TyyiccClcSK3IvRCDh0sKBc4_Sg roelly87.com: Januari 2017

Serial Catatan Harian Ojol

Serial Catatan Harian Ojol
Serial Catatan Harian Ojol

Senin, 30 Januari 2017

Imlek Kini Tidak Hanya Barongsai


Barongsai yang berkolaboarsi dengan atraksi nusantara pada Imlek 2016

"Gong Xi Fa Chai, ya pak.

"Terima kasih. Semoga (tahun) Ayam Api ini, kita semua makmur."

"Xin Nian Kuai Le."

"Sama-sama. Siang ke sini lagi ada encim datang"

"Siap pak. Jangan lupa, Hong Bao Na Lai."

"Iya, tapi pagi ya. Sekalian kue keranjang titipan nyak elo.

"Asyik, terima kasih pak."

Demikian percakapan yang saya dengar pada Sabtu (28/1) dini hari WIB. Tepatnya, sesaat setelah pergantian hari yang ditandai dengan rentetan petasan dan kembang api yang mewarnai pedalaman padat di barat ibu kota. Kebetulan, pos ronda yang saya tempati saat itu sedang ramai.

Ada yang bertugas malam itu, termasuk saya dan dua rekan, dan mayoritas warga ingin menyaksikan kembang api menyambut detik-detik pergantian Tahun Baru Imlek. Ya, kediaman saya di kawasan Jakarta Barat ini memang heterogen.

Jika imlek tiba, setelah malamnya menyaksikan kembang api, pada pagi hari sebagian warga saling berkunjung ke rumah masing-masing. Momen ini juga terjadi setiap Idul Fitri dan Natal. Ya, perbedaan justru membuat warga semakin erat dalam menjalin silaturahmi. Terlebih, di tempat saya yang tidak jauh dari kawasan Pecinan, terdapat musala, gereja, dan kelenteng yang kerap menyelenggarakan wayang potehi yang letaknya berdekatan.

Begitu juga dalam keluarga, ketika almarhum nenek masih hidup, kami kerap berkumpul pada tiga hari raya tersebut. Tujuannya, demi silaturahmi antarkeluarga dan kerabat. Atau, jika saya serta keluarga lainnya berhalangan kumpul terkait pekerjaan, biasanya kami saling mengirim ucapan Idul Fitri, Natal, dan Imlek via pesan pendek (sms) dan telepon.

Apalagi, dengan canggihnya teknologi saat ini, membuat kami bisa saling mengucapkan dengan sekejap lewat aplikasi chat di grup dan video call. Termasuk, kini dengan Imlek 2568 yang memasuki periode ayam api. Berseliweran stiker atau meme ayam di grup keluarga untuk saudara yang bershio ayam.

Ya, saat ini imlek tidak hanya identik dengan barongsai saja. Melainkan, turut mencakup aspek lainnya. Selain beragamnya aksesoris pada aplikasi chat, beberapa mesin pencarian seperti Google Doodle dengan gambar ayam jago mengitari lampion berwarna merah.

Sementara, jika kita masuk ke pusat perbelanjaan atau mal, pernak-pernik Imlek sangat kental. Tidak hanya barongsai, tapi juga berbagai pernak-pernik lainnya. Mulai dari lampion, pohon dengan digantung angpao, boneka koko-cici, atau gambar terkait dengan shio pada tahun itu, seperti ayam pada 2017 ini.

Bagi saya pribadi, memang tidak asing dengan Imlek. Meski tidak merayakannya, tapi sejak kecil selalu bersinggungan dengan perayaan menyambut pergantian tahun tersebut. Terutama karena ada sebagian keluarga yang merayakannya. Jadi, ketika Imlek tiba, meja di rumah kami dipenuhi kue keranjang, mangkok, dan kuaci. Serupa jika Idul Fitri tiba, dengan hidangan opor ayam dan saat Natal dengan klappertaart.

Setelah puas bersantap, biasanya kami yang masih kecil bersalaman dengan anggota keluarga lainnya sambil diberi angpao. Memang, setelah mengucapkan Gong Xi Fa Chai yang berarti "Selamat sejahtera" atau Xin Nian Kuai Le (Selamat tahun baru Imlek), juga disertai dengan kalimat tambahan khas anak-anak, "Hong Bao Na Lai (jangan lupa angpaonya).

