TyyiccClcSK3IvRCDh0sKBc4_Sg roelly87.com: Agustus 2015

Serial Catatan Harian Ojol

Serial Catatan Harian Ojol
Serial Catatan Harian Ojol

Senin, 31 Agustus 2015

Jelang Hari Batik Nasional: Yuk, Biasakan Memakai Batik




SEBULAN lagi kita akan menyambut Hari Batik Nasional yang diperingati setiap 2 Oktober. Jujur saja, banyak di antara kita yang belum "ngeh" dengan adanya Hari Batik Nasional. Termasuk saya (ngaku).

Saya pribadi baru sadar bahwa batik sudah mendapat tempat di mata pemerintah Indonesia sejak 2012 lalu ketika menghadiri acara pemasangan batik raksasa sepanjang 150 meter. Sebelumnya, saya sama sekali tidak tahu adanya peringatan Hari Batik Nasional.

Ironis, mengingat sejak kecil saya termasuk sosok yang menyukai batik. Dalam berbagai kesempatan, saya kerap mengenakan batik. Baik itu kopdar dengan rekan-rekan blogger, mengikuti workshop, saat tugas ke negara tetangga, menghadiri undangan institusi seperti Badan Narkotika Nasional (BNN), hingga menyaksikan konser!

Konser? Ya, serius, konser atau pertunjukkan musik! Itu terjadi ketika saya menghadiri perayaan ulang tahun salah satu tv swasta. Bahkan, saya berkesempatan foto dengan beberapa musisi dengan memakai busana kebanggaan Indonesia.

Ya, batik merupakan busana yang bisa dikembangkan menjadi kain, baju, celana, kemeja, sampai yang terkini kostum sepak bola. Sejarahnya bahkan lebih panjang dari negeri ini. Tak heran bila batik diakui Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan (UNESCO) PBB sebagai Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity yang sejajar dengan Wayang, Keris, Angklung, Noken, dan Tari Saman.

Tak heran jika batik sangat dikenal luas di mancanegara. Termasuk di kalangan pemain sepak bola. Salah satunya, bek Juventus dan tim nasional Italia, Giorgio Chiellini. Saya ingat, ketika mewawancarai pemain kelahiran Pisa, 14 Agustus 1984 ini, memandang batik bercorak Juventus yang saya pakai.

Setelah beberapa detik menatap busana saya, Chiellini pun berseru, "Bagus batiknya." Sungguh, pujian itu tidak saya kira sebelumnya. Meski, bagi saya tidak aneh jika Chiellini mengetahui batik yang memang sudah mendunia. Selain itu, sosok yang sekilas sangar tapi baik hati dan murah senyum ini memiliki teman asal Indonesia yang sudah dianggapnya saudara, yaitu Ponco Pamungkas.

Sebenarnya, saya hendak menanyakan lebih lanjut mengenai ketertarikan Chiellini terhadap batik. Namun, karena sudah mendapat "kode" dari perwakilan promotor yang mendampingnya, agar wawancara segera dimulai, terpaksa saya urungkan. Bisa dipahami mengingat waktu Chiellini dan skuat Juventus saat tur di Indonesia tahun lalu itu sangat terbatas.

Kendati wawancara yang saya lakukan terhadapnya eksklusif, alias hanya ada saya dan Chiellini serta perwakilan promotor dalam kamar hotel berbintang lima di Selatan Jakarta itu, tetap saya tidak bisa mengorek informasi mengenai batik dan orangutan Kalimantan yang kerap dikagumi Chiellini. Terlebih, saya harus kembali ke kantor sebelum deadline.

Beberapa hari kemudian, komentar pemain berjulukan Gorilla itu mengenai batik saya ceritakan ke beberapa rekan. Mereka menyayangkan, kenapa saya tidak memberi batik yang saya pakai itu sebagai oleh-oleh untuk dibawa Chiellini ke Italia. Dipikir-pikir, perkataan rekan saya itu ada benarnya juga. Namun, selain saya tidak bawa pakaian ganti, saya juga merasa tidak enak memberi pemain bintang sekelas Chiellini pakaian bekas saya pakai.

Di sisi lain, saya pun sepertinya tidak ingin melepas batik ini kepada siapa pun. Maklum, batik ini merupakan pemberian dari sosok spesial di hari yang istimewa, yaitu ketika saya genap seperempat abad. Sudah tentu, batik ini akan saya simpan untuk menemani saya hingga kelak tahu kapan dilepas.

*      *      *

BERBICARA mengenai tempat berburu batik, untuk Jakarta, saya biasa mencarinya di Batik Keris yang memiliki harga premium sekaligus tempat saya mencari koleksi wayang. Sebagai alternatif, saya biasa mencarinya di Pasar Tanah Abang yang harganya murah meriah.

Begitu juga ketika saya sedang bertugas di luar kota, biasanya sebelum pulang, saya menyempatkan diri untuk belanja. Baik untuk diri sendiri atau oleh-oleh. Seingat saya beberapa kota yang pernah saya singgahi untuk berburu batik seperti Pasar Sentono di Pekalongan, Kampung Batik Kauman (Solo), Sentra Batik Giriloyo (Yogyakarta), Krisna (Denpasar), Pusat Grosir Makassar (Makassar), dan sebagainya.

