Alasan MudahnyaTransaksi lewat Dompet Digital, tapi Tetap Hati-hati
Ilustrasi saya bayar parkir di mal dengan dompet digital yang kian memudahkan (Foto: @roelly87) |
KURANG dari empat
bulan lagi, sudah masuk 2025. Ga terasa ya, tahun ini lewat begitu cepat.
Tiba-tiba udah memasuki pengujung. Padahal, belum lama
siap-siap bakar ikan dan Ubi Cilembu untuk merayakan Tahun Baru 2024.
Eh, sekitar 110 hari lagi, udah kembali untuk persiapan
pesta pergantian tahun. Apalagi, Januari merupakan periode spesial bagi saya
yang lahir pada bulan tersebut.
Dulu, ya zaman baheula. Usai merayakan ulang tahun (ultah),
saya biasanya bongkar kado dan angpao.
Bergegas ke pasar malam untuk beli mainan. Baik
mobil-mobilan, action figure, robot, kostum ala superhero, replika jersey klub
sepak bola, sepatu yang diinjak bisa menyala, dan sebagainya.
Dengan pede-nya menggenggam uang di saku. Kanan dan kiri
penuh. Baik kertas maupun logam.
Btw, pada awal 1990-an, bawa uang Rp1.000 sudah sangat besar
bagi anak seukuran saya.
Dengan semringah, saya mendatangi setiap stand mainan di
pasar malam. Tentu, bayarnya secara cash. Ribet sih, tapi tetep senang bisa
bawa uang banyak.
Dihitung satu persatu disertai tawar-menawar dengan abang
penjualnya. Ya, namanya juga bocil. Tawar-menawar adalah jalan ninjaku!
Itu, dulu lebih dari 30 tahun silam. Bayar apa-apa serba
tunai.
Sekarang? Serba mudah.
Tunai bisa, cashless pun jadi. Entah pakai kartu debit,
kartu kredit, uang elektronik prabayar, hingga dompet digital yang sudah
diinstal di telepon seluler (ponsel).
Bahkan, saya mayoritas melakukan transaksi sehari-hari
menggunakan dompet digital (e-wallet). Maklum, aksesnya mudah, hanya lewat
ponsel saja.
Alias, ga perlu bawa banyak uang tunai seperti saat masih
bocil. Cukup HP aja.
Baik itu untuk beli kebutuhan sehari-hari, tagihan rutin
bulanan, transfer, belanja online, hingga parkir.
Kebetulan, profesi saya sebagai ojek online (ojol) yang
kerap mengambil makanan di mal atau mengantar paket ke gedung. Alhasil, dompet
digital memudahkan saya untuk bayar parkir.
Pada saat yang sama, bak dua sisi mata uang, di balik
kemudahan dompet digital, tentu ada risikonya. Ya, kita wajib mewaspadai
kehadiran "tamu tak diundang" dalam transaksi lewat dompet digital.
Serius?
Yongkru!
Itu meliputi penipuan online dan jebakan judi online
(judol). Kita, yaitu saya, Anda, dan kalian pembaca blog ini ga boleh tertipu
janji manis berupa "uang cepat" atau "untung cepat" yang
sering ditawarkan situs judol.
Sebagai manusia biasa, tentu kita akan penasaran untuk
coba-coba. Ya, setelah dijajal, awalnya hepi karena bisa menang.
Namun, itu sebenarnya hanya trik atau permainan psikologis
agar kita terus bermain. Alhasil, kita bakal kehilangan banyak uang.
Sungguh, bahaya.
Lebih baik, ga pernah mencobanya.
Serius!
Sebab, jika sudah kalah, mayoritas orang tentu terpacu untuk
"balik modal". Alias, menggantikan kerugian hingga terus masang
taruhan besar lewat uangnya yang ditransfer dari dompet digital.
Akhirnya, akan membuat kita rugi, baik secara finansial
maupun mental.
Btw, saya nulis ini berdasarkan pengalaman sehari-hari. Baik
sebagai ojol maupun bloger yang kerap saya posting terkait judol berkedok games
sejak 2009 silam.
Jangan, ya Dik. Ya!
