashless pun jadi. Entah pakai kartu debit, kartu kredit, uang elektronik prabayar, hingga dompet digital yang sudah diinstal di telepon seluler (ponsel).

Bahkan, saya mayoritas melakukan transaksi sehari-hari menggunakan dompet digital (e-wallet). Maklum, aksesnya mudah, hanya lewat ponsel saja.

Alias, ga perlu bawa banyak uang tunai seperti saat masih bocil. Cukup HP aja.

Baik itu untuk beli kebutuhan sehari-hari, tagihan rutin bulanan, transfer, belanja online, hingga parkir.

Kebetulan, profesi saya sebagai ojek online (ojol) yang kerap mengambil makanan di mal atau mengantar paket ke gedung. Alhasil, dompet digital memudahkan saya untuk bayar parkir.

Pada saat yang sama, bak dua sisi mata uang, di balik kemudahan dompet digital, tentu ada risikonya. Ya, kita wajib mewaspadai kehadiran "tamu tak diundang" dalam transaksi lewat dompet digital.

Serius?

Yongkru!

Itu meliputi penipuan online dan jebakan judi online (judol). Kita, yaitu saya, Anda, dan kalian pembaca blog ini ga boleh tertipu janji manis berupa "uang cepat" atau "untung cepat" yang sering ditawarkan situs judol.

Sebagai manusia biasa, tentu kita akan penasaran untuk coba-coba. Ya, setelah dijajal, awalnya hepi karena bisa menang.

Namun, itu sebenarnya hanya trik atau permainan psikologis agar kita terus bermain. Alhasil, kita bakal kehilangan banyak uang.

Sungguh, bahaya.

Lebih baik, ga pernah mencobanya.

Serius!

Sebab, jika sudah kalah, mayoritas orang tentu terpacu untuk "balik modal". Alias, menggantikan kerugian hingga terus masang taruhan besar lewat uangnya yang ditransfer dari dompet digital.

Akhirnya, akan membuat kita rugi, baik secara finansial maupun mental.

Btw, saya nulis ini berdasarkan pengalaman sehari-hari. Baik sebagai ojol maupun bloger yang kerap saya posting terkait judol berkedok games sejak 2009 silam.

Jangan, ya Dik. Ya!

Selain jebakan judol, ada berbagai bentuk penipuan lainnya yang memanfaatkan celah dalam transaksi nontunai seperti dompet digital ini.

Termasuk, pencurian identitas untuk membuka akun baru atau melakukan transaksi ilegal. Berbagai data pribadi, seperti KTP bisa disalahgunakan penipu yang berakibat buruk bagi kita.

Ini yang pada pertengahan tulisan saya singgung sebagai bak dua sisi mata uang. Sebab, memperlihatkan betapa rentannya kita di dunia digital yang serba terkoneksi.

Saya juga mencatat, di media kerap diberitakan penipuan layanan pelanggan palsu yang kian marak. Itu karena penipu sering menyamar sebagai pihak bank bank atau e-wallet dengan menghubungi lewat WA, email, atau akun sosmed.

Mereka benar-benar seperti Serigala berbulu Domba. Pura-pura membantu untuk menyelesaikan masalah, tapi aslinya demi mendapat informasi atau detail akun kita.

Tuh, kan... Ini bahaya banget!

Sebab, usai dapat akses, saldo di akun kita bakal ludes tak tersisa.

Itu mengapa, selain merasakan kemudahan dalam bertransaksi secara cashless lewat dompet digital, kita juga wajib ekstra waspada.

Dalam beberapa tahun terakhir, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan berbagai bank serta platform e-wallet seperti BCA, Mandiri, DANA, dan OVO sudah sering mengingatkan kita tentang bahaya penipuan online ini.

Termasuk menerapkan berbagai langkah keamanan seperti verifikasi dua langkah (2FA) dan notifikasi transaksi real-time. Hanya, pada akhirnya, keamanan finansial kita ada di tangan kita sendiri.

Beberapa hal sederhana yang bisa kita lakukan untuk menjaga keamanan digital

antara lain adalah selalu waspada terhadap tawaran yang terlalu bagus untuk jadi kenyataan, menjaga kerahasiaan data pribadi, dan mengaktifkan verifikasi dua langkah (2FA) pada akun kita.

Jangan lupa untuk rutin memeriksa transaksi, hati-hati terhadap layanan pelanggan palsu, dan selalu pastikan informasi yang kita terima berasal dari sumber resmi.

Ingat, keamanan digital adalah tanggung jawab bersama. Meski platform

keuangan terus meningkatkan sistem keamanan mereka, tanpa partisipasi aktif

dari kita sebagai pengguna, semua upaya itu tidak akan maksimal.

Mari kita bersama-sama lebih waspada dan bijak dalam menggunakan teknologi

keuangan digital agar kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih aman dan terlindungi dari berbagai ancaman penipuan online.

Btw, disela-sela nulis artikel ini ada penjual mie dokdok lewat. Saya pun bergegas menghampirinya.

Mie dokdok satu porsi disertai dadar telur dan tulang ayam. Cengeknya dipotong suwir kecil-kecil. Ini menu favorit saya saat  ngojol yang wajib sering makan agar tidak masuk angin.

Bayarnya?

Di depan gerobak, ada stiker berisi barcode yang menerima pembayaran dari semua dompet digital. Saya pun tinggal scan, notifikasi masuk, tunggu penjualnya memasak, dan makan deh.

Yup, simpel kan...

Perkembangan teknologi memang memudahkan kita. Namun, pada saat yang sama, kita juga harus waspada terhadap berbagai ancamannya.

"Bang, telornya jangan lupa di dadar ya. Tulangnya cemplungin sekalian," kata saya sambil menggeser kursi plastik.

"Siap, suhu. Aman," penjual menimpali dengan semringah. Menurutnya, sekarang ga perlu repot bawa banyak uang tunai dari rumah untuk kembalian, sebab mayoritas pembeli bayarnya secara cashless.***

2 komentar:

  1. Sekarang emang gampang banget kalau mau bayar bayar tapi di balik itu ada bahaya mengintai makanya kudu ati-ati ya mas

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya bener om, ada bahaya mengintai seperti phising scam dll. makasih om

      Hapus

Maaf ya, saat ini komentarnya dimoderasi. Agar tidak ada spam, iklan obat kuat, virus, dan sebagainya. Silakan komentar yang baik dan pasti saya kunjungi balik.

Satu hal lagi, mohon jangan menaruh link hidup...

Terima kasih :)