Seringnya saya memakai batik juga yang membuat saya kadang dapat pertanyaan dari beberapa teman. Maklum, saya memakai batik tidak mengenal hari, alias kapan saja tergantung keinginan. Alasan saya jelas, karena kalau bukan kita yang melestarikan batik dengan memakainya, siapa lagi?

Jangan sampai, ketika kita tidak peduli, hingga warisan nenek moyang kita diakui negara lain, baru kita berkoar-koar dengan menggelorakan #savebatik yang sayangnya saat itu mungkin sudah terlambat.
*      *      *


*      *      *

- Cikini, 31 Agustus 2015

Sabtu, 29 Agustus 2015

Membongkar Rahasia Starbucks di Gerai JI Expo


Noel menjelaskan cara meracik kopi lebih nikmat  



AROMANYA yang kuat, rasanya mantap, tempatnya elegan, pelayanannya ramah, dan banyak lagi. Itu alasan saya kerap mengunjungi kedai kopi Starbucks. Ya, bagi saya dan mayoritas umum, Starbucks bukan sekadar perusahaan penjual kopi di tempat atau secara kemasan. Melainkan, sudah menjadi merek "generik".

Sebab, banyak di antara kita yang misalnya ingin menyeruput kopi sambil bersantai atau bertemu relasi, pasti mengatakan "ketemu di Starbucks". Padahal, bisa jadi, itu bukan Starbucks, tapi kedai kopi dengan merek lainnya. Fakta itu membuktikan Starbucks sebagai gerai kopi yang sangat populer di masyarakat.

Biasanya, saya menyeruput secangkir kopi di gerai Starbucks di dekat rumah, seperti Hayam Wuruk dan Cideng. Atau, jika tengah kerja di sekitaran kantor di kawasan Senayan, baik itu FX atau Sency. Ya, di beberapa gerai itu, saya bisa menyelesaikan pekerjaan sambil cuci mata menikmati wifi gratisan untuk mencari informasi atau menemui narasumber.

Kini, pilihan saya terhadap gerai dari perusahaan yang sudah ada di Indonesia sejak 2002 ini bertambah satu. Itu sejak saya mendapat undangan dari Blogger Reporter Indonesia (BRID) untuk mengikuti syukuran pembukaan cabang teranyar Starbucks di Hotel Holiday Inn Express di JI Expo, Jakarta Pusat, Sabtu (29/8).

*       *       *

TIDAK seperti biasanya, siang tadi cuaca sangat terik. Peluh keringat bercucuran deras di atas sepeda motor sepanjang jalan dari kediaman saya menuju area JI Expo. Ditambah lagi, macet yang memang sudah santapan sehari-hari. Lengkaplah sudah.

Singkat kata, setelah muter-muter mencari lokasi di lokasi yang kerap dijadikan ajang Pekan Raya Jakarta (PRJ) ini, akhirnya saya sampai. Sempat celingak-celinguk mencari mangsa ala Billy Costigan dalam "The Departed", di depan gerai Starbucks yang baru buka sebulan lalu.

Tak lama, saya bertemu dengan rekan blogger Arie Ardiansyah yang dikenal dengan Catatan Si Boy Goiq. Kami pun menemui Rhesya Agustine, yang sebelumnya wara-wiri di Grup Facebook BRID, untuk melakukan registrasi bersama dua rekan blogger lain yang namanya lupa (wanita dan pria).

Skip, skip, skip... Setelah nyaris kumpul dengan 14 rekan blogger lainnya yang merupakan undangan BRID, termasuk tiga admin, Kang Arul, Rosid, dan Syaifuddin Sayuti, kami pun diperkenalkan dengan perwakilan Starbucks. Ternyata, Rhesya menjabat sebagai Digital Marketing Manager Starbucks Indonesia. Awalnya, saya kira wanita berbintang Libra ini sebagai travel blogger. Saat itu, Rhesya ditemani beberapa personel Starbucks, termasuk Immanuel S Souhoka (Store Manager).

Dalam sambutannya itu, mereka menjelaskan sejarah berdirinya Starbucks hingga membuka gerainya di Tanah Air sejak 13 tahun silam. Menurut Immanuel, saat ini sudah lebih dari 200 cabang yang tersebar di berbagai kota di nusantara. Wow!

Oh ya, saya bukan penggemar kopi. Namun, sehari saya bisa menghabiskan tiga gelas kopi bahkan lebih andai pas puasa Juni lalu tidak "diultimatum" dokter untuk mengerem minum kopi agar lambung sehat kembali. Jadi, saya pun kurang begitu paham ketika Rhesya dan Immanuel menerangkan resep dan cara meracik kopi agar lebih nikmat.

Jujur saja, bagi saya, menikmati kopi paling nikmat itu ada tiga kategori: Waktu bangun tidur pada pagi hari, saat kantuk menyerang menjelang pergantian hari yang bertepatan dengan deadline, dan dibikinin si dia yang apa pun rasanya serta sepahit pahitnya kopi tetaplah manis ketika diseruput bersama narasumber di gerai kopi yang berarti saya telah menyelesaikan tugas.

Nah lho, jadi kehadiran saya untuk apa? Sekadar, ikut-ikutan saja atau menunggu waktu luang? Tentu saja tidak, kalau seperti itu, lebih baik saya menghabiskannya dengan malam mingguan. Melainkan, kedatangan saya untuk membongkar menanyakan rahasia Starbucks lebih lanjut.