Selain jebakan judol, ada berbagai bentuk penipuan lainnya
yang memanfaatkan celah dalam transaksi nontunai seperti dompet digital ini.
Termasuk, pencurian identitas untuk membuka akun baru atau
melakukan transaksi ilegal. Berbagai data pribadi, seperti KTP bisa
disalahgunakan penipu yang berakibat buruk bagi kita.
Ini yang pada pertengahan tulisan saya singgung sebagai bak
dua sisi mata uang. Sebab, memperlihatkan betapa rentannya kita di dunia
digital yang serba terkoneksi.
Saya juga mencatat, di media kerap diberitakan penipuan
layanan pelanggan palsu yang kian marak. Itu karena penipu sering menyamar
sebagai pihak bank bank atau e-wallet dengan menghubungi lewat WA, email, atau
akun sosmed.
Mereka benar-benar seperti Serigala berbulu Domba. Pura-pura
membantu untuk menyelesaikan masalah, tapi aslinya demi mendapat informasi atau
detail akun kita.
Tuh, kan... Ini bahaya banget!
Sebab, usai dapat akses, saldo di akun kita bakal ludes tak
tersisa.
Itu mengapa, selain merasakan kemudahan dalam bertransaksi
secara cashless lewat dompet digital, kita juga wajib ekstra waspada.
Dalam beberapa tahun terakhir, Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
dan berbagai bank serta platform e-wallet seperti BCA, Mandiri, DANA, dan OVO
sudah sering mengingatkan kita tentang bahaya penipuan online ini.
Termasuk menerapkan berbagai langkah keamanan seperti
verifikasi dua langkah (2FA) dan notifikasi transaksi real-time. Hanya, pada
akhirnya, keamanan finansial kita ada di tangan kita sendiri.
Beberapa hal sederhana yang bisa kita lakukan untuk menjaga
keamanan digital
antara lain adalah selalu waspada terhadap tawaran yang
terlalu bagus untuk jadi kenyataan, menjaga kerahasiaan data pribadi, dan
mengaktifkan verifikasi dua langkah (2FA) pada akun kita.
Jangan lupa untuk rutin memeriksa transaksi, hati-hati
terhadap layanan pelanggan palsu, dan selalu pastikan informasi yang kita
terima berasal dari sumber resmi.
Ingat, keamanan digital adalah tanggung jawab bersama. Meski
platform
keuangan terus meningkatkan sistem keamanan mereka, tanpa
partisipasi aktif
dari kita sebagai pengguna, semua upaya itu tidak akan
maksimal.
Mari kita bersama-sama lebih waspada dan bijak dalam
menggunakan teknologi
keuangan digital agar kita bisa menciptakan lingkungan yang
lebih aman dan terlindungi dari berbagai ancaman penipuan online.
Btw, disela-sela nulis artikel ini ada penjual mie dokdok
lewat. Saya pun bergegas menghampirinya.
Mie dokdok satu porsi disertai dadar telur dan tulang ayam.
Cengeknya dipotong suwir kecil-kecil. Ini menu favorit saya saat ngojol yang wajib sering makan agar tidak
masuk angin.
Bayarnya?
Di depan gerobak, ada stiker berisi barcode yang menerima
pembayaran dari semua dompet digital. Saya pun tinggal scan, notifikasi masuk,
tunggu penjualnya memasak, dan makan deh.
Yup, simpel kan...
Perkembangan teknologi memang memudahkan kita. Namun, pada
saat yang sama, kita juga harus waspada terhadap berbagai ancamannya.
"Bang, telornya jangan lupa di dadar ya. Tulangnya
cemplungin sekalian," kata saya sambil menggeser kursi plastik.
"Siap, suhu. Aman," penjual menimpali dengan semringah. Menurutnya, sekarang ga perlu repot bawa banyak uang tunai dari rumah untuk kembalian, sebab mayoritas pembeli bayarnya secara cashless.***
Sekarang emang gampang banget kalau mau bayar bayar tapi di balik itu ada bahaya mengintai makanya kudu ati-ati ya mas
BalasHapusiya bener om, ada bahaya mengintai seperti phising scam dll. makasih om
Hapus