Ya, angpao, alias amplop berwarna merah dengan di dalamnya berisi uang. Tidak banyak memang, karena tradisinya bukan sekadar memberi uang saja. Melainkan simbol harmonisasi antarkeluarga seperti paman-bibi dengan keponakan, kakek-nenek dengan cucu, dan sebagainya.

Oh ya, setiap imlek juga ada tradisi unik. Yaitu, angpao hanya diberikan bagi yang belum menikah. Itu mengapa, di keluarga besar, saya masih mendapat angpao walaupun menolak namun tetap diberi. Tentu, disertai doa dan harapan mereka agar saya bisa menyusul (berumah tangga).

Meski saya terima, tentu saja tidak saya ambil angpaonya mengingat saya sudah bekerja. Melainkan, dibagi lagi ke anak sepupu dan kerabat. Hanya, diberikan kepada mereka bukan saat itu juga, namun di luar rumah dengan membagikan uangnya langsung tanpa disertai amplopnya. Sebab, dalam keluarga ada pantangan bagi yang belum menikah untuk disarankan saat imlek tidak memberi uang dalam bentuk angpao.

*        *        *
Atraksi kesenian nusantara berpadu dengan barongsai

*        *        *
Anak kecil yang piawai melakukan atraksi barongsai

*        *        *
Beribadah pada pagi hari saat Imlek

*        *        *
Pembagian sedekah yang rutin dilakukan Wihara Dharma Bakti setiap Imlek

*        *        *
Wayang Potehi di Museum Wayang

*        *        *
Ucapan Selamat Hari Raya Imlek di pusat perbelanjaan di Pasar Pagi

*        *        *
Boneka kelinci yang melambangkan shio pada Imlek 2011 lalu

*        *        *
Hiburan musik di salah satu mal di Jakarat Pusat untuk menyambut Imlek

*        *        *
Saya dengan properti menyambut Imlek 

*        *        *

*        *        *

Artikel Sebelumnya:
- Tradisi Imlek, Berbagi Rezeki Kepada Sesama yang Kurang Mampu
Semarak Kawasan Pecinan Menyambut Tahun Baru Imlek
Sosok di Balik Barongsai yang Lincah, Ternyata Anak Kecil...
- Menelusuri Warisan Budaya Nusantara di Museum Wayang 2
- Yang Liu
Natal Kini Tanpa Nenek...
Menikmati Eksotisnya Candra Naya yang Tersembunyi

*        *        *
- Jakarta, 30 Januari 2017

Sabtu, 28 Januari 2017

Kejarlah Angpao hingga ke CitraRaya


Foto bersama blogger dan perwakilan CitraRaya, Caca Casriwan dan Mahmud Yunus

KEJARLAH angpao hingga ke CitraRaya. Demikian, cuitan saya di twitter pagi tadi. Tepatnya, saat berkunjung ke CitraRaya Tangerang, Sabtu (28/1) yang bertepatan dengan Tahun Baru Imlek 2568. Ini kali kedua saya menyambangi perumahan yang dikelola Ciputra Group tesebut setelah 21 Mei 2016 lalu.

Membicarakan CitraRaya tentu berkaitan dengan fasilitasnya yang melimpah. Maklum, CitraRaya merupakan The Largest Township Development dari Ciputra Group dengan luas area pengembangan mencapai 2.760 hektar (ha).

Sejak dikembangkan pada 1997, CitraRaya kini jadi rumah bagi lebih dari 65 ribu jiwa. Sekaligus, menjelma sebagai business center-nya kota Tangerang. Apalagi, CitraRaya telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas skala kota mandiri yang lebih modern.

Salah satunya, Ecopolis CitraRaya yang merupakan kawasan premium yang dikembangkan Ciputra Group bekerja sama dengan Mitsui Fudosan. Dengan luas 100 hektar, Ecopolis telah berubah jadi kawasan central business district di CitraRaya.

Terlebih, lokasinya yang dikelilingi berbagai fasilitas modern membuat Ecopolis mampu menjawab berbagai keuntungan dalam berinvestasi. Demikian dengan deretan cluster premiumnya seperti The Leaf, Belle Fleur, Aurora, dan Fresco. Ecopolis juga jadi bagian dari Superblok yang di dalamnya terdapat pusat belanja dan lifestyle serta apartemen.