*       *       *

SETELAH memberi penjelasan yang disambut antusias para blogger, Rhesya dan Immanuel menyuguhkan kami berbagai makanan dan minuman sambil mempersilakan foto-foto di sekitar gerai. Saat itu pula, naluri saya sebagai blogger bekerja. Dengan pendekatan persuasif ala Inspektur Lau Kin Ming -Andy Lau- dalam "Infernal Affairs", saya pun "menculik" Immanuel dengan mengajaknya ke sudut ruangan.

Di bawah todongan senjata ponsel sebagai alat perekam suara, dengan ramah pria yang akrab dipanggil Noel Galagher ini menjawab beberapa pertanyaan saya yang sebenarnya bisa saya temukan jawabannya di internet. Namun, karena saya terbiasa melakukan investigasi mendapat undangan dari BRID secara eksklusif, maka saya pun ingin jawabannya yang eksklusif: Langsung dari pihak Starbucks yang bukan dari apa kata orang atau info di internet.

"Kenapa harga secangkir Starbucks mahal? Saya butuh mengeluarkan hampir selembar uang berwarna merah (Rp 100.000) untuk menikmatinya bersama cemilan roti atau kue."

Starbucks beda dengan coffee shop lainnya. Kenapa sih mahal? Karena memang kualitas kopi kami nomor satu. Terlebih, untuk memproduksi kopi dengan standar internasional Starbucks itu sangat sulit dan eksklusif. Itu mengapa harga kami lebih mahal dibanding perusahaan sejenis. Tapi, sejauh ini pelanggan bisa memahaminya. 

*       *       *

MENDENGAR penuturan dari pria murah senyum itu membuat saya puas. Ya, apa yang dikatakan Noel beralasan: Ada harga, ada rupa. Alias, kita membayar atas apa yang kita dapatkan secara pantas. Nilai eksklusif itu pula yang membuat sebuah perusahaan, brand, atau, merek, mampu bertahan lama. Termasuk, Starbucks yang didirikan sejak 1971 dan hingga kini masih memuncaki pangsa coffee shop secara global.

Starbucks Indonesia
Website: www.starbucks.co.id
Facebook: Starbucks Indonesia
Twitter: @SbuxIndonesia

Alamat Starbucks Gerai JI Expo (lihat peta Google Maps)
Holiday Inn Express Hotel, areal PRJ Kemayoran (masuk dari pintu 4)
Jl. Rajawali Selatan, Jakarta Pusat

*       *       *


Starbucks di Holiday Inn Express Hotel - JI Expo

*       *       *
Ada yang tahu ini logo apa?

*       *       *
Ekspresi rekan-rekan blogger sebelum acara berlangsung

*       *       *
Memotret areal gerai 

*       *       *
Mas, mau yang gambar bunga dong! :)

*       *       *
Kartu anggota dan voucher yang saya kira pick gitar

*       *       *
Ada yang bisa saya bantu mbak? 

*       *       *
Berbagai kopi dari luar negeri

*       *       *
Peta asal kopi Starbucks

*       *       *
Rhesya Agustine bersama enam pemenang live tweet

*       *       *

*       *       *
Keterangan: Seluruh foto merupakan dokumentasi pribadi (www.roelly87.com)
*       *       *

- Cikini, 29 Agustus 2015

Jumat, 28 Agustus 2015

Kopdar Kokgituya.com yang Menambah Pengetahuan Blogger



Hazmi Srondol menjelaskan peran blogger yang sudah diakui berbagai kalangan, terutama brand untuk iklan

SEBAGAI blogger, mengikuti kopi darat (kopdar) merupakan salah satu kegiatan yang menyenangkan. Meski tidak rutin, alias jarang-jarang, namun jika ada kesempatan -khususnya hari libur- atau pagi, saya berusaha menghadirinya.

Saya masih ingat, kopdar pertama saya sebagai blogger, ketika datang ke acara talk show sekaligus bedah novel "Srondol Gayus ke Italy" karya Hazmi "Srondol" Fitriyasa di Pejaten Village, Sabtu, 14 Mei 2011. Saat itu, saya hadir bersama beberapa rekan Kompasianer yang merupakan julukan blogger  di Kompasiana.

Setelah itu, saya sudah lupa berapa kali mengikuti kopdar blogger, baik itu bersama komunitas Kompasiana, Blogdetik, VIVAlog, dan Hukum Online. Atau, dengan kawan-kawan di grup facebook seperti Blogger Reporter Indonesia (BRID), Kompasianer Hobi Jepret (Kampret), Kompasianer hobi nonton film (Komik), Fun Blogging, dan sebagainya. Tak ketinggalan undangan dari berbagai brand, Divisi Humas Polri, Badan Narkotika Nasional (BNN). Ya, intinya banyak deh yang kadang membuat lupa.

*       *       *

SORE itu, Sabtu (22/8) saya turut menghadiri Diskusi dan Kopdar yang diadakan Kokgituya.com. Yaitu, komunitas yang dibentuk PT Astra Daihatsu Motor Indonesia sebagai wadah blogger untuk saling berbagi info. Ya, mungkin, Kokgituya.com ini semacam agregator untuk meningkatkan trafik blog.

Oh ya, ini kali pertama saya mengikuti kopdar yang diadakan Kokigtuya.com. Sebelumnya, 20 Maret lalu sempat diundang saat mereka melakukan launching di Mall Kelapa Gading 3, Jakarta. Namun, karena waktunya bentrok dengan jam kerja, ya, terpaksa saya tidak ikut.

Jadi, ketika melihat informasi di fan page facebook dan timeline twitter Kokgituya.com kembali mengadakan kopdar Sabtu yang merupakan libur, sudah pasti saya langsung kirim email untuk registrasi. Apalagi, acaranya bertepatan dengan pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show 2015 (GIIAS 2015) di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Banten.

Maklum, selain pihak Kokgituya sudah menyediakan tiket masuk yang kalau beli seharga Rp 60.000 (weekend), kehadiran saya ke GIIAS 2015 pun cukup bawa badan saja. Itu karena untuk transportasi pun gratis, dengan menumpang shuttle bus dari mal Central Park. Intinya, ya dinikmati aja kopdar bareng rekan-rekan blogger sekaligus jalan-jalan gratis?

*       *       *
DALAM acara yang berlangsung di Hall 8B booth Daihatsu ini, Kokgituya.com mengundang dua pembicara yang sudah tidak asing lagi bagi saya. Pertama, Hazmi Fitriyasa yang merupakan pendiri BRID dan rekan media Danang Arradian (Redaktur Koran Sindo). Tak ketinggalan, perwakilan dari Kokgituya, Rini Agustina, yang bertindak sebagai moderator.

Salah satu diskusi menarik dijabarkan Hazmi yang menambah pengetahuan saya dan puluhan blogger lainnya yang hadir. Utamanya, mengenai posisi blogger yang sudah sejajar dengan jurnalis. Sebagai individu yang mengikuti keduanya itu, jelas saya setuju. Bahkan, pria yang sehari setelah acara merayakan HUT ke-36 ini membeberkan rahasia dari perusahaan atau brand, dalam beriklan. Yaitu, tidak lagi didominasi media mainstream seperti cetak, elektronik, bahkan online.

Sebaliknya, Hazmi membeberkan bahwa porsi mereka itu mayoritas dialihkan untuk blogger! Kenapa? Menurut riset dari penulis yang karyanya terdapat di perpustakaan terbesar di dunia, Library of Congress, Amerika Serikat (AS) ini, perusahaan atau brand merasa lebih efektif beriklan di blog yang dikelola blogger karena tepat sasaran.

Maklum, di antara blogger dan pembaca, ada saling keterikatan. Jadi, pengunjung blog yang ingin mengetahui info atau produk dari yang dituliskan blogger, bisa menanyakan langsung kepada yang bersangkutan. Hal ini yang tidak ada pada media online, meski menyediakan kolom komentar tapi terkesan kurang responsif.

Setelah Hazmi, diskusi dan kopdar bertema "The Power of Content" ini rehat sejenak. Kami, -blogger- diajak pihak Daihatsu untuk berbagai macam hiburan di hall 8B. Mulai dari perform dance, launching Jalan-jalan Man (JJM) bersama tim MalesBanget.com (MBDC), yang dihadiri pendirinya Cristian Sugiono, serta berbagai macam permainan edukatif lainnya. Termasuk, saat riweuh mencari beberapa huruf untuk hadiah gelang adik saya yang beruntung dibantu brand ambassador Daihatsu yang manis banget baik hati.

Selanjutnya, giliran Danang yang berbagi ilmu menulis untuk dipadukan dalam konten blog. Penggemar musik cadas itu, menjelaskan pentingnya verifikasi dalam memasukkan sumber/link ke dalam tulisan. Gunanya, agar artikel yang ditulis blogger bisa jadi rujukan nasional yang bersanding dengan media mainstream. Fakta mengejutkan, menurut Danang, ternyata banyak rekannya sesama jurnalis yang tertarik untuk ngeblog!

*       *       *

SEKADAR informasi, booth Daihatsu di hall 8B mengusung tema "Fun Experience with Your Best Friend" yang dilengkapi R&D corner sebagai sarana edukasi teknologi, press room untuk istirahat media, Kids corner, CSR corner, serta Dealing & Value Chain Area.

Sepanjang GIIAS berlangsung (20-30 Agustus), selain pengunjung bisa melihat 15 display kendaraan -mulai dari Xenia hingga mobil konsep-, juga dapat menikmati hiburaun lainnya. Misalnya, Sabtu lalu ada Christian Sugiono yang merupakan salah satu aktor terkenal di negeri ini, serta pada Minggu, disuguhkan aksi Kahitna. Begitu juga dengan hari-hari selanjutnya hingga puncaknya saat penutupan pada Minggu (30/8).