Termasuk, EcoPlaza yang dibangun sejak Maret 2014 dan kini telah beroperasi. Area seluas 2,5 hektar itu terbukti jadi magnet bagi tenant-tenant ternama untuk mengembangkan bisnisnya di CitraRaya Tangerang.

"EcoPlaza didedikasikan sebagai pusat lifestyle bagi warga CitraRaya dan sekitarnya," kata Caca Casriwan, perwakilan dari CitraRaya yang kembali jadi pemandu kami untuk berkeliling superblok tersebut bersama rekannya, Mahmud Yunus.

Saat itu, kami berkeliling menyusuri berbagai sudut di EcoPlaza yang telah jadi rumah bagi tenant besar nasional dan internasional. Mulai dari Farmers Market, Fun World, Boston Health & Beuaty, Batik Keris, Pojok Busana, Solaria, Maxx Coffee, Baskin Robbins, Daily Fresh, O'Crepes, Waffelicious, Potato Corner, dan masih banyak lagi yang bergabung.

Termasuk, restoran HolaHola dengan menu spesial Iga Bakar yang kami cicipi dan CGV Cinemas ketika menyaksikan Resident Evil: Final Chapter.

Dalam pembangunannya, EcoPlaza menyediakan ruang ritel seluas 13 ribu meter persegi. Pusat gaya hidup ini mengkombinasikan EcoClub seluas 1.200 meter persegi, dan area untuk supermarket, peritel makanan, hiburan, hobi, dan sebagainya.

Dengan berbagai kelengkapan dari Ecopolis dan EcoPlaza, tak heran membuat CitraRaya jadi kawasan hunian terpadu yang sangat berkembang di Tangerang. Sekaligus, jadi destinasi investasi terbaik di barat ibu kota.

Teranyar, CitraRaya resmi memperkenalkan ECOHome yang merupakan apartemen pertama di Ecopolis. Yakni, kawasan superblok seluas 10 hektar yang terintegrasi dengan EcoPlaza dan sudah melakukan grand opening pada 21 Oktober lalu.

Berdasarkan pengamatan saya, apartemen ini cocok bagi keluarga muda. Akses yang mudah karena banyak tersedia transportasi umum dari dan menuju Jakarta, jadi keunggulan bagi ECOHome di CitraRaya.

Tak heran, jika saya dan mayoritas rekan blogger lainnya terpikat untuk berinvestasi. Ya, siapa sih yang tidak ingin memiliki rumah di kawasan terpadu dengan fasilitas lengkap?

Terlebih, saat ini di Citra Raya sudah ada 24.500 unit perumahan dan komersial. Pesatnya perkembangan populasi itu dibarengi dengan penambahan fasilitas skala kota mandiri. Misalnya, Pasar Modern, City market, Auto Center, Sekolah, Universitas, Rumah Ibadah, Sports Club, Family Club, Hotel, Trans Feeder Busway, dan wahana hiburan keluarga. Untuk penunjang kebutuhan transaksi, tersebar ATM Center di berbagai titik strategis CitraRaya.

Kawasan kota mandiri ini juga dilengkapi pusat kuliner seperti CitraRaya Food Festival (Fiffest) dan MardiGrass. Untuk yang terakhir, jadi surganya kuliner karena dilengkapi live music area dengan tersedianya lahan parkir yang mampu menampung ribuan kendaraan.

Ah, dengan berbagai kelengkapannya itu membuat saya dan rekan blogger lainnya kian terpesona dengan daya pikat CitraRaya. Ya, tahun lalu dan tadi, kami hanya sekadar berkeliling ke berbagai sudut perumahan tersebut. Namun, tidak menutup kemungkinan pada tahun berikutnya, kami akan jadi bagian dari warga CitraRaya.