*       *       *
Danang Arradian mengungkapkan jurnalis juga harus bisa ngeblog

*       *       *
Perwakilan Daihatsu Kokgituya, Rini Agustina, mengenai tema acara

*       *       *
Antusiasme rekan-rekan blogger dalam diskusi dan kopdar Kokgituya.com

*       *       *
Booth Daihatsu di GIIAS 2015 Hall 8B

*       *       *
Foto bareng petinggi Daihatsu usai menerangkan kinerja Great New Xenia

*       *       *
Hiburan di booth Daihatsu

*       *       *
Aktor sekaligus pendiri malesbanget.com Christian Sugiono 

*       *       *
Game edukatif selamatkan penyu yang menarik perhatian pengunjung, terutama anak-anak

*       *       *
Stempel buat penukaran hadiah :)

*       *       *
Ngubek-ubek cari huruf buat gelang

*       *       *
Setelah sekian lama, akhirnya ketemu lima huruf :)

*       *       *
Adik saya, Putry Jelyta memakai gelang hasil "kerja keras" di booth Daihatsu GIIAS 2015

*       *       *

*       *       *
Keterangan: Seluruh foto merupakan dokumentasi pribadi (www.roelly87.com)

*       *       *

*       *       *

- Cikini, 28 Agustus 2015

Kamis, 27 Agustus 2015

Ahmad Tohari dan Apresiasi PAB Terhadap Sastra


Ahmad Tohari menerima Penghargaan Achmad Bakrie XIII 2015 

"UNDANGAN menghadiri Penghargaan Achmad Bakrie (PAB) XIII 2015? Wow, mau mbak!" Demikian jawaban saya ketika ditawari salah satu admin VIVALog untuk menghadiri PAB XIII 2015. Kebetulan, pagi itu saya masih terlelap. Namun, ketika menerima panggilan telepon dari nomor yang sudah tidak asing lagi, antusiasme saya langsung terbangun.

Wajar saja mengingat PAB merupakan salah satu penghargaan yang memiliki kredibiltas tinggi. Sebagai blogger, khususnya pegiat media, tentu saya antusias untuk bisa menghadirinya.

Selain undangannya yang eksklusif bersama sembilan rekan blogger lainnya, juga karena saya hampir setiap tahun menyimak acara ini di berbagai media, khususnya televisi. Apalagi ketika mengetahui ada salah satu sastrawan terkemuka di negeri ini yang menerima penghargaan tersebut: Ahmad Tohari.

*      *      *

PAB XIII 2015 yang diselenggarakan di Djakarta Theater, Jumat (21/8) dibuka dengan sambutan Aburizal Bakrie. Putra sulung pasangan Achmad Bakrie-Roosniah Bakrie ini menyampaikan pentingnya semangat dalam mengisi kemerdekaan.

Ya, PAB XIII ini memang berlangsung hanya berjarak empat hari dari HUT RI ke-70. Pernyataan pria yang akrab disapa bang Ical ini tentang "Menyongsong Datangnya Zaman Emas Indonesia" mengenai tepat di sanubari ratusan undangan yang memadati XXI Ballroom.

Setelah itu, pengumuman terhadap enam tokoh yang meraih PAB XIII 2015 dimulai. Mereka adalah:

Ayuzumardi Azra untuk Pemikiran Sosial
Ahmad Tohari (Kesusastraan)
Tigor Silaban (Kedokteran/ Kesehatan)
Suryadi Ismadji (Sains)
Kaharuddin Djenod (Teknologi)
Suharyo Sumowidagdo (Peneliti Muda Berprestasi)

Seperti yang sudah saya sebut di atas, di antara keenam penerima PAB XIII 2015 ini, yang paling saya kenal Ahmad Tohari. Bisa dipahami mengingat saya sudah beberapa kali menikmati berbagai karya sastrawan berusia 67 tahun ini. Salah satunya, novel Ronggeng Dukuh Paruk, yang diangkat ke layar lebar berjudul "Sang Penari".

Ada yang menarik ketika Ahmad Tohari memberi sambutannya di podium. Saat itu, mantan redaktur harian Merdeka ini menyentil peran pemerintah yang dinilainya minim dalam memajukan sastra di Tanah Air. Padahal, menurut Ahmad Tohari, sastra itu sebagai penyeimbang otak kiri dan otak kanan. Terutama bagi pemimpin dalam mengambil keputusan.

"Kita butuh sastra. Karena sastra akan membuat orang tidak hanya cerdas, tidak hanya terampil, tidak hanya idealis. Tetapi, punya sensitivitas. Ini penting, (sebab) pintar tanpa sensitivitas saya kira berbahaya," kata Ahmad Tohari seperti yang saya rekam videonya berdurasi tujuh menit di bawah artikel ini.

Pernyataan sosok kelahiran Banyumas, Jawa Tengah, 13 Juni 1948 ini beralasan. Lantaran menurutnya, sastrawan di Indonesia saat ini justru terpinggirkan. Mayoritas dari mereka sangat miskin. Itu mengapa Ahmad Tohari mengapresiasi PAB yang sejak edisi perdana pada 2003 hingga ke-13 saat ini, konsisten terhadap sastra.

"Mari kita hidupkan kembali sastra Indonesia, karena pernah jaya justru pada masa lalu. Pada masa sekarang, sastra disingkirkan! Ga tahu kenapa. Ga tahu kenapa menganggap sastra tidak penting. Padahal, sastra menyeimbangkan otak kiri dan otak kanan," Ahmad Tohari mengungkapkan.

*      *      *
SELAIN Ahmad Tohari dan sambutan lima tokoh lainnya yang menerima PAB XIII 2015, acara yang diselenggarakan Yayasan Achmad Bakrie yang bekerja sama dengan Freedom Institute dan VIVA Group, ini, juga menyuguhkan banyak hiburan.

Beberapa di antaranya yang saya kenal seperti Endah Laras yang melantunkan lagu keroncong khasnya, Sandy Sandoro membawakan "Symphony yang Indah", dan Ruth Sahanaya dengan "Indonesia Jaya" yang membuat seluruh undangan merinding karena terlecut rasa nasionalismenya. Itu sesuai dengan tema yang diusung dalam PAB XIII 2015 ini yaitu, "Patriotisme, Bangga Menjadi Indonesia".

Bagi saya, PAB bukan sekadar simbol semata. Melainkan, wujud dari apresiasi terhadap anak bangsa yang telah memberi kontribusi terhadap negeri ini melalui karya-karya mereka. Semoga, acara ini mampu memotivasi generasi selanjutnya untuk terus maju mengangkat harkat dan martabat Indonesia di mata dunia.

Satu hal lagi, saya berharap untuk edisi selanjutnya, tidak hanya ada penghargaan tokoh muda di bawah 40 tahun yang berprestasi untuk ilmuwan atau periset teknologi saja. Melainkan juga kategori lainnya seperti atlet, musisi, pelajar yang juara di olimpiade fisika, atau blogger yang keberadaannya kini sudah tidak lagi dipandang sebelah mata seperti pada pertengahan dekade 2000-an lalu.

Itu seperti diungkapkan Anindra Ardiansyah Bakrie, cucu Achmad Bakrie sekaligus Ketua Umum OC PAB XIII, "Hingga kini, sudah 51 tokoh yang diberi Penghargaan Achmad Bakrie. Insya Allah, kami bakal konsisten mengelarnya setiap tahun. Penghargaan Achmad Bakrie ini ditujukan untuk memacu putra-putri Indonesia agar berupaya melahirkan banyak ide cemerlang dan karya gemilang demi kemajuan Indonesia."

*      *      *
Enam tokoh penerima PAB XIII 2015. Dari kiri ke kanan: Ahmad Tohari, Suharyo Sumowidagdo, Suryadi Ismadji, Tigor Silaban, Azyumardi Azra, dan Kaharuddin Djenod

*      *      *
Foto bersama penerima PAB XIII 2015 dengan keluarga besar Bakrie

*      *      *
Aburizal Bakrie membubuhkan tanda tangan kepada beberapa undangan

*      *      *
Beberapa pejabat dan anggota dewan termasuk Tantowi Yahya

*      *      *
Salah satu undangan wefie dengan Nia Ramadhani, istri dari Anindra Ardiansyah Bakrie

*      *      *
Parade ucapan selamat di depan XXI Djakarta Theater

*      *      *
Kata mutiara dari almarhum Achmad Bakrie yang sangat menginspirasi
*      *      *
*      *      *
Berikut, video yang saya unggah di laman youtube sepanjang acara PAB XIII 2015:


Sentilan Ahmad Tohari untuk Pemerintah yang mengabaikan Sastra

*      *      *

Nasionalisme yang tinggi dari Suryadi Ismadji

*      *      *

Cita-cita mulia Suharyo Sumowidagdo

*      *      *

Ruth Sahanaya melantunkan "Indonesia Jaya"

*      *      *

Sandy Sandoro menyanyikan "Symphoni yang Indah" 
*      *      *

Keterangan: Seluruh foto dan video merupakan dokumentasi pribadi (www.roelly87.com)

*      *      *
Artikel seni dan selanjutnya:
*      *      *
Artikel terkait muda, seni dan sastra sebelumnya:
- Sheila On 7
Tipe-X
Afgan

*      *      *

- Cikini, 27 Agustus 2015

Minggu, 23 Agustus 2015

Magnet Grand New Veloz dan Avanza di GIIAS 2015 ICE BSD



Tampilan depan Toyota Grand New Veloz
PAMERAN Gaikindo Indonesia International Auto Show 2015 (GIIAS 2015) pada hari ketiga, Sabtu (22/8) sungguh ramai. Puluhan ribu pengunjung memenuhi area Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Serpong.

Maklum, acara yang diselenggarakan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) ini menghadirkan 34 merek kendaraan, baik penumpang atau komersial, dan lebih dari 350 peserta yang tersebar dalam 10 hall.

Di antara yang terbesar, jelas Toyota, yang terbagi dalam tiga booth di hall 10B dan 5C (Lexus) untuk kendaraan penumpang dan 3C (truk). Apalagi, dalam acara yang berlangsung selama 10 hari, sejak pembukaan pada Kamis (20/8) hingga penutupan, Minggu (30/8), Toyota, selalu memberi promo yang sukses menarik perhatian mayoritas pengunjung.

Mulai dari perlombaan berhadiah merchandise dan tiket gratis, edukasi mengemudi, sampai memamerkan beberapa produk unggulan. Termasuk saat meluncurkan dua varian anyar yang paling menyedot perhatian di booth Toyota hall 10B: Grand New Veloz dan Grand New Avanza.

Sebagai blogger yang menggemari petualangan dan otomotif, jelas saya penasaran dengan dua model terbaru Toyota ini. Khususnya, untuk "membedah" beberapa keunggulan dari versi terkini Veloz dan Avanza dengan versi yang lama.

Bermodalkan pena, kertas, telepon seluler (ponsel) yang digunakan untuk mengabadikan gambar serta merekam, akhirnya saya mengerti kenapa pihak Toyota Astra Motor (TAM) merilis versi terbaru dari kedua kendaraan berjenis MPV tersebut.