Ya, ke CitraRaya, kami kan kembali dengan sejumlah impian yang berusaha untuk diwujudkan.***

*       *       *
Selpiiiiih (1)

*       *       *
EcoPlaza CitraRaya

*       *       *
Berbagai tenant di EcoPlaza CitraRaya

*       *       *
Salah satu merek internasional yang tampil di film Ant-Man

*       *       *
Farmers Market di EcoPlaza CitraRaya

*       *       *
Penunjuk lokasi dan tenant di EcoPlaza CitraRaya

*       *       *
EcoPlaza CitraRaya

*       *       *
Wahana bermain anak, Fun World di EcoPlaza CitraRaya

*       *       *
Rekan-rekan blogger merasakan Apartemen ECOHome

*       *       *
Diskusi bareng blogger dan perwakilan CitraRaya Tangerang

*       *       *
Selpiiiiih (2)

*       *       *
Restoran HolaHola di EcoPlaza CitraRaya

*       *       *
Selpiiiiihh (3)

*       *       *
Salah satu menu andalan di Restoran HolaHola: Iga Bakar Cabe Hijau

*       *       *
Rekan-rekan blogger mendapatkan doorprize

*       *       *
Pemenang writing competition Citra Maja Raya (Foto: Ono Sembunglango) 

*       *       *
Saya menerima piagam dari Caca Casriwan (Foto: Ono Sembunglango)

*       *       *

Artikel Sebelumnya:
5 Alasan Harus Memiliki Rumah di Citra Maja Raya
Mengintip Fasilitas CitraRaya Tangerang sebagai Hunian Masa Depan


*       *       *
- Jakarta, 28 Januari 2017

Kamis, 26 Januari 2017

Ke Bromo, (Aku) kan Kembali


Mengabadikan pemendangan Gunung Bromo, Batok, dan Semeru, yang memesona

SYAHDAN
, sejak kecil saya memiliki impian dengan pola 7-3-1. Yupz, ibarat taktik dalam sepak bola yang mengejewantah untuk berkeliling nusantara dan dunia. Yaitu, tujuh destinasi di Tanah Air dengan empat di antaranya sudah pernah saya singgahi.

Dimulai saat mengunjungi Batu Malin Kundang di kota Padang, Gunung Kintamani (Bali), Pedalaman Baduy (Banten), dan Taman Nasional Bunaken (Sulawesi Utara), dan Gunung Bromo. Dua lagi benar-benar masih dalam impian yaitu, Raja Ampat di Papua dan Taman Nasional Komodo (Nusa Tenggara Timur).

Untuk luar negeri, setelah Singapura pada 2014 lalu, saya masih memiliki cita-cita mengunjungi Gunung Hoasan di Cina untuk mengunjungi makam leluhur, Seattle (Amerika Serikat) bertandang ke markas mbahnya musik seattle-sound, dan tentunya Turin (Italia) yang merupakan markas Juventus.

Sementara, satu lagi merupakan tujuan sekaligus kewajiban saya sebagai muslim jika mampu. Tepatnya, menunaikan ibadah haji ke Mekah sekaligus mengunjungi makam rasul di Madinah.

Ya, 7-3-1. Minimal, dalam seumur hidup saya bisa mewujudkannya.

*        *        *
BROMO merupakan destinasi impian kelima di Tanah Air yang saya jejaki. Itu terjadi pada akhir November lalu ketika bertualan bersama rekan di kawasan wisata unggulan di Jawa Timur tersebut. Tentu, tidak hanya Bromo saja, melainkan ada beberapa tempat menarik lainnya yang saya singgahi. 

Namun, harus diakui, karisma Bromo tetap yang utama. Meski, beberapa destinasi lainnya itu juga bukan sekadar pelengkap, melainkan sebagai kejutan dalam petualangan di Bromo, kota Malang, dan sekitarnya. Termasuk, saat berbincang dengan anak-anak dari suku Tengger.

Kami berangkat dengan menumpang jip dari homestay di desa Gubugklakah, sekitar pukul 02.00 WIB dini hari. Ya, masih pagi buta. Tapi, ini memang sudah jadi rutinitas bagi setiap travel blogger yang ingin ke Bromo demi mengejar pemandangan memesona jelang matahari terbit.

Setelah melewati lautan pasir dan beberapa kali berhenti karena jip di belakang kami mengalami kerusakan, akhirnya rombongan tiba. Butuh waktu lebih dari 30 menit untuk mendaki menuju Seruni Point di tengah kegelapan. Saya melirik smartphone masih menunjukkan pukul 04.00 WIB.