Pertama, Grand New Veloz, yang sangat stylish dan sporty. Berdasarkan data yang saya lihat di booth Toyota itu, versi terbaru ini memiliki kapasitas mesin 1.300 cc. Sementara, edisi Veloz sebelumnya 1.500 cc. Yang menarik, selisih harga Grand New Veloz dengan versi terdahulu hanya sekitar Rp 10-11 juta.

Sebagai catatan, harga pasaran Grand New Veloz saat ini berkisar Rp 204 hingga Rp 226 juta. Menurut saya, Grand New Veloz ini sangat cocok untuk keluarga. Itu terkait tampilan luar dan dalam yang sangat trendi. Apalagi, bagi keluarga muda yang menyukai desain atraktif pada interior dan eksterior yang stylish dan trendi.

Nah, bagaimana dengan Grand New Avanza? Bagi saya, mobil ini ditujukan untuk pribadi atau keluarga yang mementingkan fungsional. Yupz, sedikit berbeda dengan Grand New Veloz. Salah satu yang menarik perhatian saya, ketika mengamati bagian belakangnya. Ternyata, kursi belakang Grand New Avanza ini bisa dilipat. Meski terkesan sepele, namun ini penting sebagai efisiensi jika sedang keluarga disertai barang bawaan.

Lalu, Grand New Avanza ini ternyata sudah mengusung mesin baru, dual VVT-i dengan kapasitas 1.300 cc dan 1.500 cc. Terlebih, ketika saya melongok ke dalam kendaraan yang identik dengan mobil keluarga Indonesia  versi terdahulunya sudah beredar di Tanah Air sejak 2004 ini, memiliki fitur keamanan yang mumpuni. Beberapa di antaranya power window lengkap disertai jam protection, ABS, dan  adanya seatbelt khusus pada penumpang tengah di baris kedua yang pada versi lawas fitur itu belum disematkan.

Membicarakan keunggulan dari Grand New Veloz dan Grand New Avanza, sudah pasti tidak akan ada habisnya. Untuk itu, jika ada rekan blogger atau keluarga serta kerabat yang tertarik ingin mempelajari lebih dalam berbagai kelebihan dua varian teranyar Toyota ini, bisa menyambangi hall 10B GIIAS 2015 di ICE-BSD.

Oh ya, akses menuju pameran ternyata sangat mudah. Kita hanya perlu membeli tiket masuk saja. Sementara, untuk menuju ICE-BSD bisa menumpang bus gratis yang disediakan di berbagai titik di Jabodetabek. Saya pribadi, cukup duduk manis di kursi Avanza (versi lama) di shelter bus di mal Central Park.

Sekadar catatan, setelah Anda puas menyimak Grand New Veloz dan Grand New Avanza, juga bisa menyambangi dua booth Toyota lainnya. Yaitu, di hall 3C yang berisi berbagai kendaraan berdaya angkut seperti truk. Serta di hall 5C di booth Lexus yang merupakan merek premium Toyota.

Sebagai tambahan menurut bagian informasi Toyota saat saya tanyakan, ternyata TAM menampilkan 55 unit display yang tersebar di tiga hall, baik itu produk andalan dan special exhibit. Salah satu di antaranya, Toyota Mirai, yang merupakan mobil konsep  mobil konsep berbahan bakar hidrogen yang sesuai dengan tema yang diusung Toyota: Beyond Mobility.

*      *      *

Sekilas Agenda Toyota di GIIAS 2015:

20-30 Agustus 2015
Indonesia Convention Exhibition (ICE)
Jl. Boulevard BSD Barat Office Park 1, BSD City, Tangerang
Hall 10B dan Hall 3C

Mobil konsep: Toyota Mirai dan Toyota i-Road

Ada apa di hall 10B?
1. Lighting Dynamic (Visual Exciting Experience)
2. I-Road Performance with Violin dan In Line Skate
3. Wakudoki Dance Performance
4. Toyota Pretty Dance Performance
5. Photo Selfie di booth Toyota
6. Safety Zone
7. Galeri Toyota (masa lalu, sekarang, akan datang)
8. Toyota Engine Line-up (Fuel Cell, Hybrid, Global diesel engine, Valvermatic, dual VVT-i)
9. Test Drive

Ada apa di hall 3C?
1. Toyota Pretty Dance performance
2. Food truck dan medical truck
3. Lomba makan burger
4. Big Capacities Game Hi-Ace
5. Toyota Truck Photo Contest


*      *      *
Beberapa pengunjung menyimak detail New Veloz

*      *      *
Tampak belakang New Veloz

*      *      *
 Toyota Grand New Avanza

*      *      *
Beberapa pengunjung menyimak kinerja mesin New Avanza

*      *      *
Interior New Avanza 

*      *      *
Kursi belakang New Avanza yang bisa dilipat untuk efisiensi

*      *      *


*      *      *
Suasana di booth Toyota di hall 10B

*      *      *
"Daleman" Toyota Mirai yang seksi

*      *      *
Beberapa pengunjung menyimak Toyota Kijang generasi pertama yang kini jadi "kendaraan sejuta umat"

*      *      *
Beberapa kendaraan Toyota di booth Truk di hall 3C

*      *      *
Booth Lexus di hall 5C

*      *      *
Denah GIIAS 2015 di booth Toyota di hall 10B, 3C Dyna, dan 5C Lexus (Sumber foto: IndonesiaAutoShow.com)

*      *      *
Keterangan: Seluruh foto merupakan dokumentasi pribadi/www.roelly87.com kecuali denah GIIAS 2015  (www.IndonesiaAutoShow.com)

Referensi tambahan: Toyota.Astra.co.id, IndonesiaAutoShow.com

*      *      *
*      *      *
- Cikini, 23 Agustus 2015

Rabu, 19 Agustus 2015

Manfaat dari Jumpa Blogger Sun Life dan Talkshow Bersama Safir Senduk


Suasana jumpa Blogger Sun Life dan Talkshow bersama Safir Senduk (sumber foto: dokumentasi pribadi/ www.roelly87.com)
"Bukannya aye sok usil
Buat abang pegawai kecil
Gaji penuh sebulan
Cuman abis satu harian..."