Kendati melelahkan, tapi kami sangat antusias untuk bisa menuju puncak demi melihat pemandangan memesona Bromo dari kejauhan. Salut dengan rekan saya yang tidak kenal lelah berjalan kaki melewati jalur setapak. 

Padahal, saat itu ada masyarakat setempat yang menawarkan untuk menyewakan kuda. Tapi, tentu saja tawaran itu kami tolak dengan halus. Sebab, inti dari bertualang itu, ya berjalan kaki dengan menyusurinya hingga finis. Jika naik kuda, sudah pasti esensinya kurang.

*        *        *
PAGI itu, benar-benar jadi salah satu pengalaman berkesan bagi saya. Sekeliling mata memandang, tampak kabut menyapa. Dari kejauhan, tampak gunung dengan tinggi 2.329 meter di atas permukaan laut (Mdpl).

Tentu, pemandangan mengesankan itu tidak luput dari jepretan kamera. Yupz, mengabadikannya sebagai bagian dari cerita masa lalu di masa depan. Apalagi, itu kali pertama saya naik gunung (pagi harinya ke kawah Bromo). Ada tantangan yang jadi sensasi mengesankan untuk bisa menjejaknya.

Persis, seperti yang diungkapkan Mathilda Dwi Lestari dan Fransiska Dimitri Inkiriwang, dua bulan kemudian. Meski, apa yang dikatakan anggota tim The Women of Indonesia's Seven Summits Expedition Mahitala-Unpar (WISSEMU) tidak sama persis karena situasi dan kondisinya berbeda.

"Tidak ada gunung yang dapat ditaklukkan manusia. Yang dapat ditaklukkan hanyalah diri pendaki sendiri," demikian pernyataan anggota WISSEMU itu kepada saya, Selasa (24/1). 

Pada 4 Januari lalu mereka mengibarkan bendera Merah Putih di puncak gunung Vinson Massif, Antartika, dengan ketinggian 4.892 Mdpl. Sebelumnya, Mathilda dan Dimitri sudah mampu menaklukkan empat gunung tertinggi di lima lempeng benua berbeda. 

Yaitu, Carstensz Pyramid 4.884 di Papua, Indonesia, Elbrus 5.642 Mdpl (Rusia, Eropa), Kilimanjaro 5.895 Mdpl (Tanzania, Afrika), dan Aconcagua 6.962 Mdpl (Argentina, Amerika Selatan). Dua lagi akan disusul mereka pada ekspedisi gunung Everest 8.848 Mdpl (Nepal, Asia) dan Denali 6.190 (Alaska, Amerika Utara).

Ah, ke Bromo, (aku) kan kembali.

*        *        *
Rombongan dan sopir memperbaiki Jip yang mogok di tengah lautan pasir

*        *        *
Mendaki pagi hari ditemani kegelapan menuju Seruni Point

*        *        *
Suasana di Seruni Point

*        *        *
Pengunjung yang melakukan salat subuh berjamaah

*        *        *
Pagi itu...

*        *        *
Yupz, wefie berjamaah merupakan kegiatan wajib

*        *        *
Eksotisnya Bromo dan sekitarnya mengundang antusiasme wisatawan mancanegara 

*        *        *
Gunung Bromo, Batok, dan Semeru diselimuti kabut

*        *        *
Pagi itu, matahari tampak malu-malu...

*        *        *
Sebagian pengunjung melakukan pendakian lanjutan

*        *        *
Dan, sang surya pun hadir...

*        *        *
1, 2, 3, Klik! 

*        *        *
Gunung Bromo memiliki ketinggian 2.329 Mdpl dan Batok (2.440 Mdpl)

*        *        *
Ke Bromo, aku kan kembali

*        *        *
Jip yang mengantar kami dari dan menuju desa Gubugklakah

*        *        *
Deretan warung yang dimiliki masyarakat sekitar,  termasuk dari suku Tengger

*        *        *

Artikel Sebelumnya:
(Prolog)
Candi Jago
- Air Terjun Coban Pelangi
- Kawah Bromo
- Bukit Teletubbies
- Pasir Berbisik
- Keliling Malang
Wisata Malam
- Kuliner
- Reuni
(Epilog) Di Balik Ngebolang ke Bromo dan Malang