SEPENGGAL lagu berjudul "Sayur Asem" yang dinyanyikan Ida Royani berduet dengan almarhum Benyamin Sueb itu sudah tidak asing lagi. Lantaran lirik yang dinyanyikan duet legendaris era 1970-an itu masih relevan hingga kini.

Berkisah tentang sulitnya seorang suami dalam mengelola keuangan rumah tangganya hingga gaji satu bulan habis hanya beberapa hari. Lagunya yang menggelitik dan tanpa tedeng aling-aling itu bisa dijadikan pelajaran: Bagaimana cara mengelola keuangan dengan bijak?

*       *       *

SIANG itu, Sabtu (1/8) suasana di Cafe XXI Plaza Indonesia, Jakarta Pusat, tampak ramai. Terdapat puluhan blogger yang mengikuti acara Jumpa Blogger dan Talkshow Bersama Safir Senduk yang diselenggarakan Sun Life Indonesia.

Bagi saya, ini kali kedua mengikuti event yang diadakan PT Sun Life Financial Indonesia. Sebelumnya terjadi saat menghadiri Kompasiana Nangkring bertema "Kenapa harus Asuransi Syariah" di Pisa Cafe, Jakarta Selatan, 30 Agustus 2014.

Jika tahun lalu  yang hadir sebagai pembicara di antaranya, Kepala Unit Syariah PT Sun Life Financial Indonesia, Srikandi Utami, dan Ketua DPS Sun Life Syariah, Fathurrahman Djamil. Untuk kali ini, ada Elin Waty yang menjabat Director and Chief Distribution Officer PT Sun Life Financial Indonesia.

Sosok yang berpengalaman di bidang asuransi selama 21 tahun ini membeberkan "rahasia perusahaannya". Yaitu, Sun Life memang secara resmi masuk ke Indonesia pada 1995. Namun, menurut Elin Waty, perusahaan asuransi yang berdiri sejak 1865 itu sudah ada di nusantara sejak awal abad 20 pada era kolonialisme yang dibuktikan dengan pencairan premi salah satu nasabahnya.

"Kunci kesuksesan Sun Life bertahan lebih dari 100 tahun itu karena kami selalu menganggap nasabah sebagai mitra terbaik yang harus dijaga," wanita yang fasih berbahasa Inggris dan Mandarin ini menjelaskan.

*       *       *

UNTUK kali ini, tema yang diusung Sun Life Indonesia adalah "Mengelola Keuangan dengan Bijak untuk Profesi dan Blogger". Sebagai blogger, jelas seminar ini sangat penting untuk saya ikuti. Maklum, kadang saya kerap bermasalah saat mengelola keuangan. Meski tidak seekstrem lagu Ida Royani-Benyamin Sueb yang gaji sebulan langsung habis sehari. Namun, dalam beberapa hal saya sempat "keteteran" juga.

Wajar, jika saya sangat antusias saat menyimak penuturan Safir Senduk mengenai investasi. Yaitu, menyisihkan sebagian (kecil) gaji untuk masa depan. Baik itu dibelikan tanah, rumah, emas, tabungan, hingga asuransi. Ini hal penting yang kerap dianggap sepele.

Bahkan, Safir Senduk memberi penegasan bagi puluhan blogger yang hadir, bahwa kekayaan seseorang bukan dilihat dari gaji atau penghasilannya. Melainkan, dari seberapa banyak, orang itu melakukan investasi. Sungguh pernyataan yang lumayan menohok. Terutama bagi yang menganggap remeh investasi.

"Salah satu cara berinvestasi dengan melakukan asuransi yang bisa diibaratkan sebagai payung. Dengan menggunakan payung memang tidak menjamin hujan tidak bakal turun. Tapi, berkat payung memastikan Anda tidak akan basah kalau hujan turun," tutur Safir Senduk yang disambut aplaus puluhan blogger yang hadir.

Yang menarik, pria 41 tahun ini memberikan tips bijak dalam mengelola keuangan itu dengan gaya yang mudah dipahami bagi masyarakat awam. Termasuk melontarkan lelucon segar terkait pentingnya berinvestasi untuk masa depan. Misalnya, "Hidup itu indah, yang bikin ribet tagihan-tagihannya", "Semua akan indah kalau ada duitnya", "Dompet tebal isinya belum tentu uang, bisa jadi kartu ATM dan struk".

*       *       *

Safir Senduk menjelaskan pentingnya investasi


*       *       *
Elin Waty menjelaskan sejarah Sun Life sejak 1865

*       *       *
Foto bersama blogger, Safir Senduk, dan perwakilan Sun Life

*       *       *

Cikini, 19 Agustus 2015