*        *        *
Artikel Ngebolang Sebelumnya:
Pasar Santa
Central Park
Sirkuit RMS Land Rappang
Garuda Indonesia
Candra Naya
7 Taman di Jakarta
Pulau Bidadari
7 Tempat Nongkrong
Museum Nasional
Masjid Hidayatullah
Alun-alun Bandung
Taman Ismail Marzuki
Tugu Kunstkring Paleis
Pasar Ah Poong
Museum Basoeki Abdullah
Taman Ayodia
Curug Nangka
Curug Nangka (2)
Kebun Binatang Ragunan
Taman Nasional Bunaken
Pantai Jimbaran
4B Manado
Danau Linow
7 Tempat Nobar
Museum Kebangkitan Nasional
Ngebolang ke 3 Stasiun
CitraRaya Water World
Pantai Ancol
Patung Soekarno-Hatta
Rafting Sungai Citarik
Sensasi Nusa Dua
Taman Jomblo
Candi Prambanan
Museum Astra
Candi Jago
Kota Malang
Saung Sarongge
Coban Pelangi
- Taman Prasasti

Laman Khusus Wisata
- Jelajah Manado
Keliling Yogyakarta
Sensasi Bali
Ngebolang ke Malang

*        *        *
- Jakarta, 26 Januari 2016

Selasa, 24 Januari 2017

Tips Mewaspadai Penipuan Kartu Kredit


Gunakan Kartu Kredit Anda dengan Bijak (Foto: BCA)


KARTU kredit (Credit Card) merupakan alat pembayaran pengganti uang tunai yang bisa ditukar dengan barang atau jasa. Cara kerjanya praktis yang membuat kita tidak perlu repot membawa banyak uang tunai. Ingin beli ini atau itu, tinggal gesek. Akhir bulan, bayar kepada bank yang bersangkutan. Selesai.

Kebetulan, dalam sewindu terakhir, saya memiliki berbagai kartu kredit dari beberapa bank, termasuk Bank Central Asia (BCA). Bagi saya, kartu kredit sangat penting. Terutama karena saya merupakan orang lapangan yang kerap bepergian ke berbagai daerah di Tanah Air. Jadi, keberadaan kartu kredit di dompet sangat membantu saya.

Hanya, saya sadar, di dunia ini selalu ada dua hal. Baik dan buruk, hitam-putih, pria-wanita, yin-yang, dan sebagainya. Itu juga berlaku pada kartu kredit. Sebab, selain saya harus tepat membayarnya seusai pemakaian dan tanggal jatuh tempo, juga wajib waspada terhadap modus-modus penipuan. Maklum, saya kerap mendengar dari rekan atau cerita di lapangan mengenai korban penipuan kartu kredit.

Mayoritas tentang kehilangan dompet yang berujung lenyapnya kartu kredit dan berbagai kartu identitas lain. Bedanya, jika kehilangan KTP, SIM, STNK, dan lain-lain, kita melapor ke polisi dan mengurusnya sendiri. Selesai.

Sementara, jika kartu kredit yang hilang, itu bisa repot. Sebab, dapat dimanfaatkan oleh oknum yang tak bertanggung jawab. Terutama jika kita melapornya telat yang bisa saja oknum yang menemukan memanfaatkan celah waktu dengan menguras dana di kartu kredit.

Ternyata, selain kehilangan, juga terdapat faktor lainnya yaitu modus penipuan atau penyalahgunaan kartu kredit. Itu saya ketahui saat mengikuti diskusi bareng blogger dan media dengan salah satu bank penerbit kartu kredit ternama pada November lalu.

Bagi saya ini sangat penting. Tidak hanya untuk saya pribadi saja. Melainkan untuk di-share kepada keluarga dan rekan yang memiliki kartu kredit. Maklum, mencegah lebih baik daripada mengobati.

Nah, berikut ini beberapa modus penipuan kartu kredit yang sudah dikumpulkan oleh bank-bank penerbit kartu kredit dan harus kita waspadai:

1. CATO (Card take over): Kartu diambil oleh oknum yang mengaku dari bank penerbit dengan dalih untuk dinaikkan limitnya. Kartu lama tersebut digunting tanpa merusak bagian chip-nya. Setelah direkatkan kembali dengan seksama, kartu digunakan oleh pelaku untuk bertransaksi

2. Penawaran member/voucher hotel: Penawaran membership atau voucher fiktif atau sudah kadaluarsa

3. SCTO (SIM Card take over): Mengaku sebagai cardholder untuk melakukan penggantian SIM Card yang hilang. Selanjutnya SIM Card baru tersebut digunakan untuk transaksi belanja online.

4. Kartu hilang terlambat lapor: Terjadi transaksi sebelum pelaporan kartu hilang oleh pihak cardholder.

5. Gestun: Menggunakan kartu kredit untuk gesek tunai. Ini tidak sesuai dengan ketentuan dari Bank Indonesia, yaitu penggunaan kartu kredit untuk berbelanja barang atau mengambil uang melalui ATM.

6. PIN: PIN saat ini belum mandatory. Ketentuan menggunakan PIN untuk transaksi kartu kredit akan menggantikan tandatangan cardholder. Sepanjang cardholder merahasiakan PIN nya tentu penggunaan PIN dapat mengamankan kartu kredit dari penyalahgunaan oleh pihak tak bertanggungjawab.

7. Phising: Permintaan data-data pribadi oleh orang/perusahaan yang tidak dikenal untuk digunakan sebagai pemalsuan data. Biasanya melalui pengiriman email berisi URL Link atau Login Screen.

Berdasarkan paparan di atas, intinya kita selaku pemegang kartu harus ekstra hati-hati. Saya pribadi sejauh ini belum pernah mengalami penipuan –semoga saya, keluarga, dan rekan jangan sampai mengalaminya– dari kartu kredit.

Bisa dipahami mengingat sebagai blogger yang berprofesi jurnalis, saya memang terbiasa teliti. Konfirmasi ke narasumber yang bersangkutan sudah jadi santapan saya sehari-hari.

Itu mengapa ketika ada tawaran dari berbagai penerbit kartu kredit melalui telepon, termasuk BCA, saya mengkonfirmasikannya terlebih dulu ke yang bersangkutan. Untuk BCA, saya biasa langsung menanyakannya via telepon ke 1500888 atau akun twitter resmi @HaloBCA yang selalu merespons dengan cepat.

Termasuk, pada 5 April lalu sebagai berikut, “min @HaloBCA mau tanya no 021-29265555 beneran BCA, ya? tadi ditelepon, takut penipuan euy :( di bio twit kan Cuma ini 15000888 n 5000888?” Tidak sampai tiga menit kemudian, akun resmi BCA itu membalas, “Bpk choirul utk nomor tsb adalah dr pihak marketing BCA. Tks :) ^Dhila.”

Satu hal lagi, sebagai catatan baik untuk saya pribadi dan pembaca setia blog ini, jangan pernah sekali-kali memberikan kartu kredit kepada orang yang tidak dikenal. Terutama saat menerima telepon di rumah atau kantor dari pelaku yang mengaku petugas dari bank penerbit kartu kredit. Sebab, itu bisa saja terindikasi penipuan dengan modus CATO dan SCTO.

Misalnya, kurir yang datang ambil kartu menggunakan seragam atau atribut bank tertentu. Atau, pelaku membawa tanda terima kartu berlogo bank penerbit kartu kredit. Terakhir, pelaku mengambil kartu di alamat rumah atau kantor kita dengan alasan limit/ganti kartu berbasi PIN serta ada promo. Itu semua harus dikonfirmasi lebih lanjut ke pihak bank penerbit.

Yuk, mulai sekarang, kita gunakan kartu kredit secara bijak. Jika ada pertanyaan, rekan blogger bisa menghubungi saya melalui kolom komentar di bawah ini. Sebisa mungkin, saya akan menjawabnya berdasarkan pengalaman pribadi dalam sewindu terakhir menggunakan kartu kredit ditambah hasil dari mengikuti diskusi dengan pihak bank penerbit kartu kredit.

*        *        *
Menara BCA, Jakarta Pusat

*        *        *
Suasana diskusi perwakilan BCA dengan blogger dan media

*        *        *
Keluarga BCA yang jadi koleksi saya

*        *        *
TAG: